Wednesday, December 30, 2015

[Resensi Novel Amore] Sincerely Yours by Tia Widiana


"Bagaimanapun, sulit menyayangi orang lain kalau kau masih membenci dirimu sendiri."
--pg.115 #SincerelyYours by Tia Widiana


Sebagai penulis novel thriller, orang kerap menyangka isi kepala Inge hanya seputar urusan pembunuhan. Terlebih lagi sikapnya yang pendiam dan lebih banyak mengurung diri di kamar.

Namun di mata Alan, Inge semanis penulis romance. Inge teman yang menyenangkan dalam segala hal. Alan dengan mudah dapat membayangkan Inge menjadi perempuan yang ingin ia nikahi, bukan Ruby… perempuan yang selama ini berstatus kekasih Alan.

Alan mewakili segala yang Inge inginkan dalam hidup. Kecuali satu hal… Inge tidak ingin mengulangi hal yang membuat hatinya terluka bertahun-tahun. Inge tidak mau Alan meninggalkan Ruby demi bersama dirinya.

Sebagai penulis, Inge selalu tahu bagaimana cerita yang ditulisnya akan berakhir. Tapi untuk kali ini, Inge tidak tahu bagaimana akhir kisahnya dengan Alan….

Judul: Sincerely Yours
Pengarang Tia Widiana
Desain Sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Tebal: 246 hlm
Harga: Rp57.000
Rilis: 14 September 2015
ISBN: 978-602-032050-2

Tak bisa mungkir, gaya tulisan Tia Widiana memang sudah berhasil memikat selera saya sejak terbitnya novel debutannya, Mahogany Hills, beberapa tahun silam. Sejak itu saya sudah menunggu-nunggu racikannya yang lain untuk segera diterbitkan. Dan, saya menjadi salah seorang pembaca yang turut antusias ketika kabar novel keduanya yang bertajuk Sincerely Yours ini siap dirilis.

Meet Cute (pinjam istilah Mbak Nina Ardianti)
Dua tokoh utamanya, Sekar "Inge" Wangi Tambanglaras dan Alan "Alan" Anugrah, dipertemukan dalam situasi canggung yang imut, hehehe. Agak absurd sedikit (bagian soal salah minum obat itu), tapi benar-benar cara bertemu yang asyik, beda, dan sepertinya belum pernah digunakan pengarang lain. Pembuka jalinan kisah Inge-Alan yang cukup bagus.



Plot, setting, dan karakter

Sama saja dengan kebanyakan novel romance, ini tentang dua orang yang sebelumnya tak terlalu mengenal satu sama lain apalagi memiliki rasa ketertarikan, oleh karena suatu hal dipertemukan, ada letupan chemistry, jatuh hati, serta dibumbui secuil pertengkaran dan kesalahpahaman. Jalan ceritanya beralur maju dengan beberapa kilasan masa lalu untuk mendukung perkembangan konflik.

Cerita berlokasi di sebuah kompleks permukiman bernama Kecapi Asri di daerah Sentul, Bogor. Kompleksnya terdiri dari cluster-cluster di area perumahan dan satu area dinamakan distrik bisnis sebagai lokasi jasa penunjang permukiman dan pusat bisnis di kompleks tersebut.

Novel ini didukung dua karakter utama yakni Inge yang adalah seorang novelis best-seller buku-novel misteri-thriller, sedangkan Alan adalah pimpinan dari PT Lindung Tenteram, yaitu perusahaan penyedia jasa teknik instalasi kelistrikan dan pertamanan yang ditunjuk sebagai partner oleh pengelola/pengembang kompleks. Di luar itu ada karakter Linda dan Ilham (ibu kandung dan ayah tiri Inge), para tetangga Inge, editor Inge, dan Hera. Latar belakang Inge membentuknya menjadi pribadi yang sedikit introver sedangkan Alan adalah tipe family man sejati.

Konflik
Pemicu konflik adalah masa lalu Inge, kegemarannya menulis kisah misteri-thriller, dan ibu kandungnya. Saya tak bisa menjelaskan lebih detail, karena tentu saja akan membuka jalan cerita novel ini (spoiler). Jadi, silakan baca sendiri untuk mendapatkan esensi kisah ini. Namun, satu yang agak menggelisahkan adalah selipan subkonflik kehadiran orang ketiga yang menurut saya kurang halus pemunculannya dan terkesan menjadi satu-satunya alternatif untuk membangun puncak konflik utamanya. Saya tak punya saran bagaimana cara menaikkan intensitas konfliknya, tapi saya mengharapkan hal lain ketimbang sekadar kehadiran orang ketiga. Terlalu mudah ditebak.

