Wednesday, December 25, 2013

Berburu buku sampai ke Timbuktu...


Nggak, ding, saya bercanda. Nggak sampailah ke Timbuktu. Lagi pula saya pun tak tahu di mana itu Timbuktu, hehehe (untung ada Google dan Wikipedia: Timbuktu). Ini hanya perumpamaan saya yang belakangan ini makin keranjingan berburu buku-buku murah ke seantero tempat obralan yang ada. Apa pasal? ...tentu saja karena poster ini:


Sebenarnya tinggal di Jakarta selama beberapa tahun ini sudah membuat saya memahami bahwa banyak event obralan di sana-sini jadi semestinya saya pun sudah bisa menebak jenis buku apa saja yang sering diobral. Namun, entahlah, dasarnya saya yang memang suka-belanja-malas-baca ini atau bagaimana, saya selalu tertantang untuk mendatangi satu per satu tempat obralan yang sedang menyelenggarakan event. Meskipun, tak jarang pula saya dirundung kecewa lantaran buku-buku yang diobral tak sesuai dengan harapan saya. Tapi, saya pun dari awal sudah mengantisipasinya, dengan menganggapnya sebagai risiko yang mesti saya tanggung. Hmm, tak perlu berlama-lama kecewa.

Tapiiii... senangnya adalah sebagian besar dari perjalanan saya berkunjung ke tempat-tempat obralan itu, saya menemukan buku-buku yang membuat saya speechless, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun selain hanya ternganga takjub. Bisa karena, "OHMYGOD, itu kan buku baru rilis minggu lalu, dan sekarang ada di diskonan? ASTAGAH!" atau "Yaampun buku itu tebalnya nggak kira-kira, dan harga aslinya saja di atas 100rebu, ini cuman dijual 25rebu? WAOW!" Kalau sudah begitu saya seolah trance, hilang kesadaran ---bukan pingsan, dan perlahan merapal puji syukur karena akhirnya mampu membeli buku yang kalau di toko buku biasa mungkin akan sekadar saya elus saja dan lewati dan memilih membeli buku lain.

Ngomong-ngomong soal obralan, saya memang tak mematok hanya mendatangi satu event saja. Apa pun yang namanya obralan, pasti saya usahakan untuk mendatanginya ---atau sekadar melihatnya (termasuk kategori online). Inilah beberapa jenis event obralan yang pernah saya kunjungi:
1.  Book Fair (Kompas Gramedia Book Fair, Islamic Book Fair, Jakarta Book Fair, Indonesia Book Fair).
2.  Pesta Buku Murah Penerbit (Gramedia, DIVAPress, Mizan, Andi, dll).
3.  Diskon online (grazera.com, inibuku.com, bukabuku.com, bukunya-scb.blogspot.com, dll).
4.  Tongkrongan rutin (Bursa Buku Murah Blok M Square, Terminal Senen, Lt. 3A Plaza Semanggi, Gramedia Matraman, Gudang Buku Plaza Festival, dll).
5.  Clearance Sale (Periplus, Kinokuniya, Books & Beyond, dll).
6.  Charity (Drive Books Not Cars, dll).
7.  dan banyak lagi event obralan yang lain.

Nah, yang saat ini sering saya sambangi adalah event Gramedia Big Sale (poster di atas) itu. Meski belum seluruhnya tapi sudah hampir 50-60% tempat-tempat itu pernah saya kunjungi. Sayangnya, saya lupa, lokasi mana yang kali pertama saya kunjungi, ya? Apa Carrefour Harapan Indah di Bekasi itu? Hmm, yang jelas teman-teman di Blogger Buku Indonesia turut bertanggung jawab membuat saya sebegini terobsesinya mendatangi tempat-tempat tersebut. Hihihi...

Oke, dari daftar di atas, tempat yang belum saya kunjungi:
1. Carrefour: Tangerang City, Taman Palem, Puri Kembangan, Karawaci, Ciputat, MoI, Taman Mini, Ciledug, Blu Mall, Cikarang, Karawang.
2. Lotte Mart: Taman Surya, Bekasi Square, Fatmawati, Kelapa Gading.
3. Ramayana: Kramat Jati, Depok, Karawang, Cikarang, PTC Pulo Gadung.

