Thursday, October 2, 2014

[Suka Nggak Suka] Tema Perjodohan


Semakin kita banyak membaca semakin kita banyak tahu apa yang kita suka

Saya bukan psikolog atau punya kemampuan di bidang analisis sifat, namun saya beranikan diri bilang bahwa sebagai makhluk hidup yang punya rasa pada akhirnya kita selalu bisa memutuskan mana yang kita suka mana yang enggak kita suka. Banyak alasan, tentu saja, untuk bisa bilang begitu, bahkan alasan tak empiris sekalipun, karena memang enggak suka. Kayak orang jatuh cinta, ada yang bilang, "Untuk mencintaimu, tak perlu ada alasan." #tsah

Kali ini, di edisi perdana Suka Nggak Suka, saya ingin membahas tentang tema cerita yang enggak saya suka yaitu tentang PERJODOHAN. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi daring (dalam jaringan - online) yang dimaksud dengan perjodohan adalah:

Ketidaksukaan saya pada tema perjodohan ini tentu datang dari semakin banyaknya buku (terutama romance) yang saya baca yang beberapa di antaranya bertema 'perjodohan' atau mengambil latar belakang tema itu. Jadilah saya mulai jenuh dengan tema itu. Well, tentu saja, kejenuhan yang berujung ketidaksukaan saya akan tema ini mestilah memiliki alasan, meskipun alasan saya sebenarnya hanya satu:
Tema Perjodohan = Jalan pintas mengatasi kebuntuan ide.

Lalu saya tambahkan: Tema ini menjadi salah satu tema paling sering di-recycle. Kayaknya kalau sudah mentok ide bagaimana mempertemukan dua karakter utamanya, sekonyong-konyong dipaksakanlah mereka bertemu dalam bingkai PER-JO-DO-HAN. Beres, tinggal bikin adegan anjing dan kucing sedikit, terus pakai prinsip cinta-karena-terbiasa hingga keduanya saling merasai gelenyar hasrat terus jatuh-cinta-setengah-mati-sampai-dunia-memisahkan-mereka-berdua. Fin. End of story.

Kalau sudah demikian, kemungkinan-kemungkinan lain dalam lingkup yang sempit akan mudah ditebak, disesuaikan dengan apa yang diputuskan oleh si tokoh. Misalnya, jika kedua tokohnya kompak menolak maka akan dibuatkan adegan keduanya mencari-cari cara agar calon pasangan mereka ilfil (ilang feeling = hilang feeling = hilang rasa), menjadi brutal, saling menyakiti, dan lain-lain. Jika si pengarang menakdirkan keduanya jatuh cinta di ujung cerita, maka ada adegan puncak kedua tokoh saling introspeksi dan menyadari bahwa calon pasangan yang dipilihkan untuk mereka ternyata tak seburuk yang disangka. Tamat!

Pada intinya, sih, terkadang saya asumsikan tema perjodohan sebagai jalan termudah bagi pengarang yang kesulitan mencari cara lain untuk menyandingkan kedua tokohnya (biar tampak natural) dan juga memudahkannya untuk merancang adegan demi adegan lainnya. Dengan kata lain, tema ini menunjukkan 'kemalasan' dari pengarang untuk menghadirkan kemungkinan mempersatukan tokoh utamanya.

Namun demikian, saya tak lantas antipati atau skeptis pada setiap novel yang mengangkat tema perjodohan. Banyak juga, kok, novel bertema perjodohan yang menarik hati. Atau, jika perjodohannya bukan menjadi podasi utama terbangunnya konflik, saya yakin bisa menikmatinya. Hanya saja, jika memang bisa menghindarkan diri untuk tidak membaca buku bertema ini, saya pasti akan melakukannya. 

Beberapa buku lokal (Indonesia) yang bertema perjodohan bisa dilihat dari listopia goodreads.com berikut (meskipun daftarnya tak akurat dan hanya berisi sedikit pilihan bukunya):


Di luar buku-buku itu, tentu masih banyak buku bertema perjodohan, mulai dari yang klasik semacam Siti Nurbaya sampai dengan Black Confetti karya Assrianti. Selain itu, juga ada buku-buku bertema pengaturan pernikahan (arranged marriage) karya penulis asing.

Sekali lagi, ini hanyalah persepsi pribadi. Mungkin salah di sayanya juga, yang terkadang secara membabi buta membaca buku apa saja dengan tema seragam. Bahkan pernah dalam satu waktu pembacaan, saya merampungkan tiga atau empat buku bertema sama yang akhirnya membuat saya uring-uringan sendiri. Hal ini mungkin berlaku juga pada tema perjodohan ini. Kali ini saya masih telanjur muak dengan seringnya tema ini didaur ulang. Maka, memang lebih baik jika saya agak menjauh terlebih dahulu dari buku-buku seperti ini. 

3 comments:

  1. hihi aku kayaknya beruntung jarang baca buku tema ini. Paling Eiffel I'm In Love (pas SMA) sama Andai Kau Tahu (yang cheesy banget). Paling sering nemu tentang persahabatan cowok-cewek trus jadi cinta.

    ReplyDelete
  2. aku kok malah suka ya, wakakaka, lebih tepatnya sih tentang pernikahannya, yah, itung-itung bisa belajar dari cerita yang bertema itu #UHUK

    ReplyDelete