Catatan:
Beberapa judul buku yang disebutkan dalam novel ini: Titik Nol (Agustinus Wibowo), Critical Eleven (Ika Natassa--bahkan lumayan banyak dibahas, termasuk fenomena perilisannya), dan Carrie (Stephen King).
  
Musuh utama dari novel dengan cerita yang bagus adalah hasil edit dan proofread yang buruk.
Typo:
(hlm 16) tanaman yang ditanam bahu jalan = tanaman yang ditanam di bahu jalan
(hlm 29) meletakkannya di depan dada itu = meletakkannya di depan dada laki-laki itu
(hlm 30) menganggetkan = mengagetkan
(hlm 42) bahwa dalam dalam kejadian
(hlm 50) dan meletakkan di bak cuci = dan meletakkannya di bak cuci
(hlm 53) scraf = scarf
(hlm 59) Alan yang berhenti melangkah dan memperhatikan tingkah Inge.
(hlm 61) dan secara bersamaan mereka berdua menjawab secara bersamaan.
(hlm 65) Inge hanya menatapnya tangan Linda dan Ilham
(hlm 75) perasaaan = perasaan
(hlm 113) perceraiaan = perceraian
(hlm 131) isyarat agar Inge untuk mengabaikan omongan
(hlm 134) beberara = beberapa
(hlm 141) Gadis itu cepat-cepat menekap mulut
(hlm 146) saat di melewati = saat dia melewati
(hlm 155) hal hal = hal-hal
(hlm 163) supir = sopir
(hlm 180) Bu Eva menjabat tangan tangan Alan.
(hlm 181) Sekarang lagi sama sama tetangga saya.
(hlm 187) Kucir rambutnya bergoyang mengiringi tiap langkahnya
(hlm 194) kebahagian = kebahagiaan
(hlm 202) perjalan = perjalanan
(hlm 212) Kalau tidak, aku mungkin tidak akan kenal Teguh...
(hlm 213) sindirian = sindiran
(hlm 217) tanganya = tangannya
(hlm 222) mengantarkanya = mengantarkannya
(hlm 222) dari pada = daripada
(hlm 225) pembacaraan = pembicaraan
(hlm 238) Dia akhirnya berdiri di samping dan/lalu Inge merengkuh bahu
(hlm 243) Gelas kertas berisi yang masih berisi setengah
(hlm 243) Namun, yang kemudian dikatakan Alan kemudian malah
(hlm 244) mengecup lembut kening kening gadis itu.
(hlm 244) bulang Juni = bulan Juni

Selain typo yang masih lumayan banyak, juga terdapat salah penggunaan tanda baca (kurang "titik") atau juga kalimat-kalimat tak efektif dan beberapa yang agak janggal/bolong. Misalnya saja di halaman 217, paragraf terakhir, disebutkan bahwa telapak tangan Inge berkeringat, tetapi di halaman 218 paragraf 4 mengapa disebutkan telapak tangannya "baru mulai berkeringat"?

Hal lain yang bikin saya geregetan plus mengerutkan kening dalam-dalam adalah kurang halusnya pergantian adegan pada Bab 6 dan Bab 7 yang dipasang berkebalikan. Tak ada intro yang menjelaskan antaradegan sehingga terasa janggal. Yang paling terasa adalah paragraf kedua terakhir di halaman 53 saat Linda dan Ilham yang "belum dikenalkan" pada Alan ujug-ujug sudah tahu nama Alan. Pergantian yang juga terasa kurang mulus adalah ketika kemunculan tokoh baru yakni Hera.

Pada akhirnya 3,5 out of 5 star untuk novel kedua Tia ini. Selalu menunggu karya-karyamu selanjutnya, Tia.

