Tuesday, December 30, 2014

...selamat "melepas masa lalu" bersama Walking After You by Windry Ramadhina


Seseorang bilang,


Apa pun yang terjadi, hidupmu harus terus dilanjutkan... the show must go on. Karena kita tidak diberikan keajaiban untuk bisa memutar waktu kembali dan memperbaiki seseuatu yang dirasa tidak pas di masa lalu, maka mengambil hikmah atas apa yang terjadi dan melanjutkan hidup adalah pilihan terbaik yang bisa kita lakukan.

Namun, tanpa keajaiban apa pun kita bisa sedikit meringankan beban masa lalu dengan mengakui kesalahan --jika memang kita yang salah-- dan meminta maaf pada seseorang yang kepadanya kita memiliki kesalahan. Melepas masa lalu bukan dengan melupakannya tapi dengan menerimanya. Seperti Anise yang bertahun-tahun tenggelam dalam rasa bersalah atas kepergian saudari kembarnya, Arlet. Dia menyangka karena dialah, Arlet harus lebih dulu terbang ke surga. Celakanya lagi, dia tak pernah berterus terang kepada siapa pun bahwa dialah yang menanggung kesalahan itu. Padahal, tak seorang pun menyalahkannya atas kejadian itu.

Walking After You karya Windry Ramadhina terbitan gagasmedia begitu berhasil menyibak tirai kelam masa lalu An dan memotret setiap usaha yang dilakukannya yang diyakininya bisa menghapus rasa bersalah itu. Tulisan Windry begitu manis apalagi dengan latar dunia kuliner --kue-kue menakjubkan dan masakan italia yang tampak lezat-- dan karakter yang begitu hidup serta kaya, saya yakin bisa menenggelamkanmu dalam proses pembacaan yang menyenangkan sekaligus mengharukan.

Terima kasih untuk gagasmedia dan Windry Ramadhina serta GagasAddict yang telah memercayai saya untuk ikut serta dalam Virtual Blog Tour #3CeritaCinta edisi Walking After You ini. Sangat menyenangkan.


Dan, sekarang saatnya beralih ke giveaway #WalkingAfterYou berhadiah satu eksemplar novel terbaru karya Windry persembahan gagasmedia yang sudah diselenggarakan selama satu hari penuh, kemarin. Terima kasih kepada seluruh tweemans yang sudah bersedia berbagi rasa tentang masa lalunya. Mungkin agak tak nyaman, atau bisa jadi menyulitkan. Tetapi, semoga saja bisa membantu meringankan beban untuk melepas masa lalu. Dan, dari sekian tweemans yang berpartisipasi saya tak bisa berpaling dari cerita ini:

Selamat ya, @evizaid. Semoga Walking After You bisa menguatkanmu untuk bisa meminta maaf langsung pada teman masa remajamu itu. Nanti saya hubungi untuk konfirmasi hadiahnya, ya.

Untuk tweemans yang lain, ini bukan promosi karena saya menjadi salah satu host Virtual Blog Tour novel Walking After You, tapi saya benar-benar terlarut dalam kisah si kembar An dan Arlet yang berlatar dunia kuliner ini. Maka, saya sangat merekomendasikan kepada siapa saja --terutama penyuka romance-- untuk bisa menyempatkan membaca novel ini. Bacalah dan semoga kamu juga bisa merasakan apa yang saya rasakan selama membaca novel ini: Menyenangkan sekaligus mengharukan.

Selamat membaca, tweemans.

Monday, December 29, 2014

Masih sempatkah aku meminta maaf padamu sekarang, B?



Aku benci ketika kami bertengkar. Gulungan emosi akan membakar semua logika, lalu hanyalah kata-kata yang saling menyakiti yang akan terlontar dari bibir kami. Tak ada lagi ucapan saling menguatkan. Apalagi saling menenangkan. Ego menjadi satu-satunya yang didahulukan. Kalau sudah begitu, aku mensyukuri kami menjalani hubungan jarak jauh. Tak perlu saling menghindari kami sudah otomatis terpisahkan.