Yah, untuk tempat-tempat semacam Cikarang dan Karawang sepertinya tak akan saya kunjungi. Ada keinginan untuk menyambangi Ciputat, tapi lalu saya mikir, mikir, dan mikir lagi, sehingga akhirnya saya bisa mematikan keinginan itu. Ciputat jauhhhhhh, men....

Sebagaimana yang saya sebutkan sebelumnya, tak melulu saya happy mendatangi tempat-tempat itu. Ada juga tempat yang bikin keki dan nyesel datangnya karena ternyata salah lokasi atau buku-buku yang diobral 'basi' atau harganya ternyta tak masuk kategori 'obral'. Well, itu juga karena saya tak memperhatikan masa promonya sih, main hajar datang ke lokasi.

Kegilaan saya mendatangi tempat-tempat itu sebagian adalah untuk memuaskan hasrat pribadi, namun sebagian lagi saya ingin membantu teman-teman yang mungkin tak sempat datang atau tak mungkin datang karena jauh lokasinya yang sebenarnya mau juga beli buku-buku dengan harga segitu. Niatan itu saya wujudkan dengan membuat blog http://hanyanovel.wordpress.com dan akun twitter @fiksimurah untuk menjual ulang buku-buku yang saya beli di obralan kepada teman yang berminat (dengan tambahan harga).

Berikut adalah buku-buku yang membuat saya surprise ketika menemukannya.

masing-masing harganya cuman 10rebu lhooo...


Dan, ini sebagian lagi buku yang saya 'temukan' di obralan.


Baiklah, buat teman-teman yang masih ingin berburu buku di Gramedia Big Sale, disegerakan ya, karena di beberapa tempat mas-mbak penjaganya mengatakan bahwa event ini hanya sampai dengan akhir Desember 2013. Happy shopping!

Bersiap Menyambut 2014 yang SEKSI....:)


Salah satu kabar menyenangkan yang saya dengar di pengujung tahun 2013, dan untuk menyambut tahun 2014, adalah rencana peluncuran beberapa lini baru dan projek-projek seru dari Gagas Media. Well, fokus saya tetap Novel Metropop (dan Amore), namun hati saya pun siap untuk terbagi pada novel-novel romance lain yang bakal hadir.



Salah duanya adalah novel yang akan terbit dari lini Relationship Romance (RR) dan BOSS yang dicetuskan oleh Gagas Media, yang direncanakan sudah bisa mewarnai dunia perbukuan tanah air di tahun 2014 mendatang. Apakah itu RR dan BOSS? Saya beruntung bisa mengikuti workshop tentang kedua lini baru tersebut (plus lini baru yang disebut Indonesiana) bareng Christian Simamora dan Jia Effendie pada gelaran Kumpul Penulis dan Pembaca 2013 yang diselenggarakan bersama oleh Gagas Media, Bukune, dan Panda Media, pada hari Minggu, 22 Desember 2013 kemarin.

Apa sebenarnya RR dan BOSS ini? Untuk info lengkapnya silakan kunjungi dua tautan dari facebook resmi Gagas Media berikut ini ya:
1. Relationship Romance
2. BOSS

Untuk gambaran singkat, berikut saya kutip beberapa penjelasannya.
Relationship Romance
  1. Relationship Romance ini memotret naik-turun kehidupan pasangan. Bisa jadi merupakan pasangan yang sedang berpacaran, sudah bertunangan, atau sudah menikah. Subgenre ini akan fokus pada pasangan dan bagaimana mereka menyelesaikan masalah mereka.
  2. Target pembaca: 20-35 tahun, perempuan. 
  3. Ambience ceritanya bisa berupa drama maupun romantic comedy.
  4. Meskipun nggak berusaha membatasi tema novel, redaksi nggak menyarankan tema perselingkuhan. Sudah terlalu sering ah dibahas di novel seperti ini. Kami mengharapkan penulis bisa menghadirkan tema-tema yang lebih beragam dan segar selain itu.  


