Saturday, November 30, 2019

[Resensi Novel Young Adult Fantasi] The Poppy War by R.F. Kuang


First line:
"Tanggalkan pakaianmu."
---hlm.13, BAB 1

Semua orang terkejut ketika Rin berhasil masuk Sinegard, akademi militer elite di Kekaisaran Nikan. Tetapi, kejutan tidaklah selalu menyenangkan. 

Karena dianggap anak kampung miskin, Rin jadi bulan-bulanan. Apalagi karena ia perempuan. Dalam keadaan putus asa, Rin mendapati dirinya ternyata memiliki kekuatan supernatural yang mematikan—syamanisme. Di bawah bimbingan guru yang dianggap gila, Rin jadi tahu bahwa dewa-dewa yang selama ini dikira mati, ternyata masih hidup.

Kekaisaran Nikan hidup damai, namun bekas penjajahnya, Federasi Mugen, terus mengintai. Kekuatan syamanisme Rin mungkin satu-satunya yang bisa menyelamatkan rakyat, tapi semakin ia mengenal sang dewa Phoenix yang memilihnya, dewa penuh kemurkaan dan dendam, semakin ia khawatir.

Memenangi perang mungkin harus dibayarnya mahal dengan sifat kemanusiaan.

Dan mungkin semuanya sudah terlambat.

“Debut fantasi terbaik 2018.” - Wired

Judul: Perang Opium (The Poppy War)
Pengarang: R.F. Kuang
Pengalih bahasa: Meggy Soedjatmiko
Penyunting: Anastasia Mustika Widjaja
Desain sampul: David Ardinaryas Lojaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 568 hlm
Rilis: 28 Oktober 2019
My rating: 4,5 out of 5 star

The Poppy War sudah wara-wiri di linimasa medsos saya dari sejak lama. And I heard nothing but GREAT things about this one. Namun, saya sadar diri. Kalau maksain baca versi bahasa Inggris-nya pasti bakalan lama, nggak kelar-kelar. Beruntung GPU akhirnya menerjemahkan novel ini dan begitu rilis saya segera mengecek di akun Gramedia Digital, sudah ada, diunduh, dan disegerakan baca. Alhamdulillah, novel ini memang berhasil melampaui ekspektasi saya.

via GIPHY

Sejak mula, saya sudah dibuat deg-degan membaca lembar demi lembar halamannya. Adegan demi adegan langsung menyentak emosi, mengaduk-aduk perasaan, dan membuat saya kalang kabut. Jarang saya bisa dengan damai merunut setiap adegannya. Seolah-olah saya langsung diajak si tokoh utama untuk mengikuti setiap kejadian yang dialaminya. Senang, sedih, marah, kesal, sebal, keki, semua-mua deh. Dan, saya sangat menikmatinya. Meskipun ya itu, saya deg-degan nggak keruan. Nasib apa lagi nih yang bakal kejadian?

Cerita: Fang Runin, atau biasa dipanggil Rin, adalah yatim piatu yang tahu-tahu dirawat dan diasuh Keluarga Fang. Sehari-harinya dia dipaksa bekerja membantu usaha jual-beli obat-obatan terlarang (opium) sekaligus mengasuh anak Keluarga Fang yang sudah dianggapnya sebagai adik, Kesegi. Menginjak usia remaja-jelang-dewasa, seperti kebanyakan perempuan di Provinsi Ayam, Rin akan dinikahkan-paksa dengan seorang pengusaha yang sudah tua. Karena alasan itu, dan juga sudah muak dengan hidup di tengah Keluarga Fang, Rin nekat ikut mendaftar ujian Keju dan bertekad lulus agar bisa bersekolah---ala militer, di Akademi Sinegard. Dengan bantuan guru terbaik yang bisa ia mintai tolong, Tutor Feyrik, Rin akhirnya lulus ujian dan diterima di Akademi Sinegard. Tak dinyana, ternyata bayang-bayang kedamaian yang telah lama diimpikan Rin justru membawanya pada serangkaian petualangan mendebarkan yang melibatkan kematian, perang, pembantaian di seluruh negeri Nikan, hingga penemuan jati diri Rin yang sebenarnya.

via GIPHY

Tambahan: kisah dalam novel ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian 1: Rin masuk akademi, belajar hingga masuk tahun kedua dan menjadi murid magang pada salah satu Master hingga pecahnya perang akibat Tentara Federasi emnginvasi Nikan. Bagian 2: Rin menemukan esensi syamanisme yang membawanya menjadi pejuang tangguh dalam divisi khusus Nikan. Bagian 3: klimaks sementara atas prang yang terjadi. Oiya, buku ini adalah bagian pertama dari trilogi yang direncanakan ditulis oleh RF Kuang dan saat ini buku keduanya: The Dragon Republic, sudah terbit versi bahasa Inggris-nya (saya sih sabar nungg terjemahannya saja, hehehe).