Dan, setiap kali sehabis bertengkar dengan kekasihku –aku memanggilnya B—di seberang sana, aku mesti mencari cara untuk mendinginkan pikiran. Sepotong tiramisu yang baru dikeluarkan dari kulkas, atau segelas es kelapa muda dan pipilan jagung bakar berbalur margarin, atau seseduh kopi hitam yang hanya kuminum di waktu super-menyebalkan macam ini. Lebih mudah lagi jika langit mencurahkan airnya ke bumi. Hujan selalu bisa mengalihkan segala masalahku. Rintiknya bisa mengaburkan semua gundah.

pic: http://joodude.deviantart.com

Tapi, tidak kali ini. Tidak di saat B mengetikkan satu pesan teks. Pendek saja. Tapi mampu menciptakan badai yang menggemuruhkan otakku.
Mas, aku minta waktu dimajukan. Lamar aku satu bulan lagi. Bisa?

Kuremas ponsel di genggaman. Sedikit gemetar. Bercampur degup jantung yang menderu serta kekesalan yang menggumpal di dada. 

Belum sempat kubalas pesan itu, panggilan masuk ke ponsel. Nama “B” terpampang di layar. Refleks kujatuhkan ponsel ke meja. Nada deringnya yang cukup berisik mengganggu beberapa pengunjung Your Coffee sore ini. Kecamuk emosi yang begitu hebat membuatku urung menerima panggilan itu. 
Selalu begini. Kalau ada masalah, Mas ndak pernah mau nerima teleponku. Angkat, Mas.

Aku masih bergeming, menatap nanar ponsel di meja.
Ndak bisa? Aku butuh kepastian, Mas. Kalau ndak bisa, ya ndak usah diteruskan ini semua.

Aku lemas. Tubuhku merosot di kursi. Dengan panik ku-dial nomor B.

***

Tapi, semua sia-sia. Aku tak bisa memberi apa yang diminta B. Waktu satu bulan yang dimintanya tak mungkin aku penuhi. B tahu aku tak bisa, tapi dia tetap memintanya. Apakah dia sengaja melakukannya? Agar bisa putus dariku? Ya, aku yakin dia sengaja melakukannya. Entah bagaimana, dia pasti sudah merencanakan untuk membatalkan kesepakatan kami. Kesepakatan untuk menikah tiga bulan lagi dari sejak dia meminta waktu dimajukan.

Secara sepihak, aku menimpakan separuh kesalahan padanya. Jelas saja, ini salahnya. Buktinya, dua bulan sejak dia minta putus, aku dengar dia sudah lamaran dan hendak menikah dengan pria lain. Coba, logika siapa yang tidak bakal mengira bahwa permintaan konyol B untuk memajukan waktu lamaran kami adalah skenario buatannya? Tipu-tipunya untuk membuatku punya alasan mengakhiri hubungan kami? Coba, siapa yang berani bilang ini semua bukan salahnya?

Dan, tahu apa yang lebih menyakitkan lagi? Dia akan menikah dengan lelaki yang beberapa waktu lalu dia keluhkan sebagai pengganggu. Aku masih ingat bagaimana dia menyebut pria itu kutu kupret.

"Mas, masak kamu ndak bisa ke sini bulan ini? Aku mau curhat..."

Begitu rajuk B ketika kubilang per telepon aku belum bisa menengoknya ke kota seberang bulan ini. Ada setumpuk kerjaan deadline plus uang tabungan sedang menipis. Waktu itu akhir bulan, gaji di tabungan tinggal beberapa digit saja, dan aku baru dari sana akhir bulan kemarin.

"Sebel banget aku karo cowok itu. Ganggu aja kerjaannya kalau mampir ke sini, Mas. Aku males lihat mukanya. Selalu bikin gara-gara. Kemarin dia seenak-enaknya nggodain aku. Sudah kubilang aku punya pacar, punya tunangan, dia masih aja deket-deketin aku. Aku kan risih, Mas. Terus...."

Curhat B selalu panjang ketika kutelepon. Dan, aku menjadi pendengar setia sekaligus terkadang mencoba untuk menenangkannya, jika ada yang dirasa mengganggu hari-harinya.

