Saturday, November 30, 2019

[Resensi Novel Young Adult Fantasi] The Poppy War by R.F. Kuang


First line:
"Tanggalkan pakaianmu."
---hlm.13, BAB 1

Semua orang terkejut ketika Rin berhasil masuk Sinegard, akademi militer elite di Kekaisaran Nikan. Tetapi, kejutan tidaklah selalu menyenangkan. 

Karena dianggap anak kampung miskin, Rin jadi bulan-bulanan. Apalagi karena ia perempuan. Dalam keadaan putus asa, Rin mendapati dirinya ternyata memiliki kekuatan supernatural yang mematikan—syamanisme. Di bawah bimbingan guru yang dianggap gila, Rin jadi tahu bahwa dewa-dewa yang selama ini dikira mati, ternyata masih hidup.

Kekaisaran Nikan hidup damai, namun bekas penjajahnya, Federasi Mugen, terus mengintai. Kekuatan syamanisme Rin mungkin satu-satunya yang bisa menyelamatkan rakyat, tapi semakin ia mengenal sang dewa Phoenix yang memilihnya, dewa penuh kemurkaan dan dendam, semakin ia khawatir.

Memenangi perang mungkin harus dibayarnya mahal dengan sifat kemanusiaan.

Dan mungkin semuanya sudah terlambat.

“Debut fantasi terbaik 2018.” - Wired

Judul: Perang Opium (The Poppy War)
Pengarang: R.F. Kuang
Pengalih bahasa: Meggy Soedjatmiko
Penyunting: Anastasia Mustika Widjaja
Desain sampul: David Ardinaryas Lojaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 568 hlm
Rilis: 28 Oktober 2019
My rating: 4,5 out of 5 star

The Poppy War sudah wara-wiri di linimasa medsos saya dari sejak lama. And I heard nothing but GREAT things about this one. Namun, saya sadar diri. Kalau maksain baca versi bahasa Inggris-nya pasti bakalan lama, nggak kelar-kelar. Beruntung GPU akhirnya menerjemahkan novel ini dan begitu rilis saya segera mengecek di akun Gramedia Digital, sudah ada, diunduh, dan disegerakan baca. Alhamdulillah, novel ini memang berhasil melampaui ekspektasi saya.

via GIPHY

Sejak mula, saya sudah dibuat deg-degan membaca lembar demi lembar halamannya. Adegan demi adegan langsung menyentak emosi, mengaduk-aduk perasaan, dan membuat saya kalang kabut. Jarang saya bisa dengan damai merunut setiap adegannya. Seolah-olah saya langsung diajak si tokoh utama untuk mengikuti setiap kejadian yang dialaminya. Senang, sedih, marah, kesal, sebal, keki, semua-mua deh. Dan, saya sangat menikmatinya. Meskipun ya itu, saya deg-degan nggak keruan. Nasib apa lagi nih yang bakal kejadian?

Cerita: Fang Runin, atau biasa dipanggil Rin, adalah yatim piatu yang tahu-tahu dirawat dan diasuh Keluarga Fang. Sehari-harinya dia dipaksa bekerja membantu usaha jual-beli obat-obatan terlarang (opium) sekaligus mengasuh anak Keluarga Fang yang sudah dianggapnya sebagai adik, Kesegi. Menginjak usia remaja-jelang-dewasa, seperti kebanyakan perempuan di Provinsi Ayam, Rin akan dinikahkan-paksa dengan seorang pengusaha yang sudah tua. Karena alasan itu, dan juga sudah muak dengan hidup di tengah Keluarga Fang, Rin nekat ikut mendaftar ujian Keju dan bertekad lulus agar bisa bersekolah---ala militer, di Akademi Sinegard. Dengan bantuan guru terbaik yang bisa ia mintai tolong, Tutor Feyrik, Rin akhirnya lulus ujian dan diterima di Akademi Sinegard. Tak dinyana, ternyata bayang-bayang kedamaian yang telah lama diimpikan Rin justru membawanya pada serangkaian petualangan mendebarkan yang melibatkan kematian, perang, pembantaian di seluruh negeri Nikan, hingga penemuan jati diri Rin yang sebenarnya.

via GIPHY

Tambahan: kisah dalam novel ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian 1: Rin masuk akademi, belajar hingga masuk tahun kedua dan menjadi murid magang pada salah satu Master hingga pecahnya perang akibat Tentara Federasi emnginvasi Nikan. Bagian 2: Rin menemukan esensi syamanisme yang membawanya menjadi pejuang tangguh dalam divisi khusus Nikan. Bagian 3: klimaks sementara atas prang yang terjadi. Oiya, buku ini adalah bagian pertama dari trilogi yang direncanakan ditulis oleh RF Kuang dan saat ini buku keduanya: The Dragon Republic, sudah terbit versi bahasa Inggris-nya (saya sih sabar nungg terjemahannya saja, hehehe).