Thursday, December 17, 2015

[Book Event] Diskusi Panel "How to Sell Your Ideas" by Kompas Gramedia Group


Minggu (13/12/2015) kemarin, yang merupakan hari kedua penyelenggaraan Kompas Gramedia Fair (KGF) 2015, saya baru menyempatkan diri untuk mampir. Widih, tumben, ya? Biasa juga kalau ada book fair, datang setiap hari? Well, selain semakin sempitnya waktu berleha-leha di luar urusan kantor, kesibukan newlyweds juga bikin waktu rekreasi menjadi lebih sedikit. Kali ini pun, saya datang sendiri, tanpa membawa pasangan. Dan, saya khusus datang ke arena KGFair 2015 untuk mengikuti diskusi panel "How to Sell Your Ideas (HTSYI)" yang diselenggarakan oleh panitia KGFair 2015, yang menghadirkan para panelis jempolan, di antaranya Ika Natassa. Sebagai pencinta metropop, wajib banget datang ke acara yang ada Ika Natassa-nya, dong *nyengir.


Melupakan fakta lokasi KGFair 2015 yang sama dengan penyelenggaraan kopdar Amore in Metropop tahun sebelumnya, yaitu di JCC (yang tidak ada ruangan khusus-tertutupnya), saya mengharapkan diskusi diselenggarakan di dalam ruangan khusus dengan suasana lebih tenang, terbebas dari kebisingan area sekitar. Tentu saja, harapan saya enggak jadi kenyataan. Diskusi diselenggarakan di panggung utama, open space, yang meskipun tata suaranya sudah disiapkan sedemikian rupa, masih saja terganggu kebisingan dari suara-suara di area sekitar.

Pun, saya jadi agak kecewa juga, sih, karena untuk ikut diskusi ini mesti bayar sebesar Rp75k, eh... malah acaranya di open space. Ckckck. Meskipun dibilang balik modal karena untuk peserta yang mendaftar disediakan goodie bag (berisi satu judul buku + voucher Gramedia Rp50k) serta kursi untuk duduk sepanjang acara, kalau tahu acaranya di open space, saya milih enggak usah bayar saja, deh. Berdiri pun saya rela, kok.


Agak molor dari jadwal, acara baru dimulai pukul 2 siang lewat beberapa menit. Enggak masalah lah, ya. Buat saya yang sudah pernah ikut repot mengurusi acara, ketepatan waktu memang menjadi salah satu faktor paling tricky dan terkadang sulit dikontrol meskipun sudah disiapkan minute by minute jalannya acara.

Diskusinya sendiri dipandu oleh Mario Pratama, yang dikenalkan oleh MC merupakan salah satu penyiar Radio Prambors (Jakarta?) yang sudah kondang. Well, dilihat dari gaya pembawaan dan suaranya yang bulat-asyik, sih, enggak heran kalau memang sudah jadi MC kondang (saya bilang "kalau", ya).

Sementara itu, jajaran panelisnya adalah:

1. Arie Parikesit @arieparikesit yang mempresentasikan seputar ide dan usahanya membesarkan bisnis traveling berbasis wisata kuliner dalam program #KelanaRasa. Pada banyak slide paparannya, Arie menunjukkan potensi yang belum banyak digali terkait wisata kuliner nusantara. Salah satu fakta yang membuat saya cukup tercengang adalah: Indonesia menjadi negara dengan tingkat keragaman makanan paling banyak sedunia tapi untuk potensi wisata kulinernya belum dieksplorasi secara optimal. Arie menyebutkan di Amerika Serikat yang hanya punya sekitar 50 negara bagian saja, terdapat kurang lebih 500 agen wisata yang khusus menawarkan paket wisata berbasis kuliner. Indonesia? Kata Arie, sih, belum ada, kayaknya baru satu. Mungkin maksudnya ya si #KelanaRasa itu, kali, ya.



2. Anak Gank Generasi 90-an @Generasi90an yang digawangi oleh Marcella, Yosua, dan Sosetya. Sudah tahu, kan, beberapa tahun lalu ada buku Generasi 90-an yang asyik banget lalu booming itu? Nah, ternyata ide awal penulisan buku itu cukup unik, yaitu proyek pribadi Marcella untuk tugas skripsi kuliahnya. Bagi mahasiswa jurusan desain di kampusnya, sebagai tugas akhir, mereka dituntut untuk bisa membuat projek (apa pun bentuknya), dan setelah bingung beberapa saat, akhirnya Marcella memutuskan untuk memilih projek membuat buku dengan tema segala-rupa tentang tahun 90-an. Tak dinyana, dari proyek pribadi tersebut, saat ini Generasi90-an berkembang menjadi bisnis yang cukup besar sehingga kemudian Marcella mengajak kerja sama dengan pihak-pihak lain, salah duanya Yosua dan Sosetya, yang diajak untuk merealisasikan buku kedua.