"Aku pengin Mas ke sini, biar si kutu kupret itu tahu aku sudah ada yang punya..."

Dan, si kutu kupret sialan itulah yang menikahinya. Benar-benar tak bisa kupercaya. Ya Tuhan... klise sekali! Hidupku bukan sinetron, for God's sake. Mengapa bisa ada selipan adegan tak bermutu itu di dalam hidupku. Yang benar saja!

Separuh kesalahan yang lain ada pada keluargaku yang memaksaku membuat kesepakatan sialan itu. Seandainya saja tak ada kesepakatan itu, aku dan B pasti akan tetap bersama. Aku dan B pasti sudah menikah dari setahun yang lalu, sejak aku mengajaknya ke rumah dan memperkenalkannya kepada seluruh anggota keluargaku. Aku dan B pasti sudah bermain bersama anak-anak kami--anak kembar tiga kami (aku yang bermimpi punya anak kembar tiga). Aku dan B pasti sudah…. 

Arrghhh….

Kata orang, nasi sudah jadi bubur. Semua asa yang kugantungkan di angkasa bersama B nyatanya tak ada artinya. Hanya sebatas fatamorgana. Maka, melupakan segalanya adalah satu-satunya jalan untuk membasuh semua luka. Manis-pahit, semua harus dimusnahkan. Jangan sampai ada setitik pun yang tertinggal.

Pergi. Menghilang. Memutus segala kontak. Demi masa depan, semua hubungan ditiadakan. 

Langkah pertama yang kuambil adalah mengganti nomor ponsel. Nomor kontak B, nomor ayahnya, ibunya, pamannya, semua kuhapus. Langkah selanjutnya, aku mati-matian minta dimutasi. Bekerja lebih rajin. Meminta pekerjaan tambahan. Menyodorkan diri untuk ikut kegiatan ini-itu. Hingga kabar yang kunanti-nantikan itu datang setahun berselang. Aku dimutasi ke Jakarta. 

Hiruk-pikuk Jakarta membuatku amnesia atas semua hal tentang B. Meski ternyata hanya bersifat temporer. Pada waktu-waktu tertentu, bayangan senyum manisnya, genggaman lembutnya, hingga gairah cumbuannya, tanpa permisi terputar kembali. Ternyata, pergi tak serta-merta memudahkanku melupakannya. Mungkin mata fisikku bisa kukelabuhi tetapi mata hatiku tidak. Masih ada yang kosong di sebelah dalam sana yang menganga dan terus-menerus mengirimkan keping demi keping kenanganku bersamanya. B, will you let me go, please?  

***

Mungkin saya memang harus menerima masa lalu itu. Bahwa, takdir tak digariskan untuk kami—aku dan B. Mungkin saja dalam catatan-Nya, Tuhan hanya memberi kami kesempatan untuk bertemu, mengucap janji, kemudian memisahkan kami kembali. Melupakan janji-janji. Dan, setelah sepuluh tahun berlalu, saya tersadarkan. Mungkin semua kesalahan tidak sepatutnya saya timpakan hanya pada B atau keluarga saya. Mungkin saya sendiri juga bersalah di sini. Bahkan B pernah mencoba menghubungi saya melalui teman dan menjangkau saya melalui Facebook, namun tak saya tanggapi. Saya tak ingin membuka luka yang sudah saya perban rapat-rapat. Salahkah saya?

An dan Arlet adalah si kembar penggemar memasak yang menjadi tokoh utama di novel ini

Saya merasa belum memiliki keberuntungan seperti halnya Anise, atau An yang dikisahkan dalam novel Walking After You karya Windry Ramadhina ini, yang telah berdamai dengan masa lalunya. An yang awalnya berpura-pura bisa menebus kesalahannya dengan membelokkan mimpinya sendiri untuk kemudian mengejar mimpi Arlet, adik sekaligus kembarannya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan yang selalu diasumsikan sebagai kesalahannya itu.
Itu masa lalu. Jangan terjebak di dalamnya terlalu lama (hlm 275), sudah saatnya kau melepaskan masa lalu (hlm 280).