Tambahan lagi: jajaran para tokoh yang akan muncul dan menjadi tokoh kunci petualangan Rin: Altan, Kitay, Nezha, Jiang, Niang, Chaghan, Qara, Anak-anak Ganjil Cike, Sang Maharani, dan beberapa lagi yang lain.

Novel ini benar-benar jahanam, tak mau ditaruh bahkan hanya sebentar---unputdownable. Page turner. Saya sampai curi-curi baca di setiap waktu luang yang saya punya, termasuk jam kerja. Woops! Sudah lama saya enggak seperti ini. Terakhir waktu baca Twilight tahun 2008 silam (HAHHH???). Serius!

via GIPHY

Menurut saya, novel ini paket lengkap. Ada nuansa dystophia, tergambar dari adanya dua belas divisi dari provinsi yang berbeda di bawah kendali Sang Maharani, Ratu Negeri Nikan (nama provinsinya binatang: ayam, kelinci, macan, dan sebagainya). Ada nuansa Harry Potter-nya (yap, pokoknya semua novel fantasi setelah Harry Potter memang bakal selalu direferensikan ya---saya aja kali), sedikit sih, di bagian seleksi masuk Akademi dan di tahun kedua setiap siswa diharuskan menjadi siswa magang pada salah satu dari tujuh master ilmu yang ada. Ada latar belakang sejarah, diambil dari sejarah Tiongkok, juga tentang Perang Opium (secara pengarangnya memang mempelajari sejarah Cina modern, dan mendapat gelar BA dari Universitas Georgetown). Ada petualangannya, ada unsur magic-sihir kunonya, ada gore-nya, ada romance-nya (DIKITTT banget, nggak ada adegan ciuman atau main ranjang, ya, cuman dijelasin dikit kalau beberapa tokohnya naksir si ini, naksir si itu, udah, jadi buat yang agak alergi sama romance di novel fantasi, ini aman banget).

Warning: meskipun novel ini masuk jajaran fantasi remaja, Young Adult, beberapa adegannya cukup brutal, semacam propaganda kekerasan, kekejian perang, penggunaan obat-obatan terlarang, penggambaran pemerkosaan pada masa perang, dan pembantaian. Untunglah, masih dalam tahap yang masih bisa ditoleransi. Namun, mungkin tidak untuk yang masih di bawah 15 tahun, kali ya.

via GIPHY

Selain petualangan yang mencengangkan, perjalanan Rin menemukan jati dirinya diwarnai dengan kepercayaan (sihir?) kuno Tiongkok yang disebut syamanisme (semacam Kejawen di Jawa, kali ya?). Nah, salah satu hal dasar tentang syamanisme adalah tentang berhubungan-dan-meminta-pertolongan dewa. Di titik inilah, para tokohnya--terutama Rin, juga mengalami pergolakan batin tentang makna ketuhanan. Mengapa ada orang yang memercayai begitu banyak dewa, sementara ada pula yang percaya hanya ada satu tuhan saja? Meskipun tidak begitu mendalam, hal ini cukup menyentil sisi religius pembaca--paling tidak buat saya.

Hal lain yang juga sangat terasa adalah unsur filsafatnya. Beragam pemikiran filosofis mewarnai setiap pengambilan keputusan, terutama pada adegan yang melibatkan para guru--Master ataupun sampai pada tahap syamanisme. Keterkaitan manusia dengan alam, manusia dengan Sang Pencipta, ataupun hubungan antarsesama. Yah, walaupun lagi-lagi, tak begitu mendalam.

Dari segi teknis cetakan (etapi, saya basisnya digital---e-book, karena saya bacanya di Gramedia Digital, dan siapa tahu buku cetak fisiknya malah lebih bagus), sepertiga bagian awal, lumayan mulus typo-nya, eh makin ke belakang kok makin banyak typo-nya. Entah proofreader-nya yang malah kesedot cerita jadi nggak konsen meriksa atau entah memang lalai saja. Cukup mengganggu, tapi terselamatkan sama ceritanya yang memang intens banget.