BOSS
BOSS adalah lini dengan tema besar relationship dengan laki-laki dominan dan kaya. BOSS merupakan pengembangan dari lini mainstream romance.
  1. Ciptakan karakter alpha male sesuai dengn kriteria yang sudah dijelaskan oleh Redaksi (silakan kunjungi tautan yang saya berikan di awal).
  2. Target pembaca: 20-35 tahun, perempuan.
  3. Tema cerita boleh apa saja. Mulai dari office romance (menjalin hubungan dengan bos di  kantor), perjodohan, kisah cinta berlatar luar negeri, etc. Sesuai imajinasi kamu saja.
  4. BOSS masuk dalam kategori sexy romance yang *uhuk-uhuk* jadi mohon sesuaikan dengan kondisi lokal (Indonesia) yaa...

Beberapa hasil foto materi workshop saya unggah di facebook Pembaca Novel Metropop.

Jadi, buat kamu yang punya minat dan ketertarikan untuk menulis novel romance yang sesuai dengan lini atau subgenre ini, segera selesaikan naskahmu, dan kirimkan ke Gagas Media.

Wednesday, December 18, 2013

[Resensi Novel Amore] Just Another Birthday by Rina Suryakusuma


Single Mom pun berhak untuk bahagia...

Sarah, single mom dari satu anak TK yang kritis dan suka bertanya segala hal, mulai dari pertanyaan sederhana seperti—Kenapa kita ulang tahun cuma satu tahun sekali, Ma?—sampai pertanyaan yang tidak bisa dijawab macam, “Mama, di mana Papa?”

Pada usianya yang masih 20-an, Sarah belajar dengan cara sulit bahwa hidup ini tidak seindah dongeng. Tak ada yang namanya Prince Charming. Namun ketika bertemu dengan Jeremy, Sarah bertanya apakah mungkin harapan itu masih ada. Bersama Jeremy, Sarah berpikir segalanya mungkin hingga ayah dari putrinya kembali ke dalam hidupnya.

Ketika kebahagiaan nyaris dalam genggaman, Sarah dihadapkan pada batu ujian hidup... terutama ketika dia harus kehilangan orang terpenting dalam hidupnya.

Judul: Just Another Birthday
Pengarang: Rina Suryakusuma
Pewajah sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 248 hlm
Harga: Rp48.000
Rilis: November 2013
ISBN: 978-979-22-9948-9

Membaca karya-karya Rina Suryakusuma selalu menerbitkan rasa damai dan menghindarkan sikap pesimistis. Kisah-kisah rekaannya selalu sukses membuat pembacanya, setidaknya saya, ikut optimis bahwa di setiap kesulitan pasti ada jalan keluar. Teruslah berjuang, maka setiap masalah akan dapat terpecahkan.

Just Another Birthday (JAB) pun membawa napas optimisme serupa. Berkisah tentang Christina Sarah, seorang single mom yang mesti berjuang mengasuh dan membesarkan anak semata wayangnya, Cassie, tanpa sosok lelaki yang berperan sebagai suami sekaligus ayah di sisinya, bahkan sejak ia mengandung gadis cilik yang kini genap berusia 4 tahunan itu. Lelaki pengecut itu, Rommy, tega meninggalkannya sendiri dan menghindar dari tanggung jawab. Untung ada sosok Mama yang selalu mendampingi Sarah dalam melalui segala macam hal pelik dalam kehidupannya.

Kalau kamu sudah sering membaca karya seorang penulis, maka kamu akan merasai sensasi yang familier ketika membaca karya penulis itu sekali lagi. Dan, saya pun merasakannya ketika membaca JAB ini. Kekhasan Rina yang tampil dalam diksi-diksi yang sederhana namun anggun sekaligus berbalutkan nuansa religius berhasil membuat saya betah membaca dan merampungkan novel ini. Energi positif menguar jelas ketika ikut terlarut dalam mengarungi perjalanan hidup tokoh utamanya.

Tentang topik single mother, buat saya, selalu menarik untuk diikuti, meskipun tak dapat disangkal kepentingan ‘moral’ ikut bermain selama proses pembacaan. Semua hal memang dapat diperdebatkan, tetapi tiap orang pasti punya prinsip masing-masing yang tak dapat diganggu gugat orang lain. Pun dalam kasus single mother semacam ini, saya akan menilik sikap pribadi. Bagaimana judgement saya pada Sarah, sang single mother? Mengapa ia menjadi single mother? Apakah latar belakangnya ‘negatif’ atau ‘positif’? Apakah saya sepatutnya bersimpati padanya atau menyalahkannya? Hal-hal semacam itu bermain-main di benak saya dan sedikit banyak menggiring opini saya pada banyaknya kemungkinan yang seharusnya terjadi pada Sarah. Dan, well, ada kalanya saya memang menyalahkan Sarah di sini, tapi saya pun sadar bahwa “life must go on”, “nobody’s perfect”, satu kesalahan pada perempuan bisa berakibat fatal hingga akhir hayat. Pahamilah. Ambil pelajarannya. Jadikan cermin hidup. Keputusan ada di masing-masing kita, mau memperbaiki diri atau tetap mengulang kesalahan yang sama.