Begitu yang dinasihatkan Julian, koki kebanggaan toko kue Afternoon Tea—tempat An berpura-pura sebagai Arlet, untuk bisa lepas dari rasa bersalahnya.

Bisakah saya seperti Anise? Bisakah saya mengirim seikat permohonan maaf secara terus-terang pada B? Jauh-jauh hari saya sudah menghantarkan sebuket keikhlasan seandainya B secara langsung maupun tak langsung meminta maaf kepada saya. Saya sudah memaafkannya. Mungkinkah dengan meminta maaf itu, semua kenangan masa silam yang merantai kaki bisa terlepas? Bisakah satu tempat di dasar hati saya terisi nama lain? Nama yang digariskan Tuhan sebagai jodoh saya? Masih sempatkah saya meminta maaf padamu sekarang, B?

Sepertinya saya harus melakukannya. Oh, tidak, saya tak mau berjanji. Saya akan mencoba melakukannya. Meskipun mungkin tidak dalam waktu dekat ini.

Bagaimana denganmu, tweemans? Adakah seseorang dari masa lalumu yang berhak menerima permintaan maafmu? Beranikah kamu meminta maafnya sekarang?

Tolong jawab pertanyaan saya di kolom komentar di bawah. Sertakan ID Twitter dan alamat E-mail di bawah komentarmu. Satu eksemplar novel Walking After You karya Windry Ramadhina persembahan dari gagasmedia mungkin bisa menguatkan niatmu untuk menyegerakan berdamai dengan masa lalumu. Tolong, bantu saya. Saya tunggu jawabanmu sampai pukul 24.00 WIB hari ini saja. Saya berharap bisa berguru padamu agar bisa berdamai dengan masa lalu.


Friday, December 26, 2014

Menantang diri sendiri untuk membaca lebih banyak buku di tahun 2015


Tahun 2013-2014 menjadi tahun terburuk saya dalam catatan perjalanan seorang pembaca buku. Saya gagal mencatat kemajuan demi kemajuan yang saya alami dalam proses membaca buku. Selain gagal memenuhi target baca yang saya pasang di goodreads.com, saya pun gagal memenuhi ambisi untuk menulis resensi atas buku yang sudah saya baca minimal 5 (lima) resensi per bulan. Amburadul benar.

Nah, di tahun 2015 nanti saya ingin memperbaiki catatan perjalanan proses membaca saya itu. Enggak mesti langsung bagus juga, sih. Paling tidak meningkat di jumlah buku yang dibaca saja cukup, kok. Syukur-syukur meningkat pula semangat unuk menulis resensi buku yang selesai saya baca. Tahun 2015 juga sepertinya saya pengin tekun membaca-membaca-dan-membaca saja. Beberapa hal yang sudah saya lakukan di dua tahun terakhir kemarin mungkin tidak akan saya lakukan lagi. Misal aktif di komunitas tertentu (cukup jadi pemeran figuran yang numpang lewat), tak lagi menerima (atau mencari) order mengedit, atau kegiatan lainnya. Saya benar-benar ingin kembali menikmati saat-saat "hanya" membaca buku.

Sejalan dengan itu saya ingin mencatat detail proses membaca, salah satunya dengan bantuan atau dorongan mengikuti beberapa tantangan membaca (reading challenge) dari rekan-rekan blogger buku di mana pun. Enggak hanya blogger dalam negeri, tapi juga blogger dari luar negeri. Ini beberapa reading challenge yang sedianya akan saya ikuti di tahun 2015 mendatang.


Beberapa tantangan membaca ini saya nyontek dari punyanya Louis Johnson di youmeandacupofteablog.blogspot.com.