Overall, saya amat-sangat puas sama novel ini. Sudah lama saya nggak sedemikian antusias membaca sebuah buku, hingga rela saja dipaksa untuk segera menuntaskannya. Meskipun beberapa adegannya cukup brutal dan saya skip, saya tetap nggak sabar nungguin buku keduanya diterjemahin dan dirilis di sini.

via GIPHY

End line:
Dan ia akan memanggil para dewa untuk melakukan hal-hal yang sangat mengerikan.
---hlm.565, BAB 26

Wednesday, May 22, 2019

[Resensi Novel Romance] Kenya by Kincirmainan


First line:
GUE MENGISAP SEBATANG MARLBORO MENTOL dengan saksama, menghirup lewat lubang hidung, menahan sebentar di rongga mulut sebelum mengembuskan perlahan.
---hlm.5, Chapter 1 - RESOLUSI

Gue Kenya Barika Bayo, lahir di Kenya, punya adik cowok yang super mega ultra sensitif bernama Afrika.

Seperti cewek lain di muka bumi ini, gue juga bikin resolusi tahun baru yang nggak berguna sebab isinya 85% gagal 10% pasti segera gagal dan 5% belum pasti gimana nasibnya.

Kacau.

Delta, cowok yang gue sayang dari kecil dan mau gue tembak tepat pada malam pergantian tahun, which is bagian dari rencana besar gue tahun ini, justru jadian sama sahabat gue!
Parahnya, malam itu juga gue malah jatuh ke pelukan Data, adiknya Delta!

Oh my God, Kenya, what were you thinking?!

Judul: Kenya
Pengarang: Kincirmainan
Penyunting: Yuke Ratna Permatasari
Penyelaras Akhir: Ani Nuraini Syahara
Ilustrasi sampul: Bella Ansori
Desainer: Dea Elysia Kristianto
Penerbit: Penerbit Bhuana Ilmu Populer
Tebal: 356 hlm
Rilis: Mei 2019
My rating: 3 out of 5 star

Kenya


I'm bored and fell into a reading slump hole too deep when I saw this book on my Gramedia Digital's account. Jujur saja, selain nama "Kincirmainan" yang sudah wara-wiri di linimasa Twitter beberapa waktu ke belekang, kovernya yang kuning gonjreng dengan gambar ilustrasi cewek berambut keriting panjang awut-awutan yang sekilas mengingatkan saya pada karakter Merida di film animasi garapan Pixar-Disney "Brave"-lah yang membuat saya akhirnya mengunduh fail di Gramedia Digital dan langsung membacanya.


via GIPHY

I LOVEEE.... HER WRITING! Itu kesan pertama ketika mengawali membaca novel ini. Lincah, lugas, diksi apik, tatanan bahasa-kalimat yang bagus, kalimat serbaguna, mengalir lancar... pokoknya jenis yang bisa membuat saya betah berlama-lama membaca sebuah buku, makanya saya langsung mengucap syukur karena merasa menemukan "tangga" untuk bisa merangkak keluar dari lubang kemalasan membaca. Sudah lama saya enggak nemu gaya menulis ceplas-ceplos seperti ini, terakhir di Resign-nya Almira Bastari.

Pun, dengan para karakternya. Begitu hidup, begitu berwarna, begitu ekspresif. Mulut seperti enggak ada saringannya. Saya menyukai fakta-fakta yang terselip di sana-sini sebagai latar belakang karakter masing-masing. Favorit saya: Data dan Jamal. Maka, harapan untuk menyukai dan berakhir dengan menyematkan rating 5 bintang di goodreads pada novel ini begitu tinggi.


via GIPHY

Well, ternyata KENYAtaan tidak selalu berbanding lurus dengan harapan, ya. Kayak penginnya ongkang-ongkang kaki doang terus dapet gaji gitu, hehehe. Premis yang cukup kuat berakhir di eksekusi yang kebanyakan drama dan serba kebetulan, *sigh.