3. Ika Natassa @ikanatassa. Hmm, karena panelis ketiga inilah saya mendaftar untuk ikut serta dan menghadiri diskusi panel ini. Saya sudah sering (baik online maupun offline) menyimak "kuliah" keren Ika Natassa, tapi entahlah, pada setiap kesempatan saya masih selalu dibuat terkesima dengan segala bakat dan pemikiran Ika yang kerap out of the box. Well, untuk tema diskusi panel kali ini, saya merasa presentasi Ika adalah yang paling sesuai dan pas dengan temanya yaitu bagaimana cara menjual ide-ide yang kita miliki. Mendasarkan pada pengalamannya, Ika mengupas tuntas tentang peran sosial media bagi perjalanan karier-nya sebagai penulis kondang tanah air. Dengan gaya penyampaiannya yang lugas serta tak jarang membanyol, suasana menjadi demikian meriah sepanjang paparannya. Jempol banget, deh, buat Ika Natassa dan presentasinya.




4. Ayu @Momalula. Panelis keempat ini merupakan seorang ibu rumah tangga berhijab lebar yang memulai usaha bisnis online-nya melalui brand #UkhtiSally dengan menjual aksesoris kelengkapan busana muslimah terutama hijab sebelum melebarkan sayap bisnisnya dengan beragam cara promosi. Salah satu media promosi yang dipilihnya adalah dengan membuat film pendek bertema islami yang mengangkat isu-isu populer anak muda masa kini yang diunggah ke YouTube.


Secara umum, segmen pertama pada diskusi panel ini memang diisi dengan (sebut saja) success story para panelis. Bagaimana mereka mendapatkan ide, mengembangkannya, menekuninya, hingga akhirnya menjualnya. Jempol dua untuk panitia, karena keempat panelis mempunyai kisah yang berbeda sehingga peserta diskusi yang hadir bisa membuka cakrawala seluas-luasnya tentang bermacam ide yang bisa "dijual". Persamaan dari keempat panelis yang hadir adalah mereka akhirnya sama-sama telah membukukan ide masing-masing.

Secuplik Question and Answer dari diskusi panel ini, silakan simak pada rekaman (low quality) berupa file audio, segmen terakhir.


Check this out on Chirbit

Sebagaimana dirangkumkan oleh MC, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengupayakan "penjualan sebuah ide", yaitu::
1. Kembangkan sesuai passion;
2. Kita tak hanya harus siap sukses, tapi juga siap gagal;
3. Tak ada yang instan, nikmati proses pengembangan ide;
4. Riset itu penting, lakukan!
5. There is nothing new under the sun, jadi memodifikasi ide yang sudah ada itu wajar-wajar saja, kok.

Oiya, saran untuk panitia (atau mungkin kritikan). Selain ruangan yang terlampu bising untuk diskusi panel istimewa, persoalan teknis seperti peralatan presentasi (clicker dan proyektor) serta mik mohon untuk selalu diteliti apakah sudah siap digunakan atau belum. Saya paling bete waktu presentasi @Momalula di mana ketika penayangan video yang menjadi bagian presentasinya agak sedikit kacau.

Itu palingan sih, ya, yang keingetan di saya. Untuk rekaman video (hanya secuplik presentasi Ika Natassa, low quality juga) sedang saya usahakan untuk bisa diunggah ke YouTube. Akan di-update nanti, deh.

Berikut beberapa jepretan sebelum dan sesudah mengikuti diskusi panelnya.


antrean tanda tangan Ika Natassa. wowsaaaa...

banner apps iJak yang sedang populer di kalangan pembaca dan pencinta Perpus

seni instalasi unik di bagian depan
banner MnG cast film Sunshine Becomes You, adaptasi novel metropop berjudul sama karya Ilana Tan

Thursday, December 3, 2015

[#BacaBarengMinjul] edisi Tenaga Kerja Istimewa...kenalan dulu sama Naiqueen, yuk.