1. 2015 Women' Challenge
RC ini di-host oleh blog Peek a Book, untuk info lengkapnya silakan klik peekabook.it. Intinya sih kita diminta membaca buku-buku yang ditulis oleh perempuan. Halah, kalau novel-novel romance banyakan ditulis perempuan, ya, hehehe. Saya pilih ikutan Level 3 - SUPER GIRL dulu deh, yaitu mesti baca 16-20 buku. Ini kira-kira yang kepikiran sekarang:
1) Happily Ever Afer by Winna Efendi
2) Cinta Sehangat Pagi by Indah Hanaco
3) Oppa & I #1 by Orizuka dan Lia Indra
4) Oppa & I #2 by Orizuka dan Lia Indra
5) Oppa & I #3 by Orizuka dan Lia Indra
6) Two Lost Souls by Pia Devina
7) A Week Long Journey by Altami A
8) Heart Quay by Putu Felisia
9) Montase by Windry Ramadhina
10) Kuncup Berseri by Nh. Dini
11) Paquita dan Pangeran Bianglala by Citra Rizcha Maya
12) Bared to You by Sylvia Day
13) Slammed by Colleen Hoover
14) Pulang by Leila S. Chudori
15) Amba by Laksmi Pamuntjak
16) The Outsiders by Michelle Paver
17) Angel Creek by Linda Howard
18) Cewek Matre (baca ulang) by Alberthiene Endah
19) Tea For Two by Clara Ng
20) What Happened to Goodbye by Sarah Deseen

2.  Let Me Count the Ways Reading Challenge
RC ini di-host oleh Avanti Ciera, untuk info lengkapnya silakan klik avanticiera.com. RC ini mengajak kita untuk menghitung jumlah halaman dari semua buku yang kita baca dalam setahun. Lucu juga ya RC ini. Saya enggak pernah ngitungin berapa lembar halaman buku yang saya baca per tahunnya. Dengan asumsi optimis bisa membaca 100 buku dengan jumlah halaman minimal 200 lembar per buku, maka kurang lebih saya bisa membaca 20.000 halaman setahun. Tapi, saya enggak mau muluk-muluk, deh. Saya pilih Level Diamond 8.001 - 10.000 halaman saja.

3. Authors A-Z Challenge
RC ini di-host oleh Samantha, untuk info lengkapnya silakan klik samantha-lin.com. RC ini mengajak kita untuk membaca buku sesuai inisial nama penulisnya secara alfabet. Tahun 2015 urutan didasarkan nama belakang. Wohooo.... ini daftarnya, nanti akan di-update, ya.
A: Ardianti, Nina - Glam Girls (baca ulang, lupa cerita)
B: Brown, Sandra - Rainwater
C: Clare, Cassandra - City of Bones
D: Dahlian - Casablanca
E: Efendi, Winna - Tomodachi
F: Freya, Clio - Traces of Love
G: Galbraith, Robert - The Cuckoo's Calling
H: Hanaco, Indah - Run to You
I: Intanya, Tessa - Reputation (baca ulang, lupa cerita)
J: James, Julie - Something About You
K: Kerrigan, Kate - The Miracle of Grace
L:Levithan, David - Every Day
M: McGarry, Katie - Dare You To
N: Natassa, Ika - Twivortiare 2
O:Oktavia, Widyawati - Kucing Melulu dan Cerita Cinta (Me)lulu
P: Puspitadewi, Windhy - Confeito
Q: Quinn, Julia - The Duke and I
R: Ramadhina, Windry - Montase
S: Simamora, Christian - As Seen On TV
T: Tohari, Ahmad - Bekisar Merah
U: Umres, Nora - Hidup Love is Blind
V:Verne, Jules - Arund the World in Eighty Days
W: Wilson, Jacqueline - The Worry Website
X: ?
Y: Yance, Rick - The 5 Wave
Z: Zusak, Markus - The Book Thief

Yang pengin nyari inspirasi penulis berdasar inisial namanya, sila cek di wikipedia.

4. Full House Reading Challenge
RC ini di-host oleh Book Date, untuk info lengkapnya silakan klik bookdate.blogspot.nz. RC ini mengajak kita membaca buku untuk sesuai dengan tema yang terdapat pada tabel berikut:

Nanti di-update buku-bukunya, ya.