via GIPHY

Premis: Kenya adalah sulung dari dua bersaudara, kakak perempuan dari seorang adik laki-laki bernama Afrika. Keduanya bak tertukar jiwa, Kenya justru berkelakuan seperti laki-laki sedangkan Afrika cenderung bersikap seperti perempuan. Kenya punya trauma masa lalu menyangkut hubungan romantis, hingga sangat selektif untuk berani menjalin hubungan dengan komitmen. Terlebih, dia sebenarnya sudah jatuh hati pada sahabat sejak kecilnya, Delta, tapi terpaksa harus menguburnya dalam-dalam karena si sahabat sudah menjalin kasih dengan sahabatnya yang lain, Bella. Karena Kenya memang tentang cinta, secara garis besar novel ini akan melulu membahas perjuangan Kenya mencari cinta sejatinya. Tentu saja dilengkapi dengan BANYAK drama di sekelilingnya, mulai dari hubungan dengan keluarganya (adik dan ibunya---terutama dengan adiknya, yang selalu berantem, kayak anjing-kucing), lingkungan kerjanya, adik-beradik Delta dan Data, Bella, Jody, dan masih banyak lagi.

Sesemangatnya saya melahap kalimat demi kalimat buatan Kincirmainan, ada dua adegan yang membuat saya ingin berhenti baca dan memutuskan DNF saja. Cuman, karena sudah lumayan jauh bacanya, akhirnya saya kuat-kuatkan hingga akhir halaman.


Saya pernah protes pada aliaZalea waktu menulis Miss Pesimis yang lumayan vulgar ataupun Okke "sepatumerah" di Heart Block yang seolah mengampanyekan merokok, well... ternyata dua novel itu nggak ada apa-apanya dibanding Kenya ini. Sering berkata kasar, cek; seks bebas, cek; hubungan sesama jenis, cek; merokok, cek; minum alkohol, cek; jambak-jambakan di area publik, cek; menyumpahin ortu-sodara-temen, cek; hubungan sesama sodara alias incest, cek. Lengkap banget pokoknya. Semakin ke sini, saya sih mulai "terserah lo, deh", sama urusan-urusan seperti ini. Hanya saja, saya tetap akan menginformasikan ke siapa pun yang kebetulan membaca resensi ini, bahwa di dalam novel yang saya baca mengandung hal-hal vulgar atau disturbing, siapa tahu ada yang butuh, kan?


via GIPHY

Pada akhirnya, hanya tiga bintang yang bisa saya sematkan untuk Kenya. Coba saja dramanya enggak begitu banget. Coba saja ada bagian-bagian yang dipotong saja. Coba saja adegan-adegan meet cute-nya enggak dibikin serba kebetulan. Coba saja Kenya nggak pernah jadian sama Delta dan fokus ke Data saja. But, I do really love Kincirmainan's writing. Saya masih mau nyoba baca karyanya yang lain, tentu saja.

Topik bahasan:
1. Sahabat jadi cinta
2. Cinta bersegi banyak
3. Office romance
4. Latar: bidang peternakan (babi), kuliner (chef), pengarang
5. Dosa masa lalu
6. Drama keluarga
7. Setting: Jakarta

Selamat membaca, kamu.

End line:
Data bikin grilled tenderloin yang juicy banget, bikin gue makin cinta sama dia.
---hlm.347, Epilog

Monday, April 29, 2019

[Resensi Novel Romance] Asa Ayuni by Dyah Rinni: sejumput cinta penuh drama


First line:
Ayuni Safira bangun pada jam empat pagi dengan dua prioritas utama: reuni nanti siang dan bagaimana membuat Poppy, teman sekaligus musuh yang pasti datang,
mengagumi rumah dan kue buatannya.

---hlm.1, Bab 1 - Reuni

Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.

Di salah satu bloknya, ada sebuah rumah, yang kalau kau masuk ke dalamnya akan merasakan nuansa paduan klasik dan modern. Desainnya tampak chic, dan bantal pink elektrik di atas sofa cokelat akan membuatmu betah di sana.

Seorang perempuan yang pandai membuat kue tradisional akan menjadi teman mengobrolmu. Dia punya toko kue tak jauh dari rumahnya. Dia sedang berduka, baru saja kehilangan suaminya. Ada getir terpancar dari matanya. Namun, dia amat terlihat berusaha tegar. Perempuan itu Ayuni. Perempuan manja yang sedang berpura-pura tangguh demi memupuk asanya yang baru saja hancur.