Tambahan lagi: jajaran para tokoh yang akan muncul dan menjadi tokoh kunci petualangan Rin: Altan, Kitay, Nezha, Jiang, Niang, Chaghan, Qara, Anak-anak Ganjil Cike, Sang Maharani, dan beberapa lagi yang lain.

Novel ini benar-benar jahanam, tak mau ditaruh bahkan hanya sebentar---unputdownable. Page turner. Saya sampai curi-curi baca di setiap waktu luang yang saya punya, termasuk jam kerja. Woops! Sudah lama saya enggak seperti ini. Terakhir waktu baca Twilight tahun 2008 silam (HAHHH???). Serius!

via GIPHY

Menurut saya, novel ini paket lengkap. Ada nuansa dystophia, tergambar dari adanya dua belas divisi dari provinsi yang berbeda di bawah kendali Sang Maharani, Ratu Negeri Nikan (nama provinsinya binatang: ayam, kelinci, macan, dan sebagainya). Ada nuansa Harry Potter-nya (yap, pokoknya semua novel fantasi setelah Harry Potter memang bakal selalu direferensikan ya---saya aja kali), sedikit sih, di bagian seleksi masuk Akademi dan di tahun kedua setiap siswa diharuskan menjadi siswa magang pada salah satu dari tujuh master ilmu yang ada. Ada latar belakang sejarah, diambil dari sejarah Tiongkok, juga tentang Perang Opium (secara pengarangnya memang mempelajari sejarah Cina modern, dan mendapat gelar BA dari Universitas Georgetown). Ada petualangannya, ada unsur magic-sihir kunonya, ada gore-nya, ada romance-nya (DIKITTT banget, nggak ada adegan ciuman atau main ranjang, ya, cuman dijelasin dikit kalau beberapa tokohnya naksir si ini, naksir si itu, udah, jadi buat yang agak alergi sama romance di novel fantasi, ini aman banget).

Warning: meskipun novel ini masuk jajaran fantasi remaja, Young Adult, beberapa adegannya cukup brutal, semacam propaganda kekerasan, kekejian perang, penggunaan obat-obatan terlarang, penggambaran pemerkosaan pada masa perang, dan pembantaian. Untunglah, masih dalam tahap yang masih bisa ditoleransi. Namun, mungkin tidak untuk yang masih di bawah 15 tahun, kali ya.

via GIPHY

Selain petualangan yang mencengangkan, perjalanan Rin menemukan jati dirinya diwarnai dengan kepercayaan (sihir?) kuno Tiongkok yang disebut syamanisme (semacam Kejawen di Jawa, kali ya?). Nah, salah satu hal dasar tentang syamanisme adalah tentang berhubungan-dan-meminta-pertolongan dewa. Di titik inilah, para tokohnya--terutama Rin, juga mengalami pergolakan batin tentang makna ketuhanan. Mengapa ada orang yang memercayai begitu banyak dewa, sementara ada pula yang percaya hanya ada satu tuhan saja? Meskipun tidak begitu mendalam, hal ini cukup menyentil sisi religius pembaca--paling tidak buat saya.

Hal lain yang juga sangat terasa adalah unsur filsafatnya. Beragam pemikiran filosofis mewarnai setiap pengambilan keputusan, terutama pada adegan yang melibatkan para guru--Master ataupun sampai pada tahap syamanisme. Keterkaitan manusia dengan alam, manusia dengan Sang Pencipta, ataupun hubungan antarsesama. Yah, walaupun lagi-lagi, tak begitu mendalam.

Dari segi teknis cetakan (etapi, saya basisnya digital---e-book, karena saya bacanya di Gramedia Digital, dan siapa tahu buku cetak fisiknya malah lebih bagus), sepertiga bagian awal, lumayan mulus typo-nya, eh makin ke belakang kok makin banyak typo-nya. Entah proofreader-nya yang malah kesedot cerita jadi nggak konsen meriksa atau entah memang lalai saja. Cukup mengganggu, tapi terselamatkan sama ceritanya yang memang intens banget.

Overall, saya amat-sangat puas sama novel ini. Sudah lama saya nggak sedemikian antusias membaca sebuah buku, hingga rela saja dipaksa untuk segera menuntaskannya. Meskipun beberapa adegannya cukup brutal dan saya skip, saya tetap nggak sabar nungguin buku keduanya diterjemahin dan dirilis di sini.

via GIPHY

End line:
Dan ia akan memanggil para dewa untuk melakukan hal-hal yang sangat mengerikan.
---hlm.565, BAB 26