Setelah Lullabysaya memang selalu menunggu penulis bisa membuat twist yang sedahsyat twistdalam Lullaby. Saya melihat ada kemungkinan itu di JAB, dengan menghadirkan sosok Mama, namun, entah kenapa saya justru sudah bisa menebak dari awal sehingga tak mendapati surprise apa pun ketika apa yang saya tebak memang terbukti. Saya justru berharap Cassie yang menjadi twist-nya, alih-alih sang Mama.

Dari segi cerita cukup klise sebenarnya. Antara bos yang dikenal galak dan anak buah yang sedikit bandel. Untung latar belakang Sarah yang single mother bisa menjadikan kisah ini sedikit berwarna. Meskipun jika menilik ke belakang, sudah ada Perang Bintang-nya Dewie Sekar atau sepenggal kisah dalam Metamorfosa Oase-nya Retni SB mengangkat isu yang sama.

Salah satu turn offsaya pada novel ini adalah pernyataan Jeremy di ujung cerita bahwa ia sejatinya sudah menaruh perhatian pada Sarah sejak kali pertama Sarah diterima bekerja di kantor itu. Arrrrgggrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrghhhhhhhhhhhhhhhhhhh… klise paling klise ya bagian ini, menurut saya. Dan, saya tak suka ini. Oh, bukan, saya benci bagian ini. Buat apa ada pernyataan semacam ini? Oke, memang diperlukan sebuah alasan mengapa seorang bos yang dikenal angker oleh banyak pegawai justru luluh di hadapan seorang Sarah, tapi tidak juga dengan pernyataan bahwa, “Aku sudah memperhatikanmu sejak kamu bekerja di sini,” preeeetdah! Adegan semacam ini tuh saya ibaratkan mirip adegan di film aksi ketika penjahatnya sudah berhasil meringkus si pahlawan tapi mau membunuh saja si penjahat ini ngoceh terus, membeberkan kenapa dan bagaimana ia berbuat jahat. Ujung-ujungnya penjahat itulah yang berbalik malah terbunuh. Kenapa sih kalau sudah berhasil menangkap Batman, Joker nggak langsung nembak atau nampol si Batman yang sudah terikat, dan malah ceramah? Hihihi… ya kalau pahlawannya mati, rusak dong skenario, “Kebaikan selalu menang melawan kejahatan, ya?” #gilasendiri

gambar dari sini: http://joe-renaissanceman.blogspot.com
Mengupas para tokohnya,terkadang saya masih merasa Cassie tampil dalam tutur kata orang dewasa ketika mendapat porsi dialog. Masih perlu sedikit sentuhan lagi untuk si kecil ini benar-benar terasa kanak-kanak. Menurut saya, membuat karakter anak-anak yang tampil sesuai umurnya adalah salah satu teknik menulis paling sulit. Entah karena dalam keseharian saya tak bergumul dengan anak-anak atau bagaimana sehingga gambaran saya akan tokoh anak-anak memang minim. Mungkin hal tersebut yang memengaruhi kemampuan saya menangkap sensasi kanak-kanak dari tokoh anak-anak.

Untuk tokoh Sarah sendiri, sebagai ‘aku’ ia sudah bertutur dengan baik. Sarah digambarkan sebagai sosok perempuan mandiri namun dirundung sepi. Sikapnya yang kadang tergesa-gesa mengambil keputusan, lalu mengubahnya lagi di menit berikutnya, bagi saya memang agak mengganggu. Sedangkan untuk Jeremy, hmm, secara keseluruhan oke, cocok dengan penggambaran sebagai seorang family man. Meskipun, saya agak kurang sreg ketika di adegan-adegan terakhir Jeremy terkesan cerewet, banyak omong, dan rayuannya terlalu manis.