Judul: Asa Ayuni
Pengarang: Dyah Rinni
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: Falcon Publishing
Tebal: 236 hlm
Rilis: Desember 2016
My rating: 3 out of 5 star

Sejujurnya, saya sudah kepingin baca Asa Ayuni sejak bundel seri Blue Valley dirilis oleh penerbit Falcon Publishing pada Desember 2016/Januari 2017 silam. Namun, karena satu dan lain hal, keinginan itu tertunda terus dan terus, hingga hampir saja ikhlas untuk merelakan tak membaca Asa Ayuni. Barulah awal Maret 2019 lalu, ketika gelaran Big Bad Wolf kembali menyambangi Jakarta, emmm... BSD lebih tepatnya, keinginan itu muncul lagi demi melihat Asa Ayuni ada di tumpukan buku obral bagian novel Indonesia, hanya dibanderol Rp15.500 dari harga resminya Rp72.000. Oke, nggak perlu mikir lagi: COMOT!

gambar dari sini: falconpublishing.co.id

Well, tapi dibacanya pun enggak langsung, hehehe. Baru kelar kemarin (27/04) sejak dimulai hari Kamis (25/04). Saya suka cara menulis Dyah Rinni, ittulah mengapa dari lima buku di seri Blue Valley, saya paling-paling kepinginan dibaca ya Asa Ayuni. Dari Marginalia, lalu lanjut Beautiful Liar, dan Mermaid Fountain, saya terpuaskan oleh diksi Dyah yang sederhana, tapi tak biasa dan penuh makna. Maksudnya, tiap kata pembentuk kalimat rekaannya ditulis dengan niat dan tujuan, sehingga sayang untuk di-skimming dan maunya dirunut satu per satu.

Begitupun dengan departemen karakterisasinya. Saya menyukai tokoh-tokoh yang dihidupkan Dyah di ketiga bukunya yang sudah saya baca sebelum Asa Ayuni, terutama di Marginalia. Well, so far sih, Marginalia is my most favorite dari karya-karya Dyah.

Sayang sekali, kedua kesukaan saya itu, kali ini kurang berhasil di Asa Ayuni. Saya tak bilang gaya menulis Dyah berubah, hanya saja diksinya yang sudah baik, kurang bisa diimbangi dengan pace serta jalinan adegan pembentuk ceritanya. Entah bagaimana, saya merasa banyak bagian yang tidak tertambal dengan sempurna, berasa lompat-lompat. Don't get me wrong, pace ceritanya terbilang cepat, konflik dan subkonflik tersusun bertumpukan dan berkejaran satu demi satu, tapi justru bikin saya frustrasi. Ini kisah cinta kecil yang penuh drama.

Dalam halaman ucapan terima kasih, Dyah menulis:
Barangkali kedengarannya klise, tetapi bagi saya, Asa Ayuni adalah tantangan terberat di dalam karier menulis saya.... dst... dst...
...setelah dua setengah bulan menulis, lebih dari 60.000 kata yang diketik dan separuh naskah yang dibabat habis, novel ini bisa hadir... dst... dst...
Saya tak bisa memastikan, tentu saja, cuman saya jadi berasumsi mungkin awalnya tulisan cukup berkesinambungan, tapi dengan beragam pertimbangan, harus dipotong di sana-sini.

FYI, Asa Ayuni menyajikan tokoh utama Ayuni Safira dan Elang Tejawijaya, yang awalnya selayaknya kutub utara-selatan yang tak mungkin bisa berkaitan, hingga karena suatu sebab mereka akhirnya dipertemukan. Naskah diceritakan menggunakan PoV orang ketiga dengan angle kamera pada satu-beberapa bab difokuskan pada Ayuni dan terkadang difokuskan pada Elang, hingga pembaca diberikan gambaran secara gamblang pada karakter masing-masing, termasuk subplot-subkonflik yang dimiliki oleh kedua tokoh.

Di situlah, saya gagal dipuaskan. Drama-drama yang mengejar Ayuni dan Elang terlampau dramatis, tapi kurang digali. Beberapa karakter juga tampil serba hitam-putih, misalnya Poppy. Menurut saya, people change, dan kalaupun tak berubah sesuai harapan kita, tetap saja tak sama dengan mereka di masa lalu. Dan, saya tak diberikan penjelasan yang cukup mengapa Poppy begitu memusuhi Ayuni dan mengapa Ayuni begitu ingin mengalahkan Poppy. Hal serupa terjadi pada saat Ayuni menghadapi Laras. Sikap frontal Ayuni agak kurang pas saja. Apa sih yang pernah dialami Ayuni dulu sehingga kadang dia bisa menjadi teman yang menyenangkan, tapi kadang juga gampang emosian dan cenderung suka main kekerasan? Bagi saya, tak cukup alasan untuk membentuk pribadinya.