5. What's In A Name
RC ini di-host oleh The Worm Hole, untuk info lengkapnya sila klik: wormhole.carnelianvalley.com. RC ini mengajak kita untuk membaca buku yang di dalamnya mengandung unsur-unsur tertentu. Untuk edisi tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1) A word including "ing" in it: Stealing Parker by Miranda Kenneally, Looking for Alibrandi by Melina Marcheta, Looking for Alaska by John Green
2) A colour: The White Tiger by Aravind Adiga (baca ulang)
3) A familial relation: Sabtu Bersama Bapak by Adhitya Mulya
4) A body of water: On the Island by Tracey Garvis Gaves
5) A city: Last Minute in Manhattan by Yoana Dianika (lanjut baca)
6) An animal: Bekisar Merah by Ahmad Tohari

6. 2015 Paulo Coelho Reading Challenge
RC ini di-host oleh Yuska Vonita, untuk info lengkapnya sila klik: lustandcoffee.wordpress.com. RC ini mengajak kita untuk paling tidak membaca satu buku karya Paulo Coelho selama tahun 2015. Hmm, bolehlah. Saya sudah punya beberapa buku Paulo hasil bongkar-bongkar di obralan. Ada alasan untuk segera membacanya, nih.

7. Monthly Key Words
RC ini di-host oleh Bookmark to Blog, untuk info lengkapnya sila klik: bookmark2blog.blogdpot.com. RC ini mengajak kita untuk seseruan baca buku sesuai dengan kata kunci yang telah ditentukan per bulannya. Ini dia daftar kata kuncinya:


JAN- Bird, Girl, Ever, Silence, Bad, Truth, End    
FEB- Key, Water, Lie, Chase, And, Once      
MAR- Kind, Face, Power, City, Blue, Night, To
APR- Dream, Prince, Long, Wind, Rose, The, Rock
MAY- Ash, Road, Thief, Bend, In, Far
JUN- My, Together, Whisper, Win, Soul, Sleep
JUL- Sun, Unto, Energy, Fate, High, Look
AUG- Fall, Boy, Glass, Heart, Lost, Now
SEP- Color, Touch, Life, Day, How, Sweet
OCT- Ghost, Home, Beach, Away, Test, Number
NOV- Rise, Holiday, And, Little, Call, Dark
DEC- Space, Mirror, Over, Flower, Trap, Cold


8. (sedang disusun) "Aku Cinta Kamu" Reading Challenge, hosted by me. Pada dasarnya ini tantangan membaca biasa, tapi hanya dikhususkan untuk buku-buku berlogo/label resmi METROPOP, AMORE, dan TEENLIT terbitan Gramedia. Detail reading challenge-nya menyusul yaaa...

Selamat bersenang-senang di tahun 2015 ya, tweemans....

Saturday, December 20, 2014

[Buku diFILMkan] Resensi Film: Supernova - Ksatria, Putri & Bintang Jatuh


Intinya, sih, saya mesti baca ulang novel pertama dari serial laris Supernova karya Dewi "Dee" Lestari ini, karena pada akhirnya saya bingung, inti dari kisah Supernova itu sendiri, apa? #jeglerrr *oon banget*


Yang saya ingat, kali pertama beli novel ini (edisi ekonomi, yang tulisannya kecil, rapet, dan marginnya mepet banget itu) pada kisaran tahun 2002 atau 2003 di Balikpapan. Dan, setelah selesai membacanya, saya menahbiskan novel ini menjadi salah satu dari sepuluh buku favorit saya sepanjang masa. Selama proses pembacaan, saya tak henti-hentinya dibuat melongo dan terkagum-kagum. Untuk kali pertama sepanjang pengalaman membaca, termasuk buku diktat sekolah atau kuliah, saya menyukai membaca footnote alias catatan kaki. Saya sampai kecewa jika ada halaman yang enggak ada catatan kakinya. Aneh, ya? Saya, sih, enggak merasa aneh, hehehe.




Indah. Megah. Mewah.

Saya rasa, tiga kata itu tepat sekali untuk mengilustrasikan gambar yang dipersembahan Rizal Mantovani untuk film ini. Setelah menikmati suguhan Pulau Sumba yang menawan dari film Pendekar Tongkat Emas, saya pun sangat puas menerima hidangan potret cantik setting lokasi film Supernova ini. Pun, dengan beberapa bagiannya yang dibuat animasi serta efek grafis dari komputer, sudah sangat lumayan untuk ukuran film Indonesia.


