[Book Bornday] Interview with Windhy Puspitadewi
Hai, tweemans. Buat kamu penggemar tulisan Windhy Puspitadewi (Let Go, Morning Light, Seandainya) dan pengguna medsos aktif tentunya sudah tahu, kan, bahwa sebentar lagi penulis yang satu ini akan segera lahiran untuk buku keempatnya di Penerbit Gagas Media. Menurut informasi, saat ini bukunya sudah naik cetak dan siap didistribusikan dalam waktu dekat. Bahkan, di beberapa online shop, novel ini sudah bisa dipesan.
Novelnya berjudul Heart and Soul dengan tagline: "Jika aku mencintaimu, bisakah kau pastikan aku tak kan terluka?" Dan, untuk menyambut secara resmi kelahiran novel ini, fiksimetropop akan menghadirkan beberapa artikel khusus, salah satu di antaranya adalah wawancara
Mewawancarai Windhy ini susah-susah gampang, ya, hehehe. Irit banget gitu jawabannya, dan saya jadi grogi sendiri waktu merangkumnya menjadi satu artikel wawancara yang lengkap. Berhubung Windhy pun ogah meladeni pertanyaan saya yang bersifat pribadi, maka wawancara ini bebas dari bahasan topik pribadi
Meskipun dari awal sudah diminta tidak bertanya soal pribadi, saya tetap nekat bertanya sedikit tentang gambaran seorang Windhy.
Yang pasti, cewek. Udah itu aja :p Oh, sama lahirnya tanggal 14 Februari (Valentine, klo ga tahu) jadi tolong kadonya disiapkan dari sekarang.
Mengapa menyukai bidang penulisan? Sejak kapan?
Saya enggak bisa nyanyi, enggak bisa main musik, enggak bisa melukis, dll. Ya, udah nulis saja. Sejak kapan? Sejak sadar saya enggak bisa nyanyi, enggak bisa main musik, enggak bisa melukis, dll.
Pernah mengikuti workshop, semnar, atau bahkan pendidikan formal kepenulisan?
Sebelum menerbitkan buku? Enggak pernah. Setelah menerbitkan buku, pernah. Dipaksa sama kantor.
Apakah manfaat “menulis” untuk Windhy?
Menulis itu hobi buat saya. Jadi manfaatnya sama seperti hobi- hobi yang lain (baca buku, maen bola, koleksi perangko, misalnya) yaitu kepuasan hati. Oh iya, dan dapat royalti.
Bolehkah diceritakan pengalaman pertama menulis dan dikirimkan ke media atau justru langsung menulis untuk dikirim ke penerbit?
Waktu itu ikut lomba. Enggak menang, sih, tapi tetap diterbitkan and the rest is history (ceileeeee..)
Bolehkah bercerita bagaimana proses menembus penerbitan karya Windhy di Gagas Media?
Dikirim seperti biasa, lewat pos. Terus ditelepon kalau diterima and the rest is history (halah)
Sejauh ini sudah ada tiga novel yang terbit di Gagas? Let Go (2009), Morning Light (2010), dan Seandainya (2012), benar? Jika boleh digambarkan bagaimana perkembangan seorang Windhy di tiga novel awal itu?
Kalau saya sendiri sih ga bisa menilai bagaimana perkembangannya karena yang bisa menilai adalah pembaca.
Apakah ada standar awal kisah yang ingin ditulis, ketika akan memulai menulis novel? Adakah tema atau premis khusus yang selalu ingin disertakan dalam setiap karya?
Enggak ada, saya menulis apa yang saya ingin tulis saja. Enggak pernah punya patokan khusus. Kalau ternyata ada kemiripan premis/tema di semua novel saya ya memang itu yang ada di kepala.
Dari tiga novel yang sudah terbit, mana yang prosesnya paling rumit (menemui banyak kendala)?
Let Go. Dari awal dapat kepastian terbit sampai benar-benar terbit ada setahun lebih.
Sudah ada tawaran bukunya difilmkan? Jika ada, buku mana yang paling kepingin difilmkan?
Sudah, yang Let Go tapi saya tolak. Bukannya enggak pengin, tapi saya pikir belum waktunya.
Jika diberi kesempatan, mana dari tiga novel itu yang kepingin dibuatkan sekuelnya (atau prekuelnya)?
Nggak ada
#TipsMenulisWindhy: bagaimana cara membuat subplot yang bagus?
Waduh, enggak tahu. Saya enggak pernah menulis outline, jadi enggak pernah menulis plot, subplot, dsb. Semua mengalir aja. Yang pasti, sebelum nulis saya sudah tahu bagaimana cerita itu dimulai dan diakhiri. Jadi tinggal isi sisanya.
Siapa yang paling berjasa dalam penerbitan novel-novel Windhy di Gagas Media? Bisa keluarga, teman, atau redaksi
Semuanya. Enggak adil kalau disebut per nama. Karena tanpa salah satu, enggak ada novel saya yang bakal ditulis, apalagi terbit.
Gambarkan Windhy dalam tiga kata!
Saya. Nggak. Tahu.
#WindhyFacts:
Kebiasaan apa yang dilakukan ketika menulis?
Nggak ada, bisa di mana aja, kapan aja, sambil ngapain aja. Kecuali kalau nulis novel, harus di tempat yang sepi.
Karena full time worker and mother menulisnya kapan?
Dulu, waktu jarak rumah-kantor cuman 5 menit, ya malam hari. Sekarang sampe rumah udah capek. Sejak pindah Jakarta, belum nulis lagi *nangis*
Riset dulu baru nulis atau riset barengan pas nulis?
Dua- duanya. Ada yang dilakukan lebih dulu, ada yang barengan
Lebih nyaman nulis remaja, dewasa muda, atau dewasa?
Remajaaaaaaaa
Buku tulisan Windhy sepenuhnya fiksi, sebagian kisah nyata, atau sepenuhnya kisah nyata?
Ada yang sepenuhnya fiksi, ada yang sebagian kisah nyata :)
Lebih suka nulis dengan PoV cowok apa cewek?
Lebih suka PoV orang ketiga
Adegan terklise yang pernah Windhy tulis?
Banyak kayaknya, sampe lupa
Favorite author: luar dan lokal?
Luar: Mitch Albom, Paulo Coelho, Jonathan Safran Foer, Dan Brown, Malcolm Gladwell, Melina Marchetta
Lokal: Umar Kayam
Favorite book: luar dan lokal?
Luar: Angel and Demon, Extremely Loud and Incredibly Close, Ways to Live Forever, Five People You Meet in Heaven, Dunia Sophie, Outlier
Lokal: Mangan ora Mangan Kumpul
Favorite book adaption into movie?
How to Train your Dragon, Harry Potter, Narnia
Favorite book cover?
Ways to Live Forever (versi GPU)
Nah, demikian sekelumit hasil wawancara virtual dengan Windhy Puspitadewi. Pendek-pendek ya, jawabnya? Tapi, untuk para penggemar tulisan hasil racikan Windhy pasti sudah paham, kan, biasanya Windhy memang taktis dan praktis dalam setiap obrolan (menyimpulkan dari obrolan singkat di Twitter, hahaha...).
Selanjutnya, kita akan merayakan kelahiran Heart and Soul ketika buku ini sudah resmi dirilis dan beredar di toko-toko buku offline. Buat kamu yang sudah ngebet banget pengin baca, sila untuk mengecek dan memesan ke toko buku online.
0 comments:
Post a Comment