Asa Ayuni juga menghadirkan banyak sekali kebetulan yang janggal. Ayuni anak tunggal? Elang anak tunggal? Satria anak tunggal? Ayuni dan Satria juga hanya punya anak tunggal? Zetro anak tunggal?


via GIPHY

Bukan bermaksud spoiler, tapi Elang ini sudah merintis sebagai manajer berpengalaman hingga ke Australia, mestinya sudah punya banyak relasi di bidang yang digelutinya kan, ya? Dan, Gulaloka milik Ayuni ini "hanya" sebuah toko kue yang tidak digambarkan super terkenal, dari lowongan kerja manakah Elang mendapatkannya? Oke, di halaman 100, disebutkan: Elang menekan logo browser di ponselnya dan mulai mencari lowongan pekerjaan. Lalu di halaman selanjutnya, Elang sudah datang ke Gulaloka untuk menjalani sesi wawancara kerja tanpa diberikan penjelasan yang cukup, kenapa dia memilih melamar kerja ke Gulaloka. Hmmm.


via GIPHY

Akhirnya saya melanggar janji sendiri, banyak bagian yang saya skip, karena tak sabar menunju akhir cerita. Dan, ya, ujung konlik berbeda dari tebakan saya dan cukup masuk akal sebagai pengakhiran beragam drama yang melanda Ayuni. Tak begitu memuaskan, tapi oke-lah.

Topik bahasan:
1. Office-romance
2. Cinta segitiga
3. Tema: kuliner - pastry
4. Single parent
5. Anak berkebutuhan khusus; Asperger Syndrome
6. Setting lokasi: Jakarta - Sydney
7. Drama keluarga; parenthood

End line:
"Namun, kelak, jika saatnya tiba, Elang berharap, sungguh-sungguh berharap, Ayuni membukakan pintu hati hanya untuknya.
---hlm.232, Bab 24 - Asa

Monday, March 25, 2019

[Curhat] Kalau lagi bosan baca saya biasanya...


Well, namanya juga manusia. Punya selera, punya momen dilanda kebosanan, punya waktu-waktu tertentu tak bisa hanya melakukan sau hal terus-terusan secara konsisten sepanjang waktu. Oke, katanya sih bisa saja kalau: disiplin dan memang dilatih. Ya tapi, kayaknya sih tetap ada waktunya, kita kepingin cuman bisa duduk selonjoran atau rebahan, tanpa melakukan apa-apa, kan?



Begitupun sama melakukan hobi. Hei, hobi kok bisa bikin bosan? Ya itu tadi, kalau dilakuin sepanjang waktu dengan gaya dan keteraturan monoton, lama-lama ya membosankan juga. Termasuk hobi membaca. Reader's block atau reading slump atau lagi malaaaassszzzzzzzz baca banget, bisa saja kejadian. Nah, kalau lagi bosan baca saya biasanya...

1. Dengerin musik favorit, musik terbaru dari artis favorit, musik terbaru dari negara entah mana, musik terbaru yang lagi nangkring di Billboard top chart atau iTunes top chart, atau musik terbaru yang lagi trending di YouTube.

2. Nontonin video-video di YouTube dari musik-musik di nomor 1. Ini beberapa yang saya suka banget:








3. Nontonin vlog dari Booktuber favorit. Ini beberapa vlog yang barusan saya tontonin:





4. Nontonin film yang ada di YouTube atau di laptop. Terakhir nonton film: The Intern untuk keseratus alinya (lebay), Harry Potter seri mana pun (terutama seri ketiga) untuk kesejuta kalinya (lebay juga), dan The Devil Wears Prada untuk keseratus juta kalinya (tambah lebay).

5. Nontonin serial TV favorit yang sudah dipunya: Younger dari season 1, The Good Fight, The Good Wife, Brothers and Sisters, dan Ugly Betty.

6. Jalan-jalan atau sekadar main sama keluarga.

Jadi, kalau lagi bosan baca kamu biasanya ngapain?