Dari segi cast, selain pertanyaan terkait aktor-aktris yang over-used di banyak film, tak sedikit yang meragukan performa akting Raline Shah (Rana), Paula Verhoeven (Diva), dan Hamish Daud (Dhimas). Yah, bisa dibilang mereka memang tampak lemah di antara yang lain, kecuali Hamish yang menunjukkan peningkatan kualitas dari penampilan perdananya di Hanya Isyarat. Tapi, Raline Shah cantiknya kebangetan, ya, di film ini. Astaga, kayaknya enggak ada scene dia belekan atau apa, gitu. What a perfect look. Untuk cast yang lain sudah sangat memuaskan kok, paling tidak buat saya, terutama Arifin Putra. Makin hari kualitas aktingnya makin gemilang. Dari sini saya memutuskan akan selalu menonton film yang ada Arifin Putra-nya, deh, hehehe.


Gara-gara memori saya akan detail cerita Supernova ini sudah hampir memudar, kelemahan utama (di saya) adalah mengikuti alur ceritanya. Sepertinya gagal, karena saya masih sulit terkoneksi langsung dengan ceritanya. Selain soal kisah perselingkuhan, apa sih "isi" dari cerita ini? Itu yang berusaha saya gali hingga ke ending, dan tetap gagal. Saya pasrah sajalah, menikmati gambar-gambar ciamik yang diracik Rizal Mantovani saja. Persoalan kisah mbulet antara Ferre - Rana, Rana - Arwin, atau Ferre - Diva hanya bisa diselesaikan dengan membaca ulang novelnya. #ngek





Hal lain yang bikin saya betah menonton film berdurasi total kurang lebih 136 menit ini adalah tata suaranya yang begitu menggelegar dan sangat pas menyertai adegan demi adegannya. Lengkingan vokal Giring Nidji juga kembali membawa daya magis yang berhasil membuat film ini makin gampang melekat di ingatan, seperti pada Laskar Pelangi atau Tenggelamnya Kapal Van der Wick. Yang bikin kaget adalah penulis skenarionya. Dhonny Dhirgantoro, sang penulis novel 5cm (yang juga sudah difilmkan), didapuk sebagai penulis skenarionya. Hohoho. Saya enggak nyangka.

Banyak yang komplain soal dialognya yang kaku dan sangat setia pada bukunya. Buat saya, sih, enggak masalah. Saya justru menyukai ketika para tokoh di dalam novel ini sudah mengobrol panjang lebar dengan segala istilah sains itu. Justru lumayan cerdas dialog-dialognya, kalau buat saya. Meskipun ada dialog pada bagian yang menye-menye juga, tapi setidaknya banyak dialog lain yang tampak begitu "pintar" dan quotable. Dan, saya suka itu.

Bagian favorit saya di buku adalah ketika menjelang ending, Dhimas dan Ruben menyadari bahwa mereka ternyata menjadi tokoh juga di dalam cerita yang mereka tulis bareng itu. Saya benar-benar dibuat nganga ketika mendapati bagian itu di buku. Di film pun saya menunggu eksekusi bagian itu, apakah akan bagus atau tidak, dan... hmm, kurang berasa, sih. Efeknya tidak semengejutkan ketika saya membaca bukunya. Mungkin karena saya sudah tahu kali, ya, jadinya enggak lagi membawa efek dramatis itu. Oh, dan tadi ada sebarisan cewek-cewek di kursi depan yang berteriak "ewwww" ketika Dhimas dan Ruben sedang berkata-kata manis atau bermesraan. Padahal, adegan itunya sih sedikit saja. Hahaha.

Pada akhirnya, saya, sih, suka-suka saja nonton film ini. Dan, tetap bersedia menonton ulang, baik di bioskop maupun di rumah (DVD). Tapi, sebaiknya setelah saya baca ulang bukunya saja, deh.  

3,5 dari 5 bintang buat film ini.

Selamat menonton dan membaca bukunya, tweemans.