Secara keseluruhan, saya suka kisah ini. Konfliknya memang sempit tapi tampil 'cukup' dan tidak berlebihan. Karena sudah tahu pakem novel Amore, maka saya tak heran bahwa novel ini tampak feminin, halus, manis, dan penuh cinta. 

Catatan tekis: masih ada beberapa typo, meski tak signifikan, tapi kalau lebih cermat maka novel ini tentu saja akan menjadi lebih baik lagi (secara cetakan).

Selamat membaca, kawan!

My rating: 3 out of 5 star

Wednesday, December 11, 2013

[Curhat] Akhirnyaaaaa.... Novel Romance berjaya di Anugerah Pembaca Indonesia 2013


Tanpa sadar, saya masuk demikian dalam pada genre buku fiksi yang satu ini. Romance. Yakin atau tak yakin, sepertinya saya memang ditakdirkan untuk menyukai novel jenis (mostly) cinta-cintaan ini. Maka, pada setiap penyelenggaraan anugerah karya sastra (buku) saya sering berdoa semoga ada buku-buku romance yang masuk nominasi, apalagi memenanginya. Meskipun, yaaa...entahlah, apa sebab, dengan pasti novel-novel romance jarang memenangi penghargaan, khususnya di Indonesia.


Pengetahuan saya tentang pemberian penghargaan di bidang literasi di Indonesia memang sangat minim, kalau tidak mau dibilang nggak tahu sama sekali. Palingan yang saya tahu dan dengar yaa... Khatulistiwa Literary Award, selebihnya saya tidak tahu. Sedangkan, kalau di luar negeri sana, pemberian penghargaan demikian banyak, baik ragam penghargaan maupun penyelenggaranya. Maka tak heran jika ada saja novel bergenre romance juga bisa memenangi penghargaan di sana, karena memang ada penghargaan yang memberikan apresiasi pada novel-novel romance.

Kembali ke Indonesia, saya sangat bersyukur ada Anugerah Pembaca Indonesia yang digagas dan diselenggarakan oleh komunitas pembaca aktif, Goodreads Indonesia. Meskipun banyak yang mencibir bahwa penghargaan ini tak jauh beda dengan kompetisi 'idol-idol'an di televisi, saya dengan antusias mensyukuri adanya penyelenggaraan kegiata ini. Mengapa? Karena dengan adanya penghargaan ini, saya sebagai penyuka genre romance setidaknya punya harapan bahwa kelak ada masanya novel romance bisa memenangi sebuah penghargaan. Tak melulu novel-novel berat yang bikin kening berdraperi ketika membacanya dan kebingungan setelah merampungkannya yang diunggulkan mendapatkan penghargaan. Namun, novel-novel romance best-seller juga bisa dianugerahi penghargaan.

Dengan sistem voting yang diterapkan dalam penyelenggaraan Anugerah Pembaca Indonesia (API), sangat dimungkinkan sebuah novel romance best-seller mampu memuncaki daftar pilihan karena tentu saja jumlah pembaca novel itu mungkin sudah ribuan orang. Dan, kalau saja mereka mau bergabung dan memberikan voting, tentu saja itu akan menjadikan novel tersebut melesat ke posisi pilihan nomor satu.

Tahun ini, doa-doa saya terkabul. Novel bergenre romance bertajuk Restart karya Nina Ardianti berhasil menggondol gelar Buku Fiksi Terfavorit API 2013, menyingkirkan empat kandidat lainnya ---yang kebanyakan bergenre romance juga, kecuali Pulang-nya Leila S. Chudori. Terlepas dari kondisi apa pun, harus diakui bahwa Restart memiliki faktor X yang mampu memikat voters untuk memberikan suaranya ketika memilih. Tentu saja, kritikus sastra dapat membeberkan tinjauannya atas novel ke-6 karya penulis Simple Lie ini. Tapi, pembaca sudah menentukan sikap. Tahun 2013 ini, Restart terpilih sebagai yang paling disukai pembaca Indonesia (yang berkesempatan mengikuti voting).

Sekali lagi selamat untuk Mbak Nina Ardianti (dan tim Gagas Media). Dengan kemenangan ini, saya brharap di kemudian hari akan lahir buku-buku bergenre romance yang layak dianugerahi penghargaan. Aamin.