Rasanya cinta tuh mudah diucapkan, tapi susah banget dibuktikan, jadi sampai sekarang saya juga masih berusaha memahami cinta itu apa.
---Naiqueen, pengarang Tenaga Kerja Istimewa.

Hai, tweemans, apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik-baik saja, ya. Kamu lagi baca buku apa? Belum punya bahan bacaan minggu ini? Hmm, sebaiknya ikutan saya dan Julia Agnes @juliagnes dan Cahya Widyastutik @cahyawid membaca bareng Novel Tenaga Kerja Istimewa karya Naiqueen @naiqueen terbitan Penerbit Bentang Pustaka @bentangpustaka pada 30 November s.d. 5 Desember 2015 saja, yuk.


Nah, sembari kita membaca bareng novel Tenaga Kerja Istimewa ini, sebaiknya kita kenalan dulu sama pengarangnya, supaya kita bisa lebih dekat dan serasa mengobrol langsung dengan pengarangnya. Mari kita sapa dulu pengarangnya. Hai, Pengarang. Hai, Naiqueen. Ngomong-ngomong manggilnya apa, ya?

Halo, @fiksimetropop dan pembaca semua. Panggil Alya boleh, panggil Mak Nai juga boleh. Biasanya kalau di kalangan teman-teman Wattpad suka dipanggilnya begitu.

dokumen pribadi: Naiqueen
Oke... kami panggil Mak Nai saja, ya. Sebelumnya, kita kenalan dulu. Bagaimana keseharian seorang Mak Nai? Maaf---sudah berkeluarga? 
Saya sudah berkeluarga, dan sekarang masih setia menjalankan profesi Ibu Rumah Tangga untuk suami dan anak. :)

Oya, sebenarnya Mak Nai ini lulusan/jurusan apa, sih? 
Saya alumnus Fakultas Hukum Universitas Siriwijaya dan jurusan yang saya ambil saat kuliah dulu itu Hukum Bisnis. Saya termasuk dalam kategori yang nggak tahu apa yang benar-benar ingin saya lakukan saat usia belasan... jadi, yah, saya nyasar ke jurusan hukum.

Jadi, bagaimana cara Mak Nai bagi waktunya, antara ngurus rumah sama nulis? 
Biasanya saya tidur lebih cepat dan bangun lebih awal (sekitar jam 3 atau 4 pagi) dan mulai buka laptop sampe menjelang Subuh, baru setelahnya menyelesaikan urusan kerumahtanggaan yang lain. Setelah Zuhur biasanya saya kembali luangkan waktu untuk nulis, ngedit, atau mencari sumber buat tulisan saya sampe Asar datang :)

Apakah Mak Nai punya waktu-waktu khusus untuk menulis? Atau bisa kapan saja dan di mana saja?
Kalau waktu khusus, sih, nggak ada kapan ada waktu saya sempetin aja buat utak-atik naskah atau nge-plot apa yang pengen saya tulis. Tapi saya paling suka nulis ditemani cahaya matahari makanya lebih suka nulis pas siang ketimbang malam.

Apakah keluarga Mak Nai mendukung penuh karier kepenulisan yang kamu pilih? Apa bentuk dukungan mereka yang menurut Mak Nai paling berarti?
Suami sangat mendukung, terutama karena saya bisa bekerja dari rumah jadi nggak kehilangan waktu bersama anak. Bentuk dukungan yang paling nyata dari keluarga tentu saja, sih, dengan menyediakan lebih banyak waktu untuk saya bekerja. Suami, juga mertua dan ipar, sering mengambil alih waktu untuk mengasuh anak saya yang masih empat tahun di saat-saat genting seperti deadline pas nge-proof  novel TKI.

Puji Tuhan, ya, keluarga sangat mendukung. Btw, sejak kapan, sih, Mak Nai menyukai dunia tulis-menulis? Apakah ada dari keluarga yang juga berkecimpung di dunia kepenulisan?
Sejak SD saya sudah menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, terutama ketika diberi tugas mengarang bebas :). Saat SMP saya paling suka mengurusi mading kelas dibanding teman-teman lain. Kalau dari keluarga sendiri, nggak ada yang masuk ke dunia tulis-menulis. Cuma saya sendiri, deh, kayaknya.

Apakah Mak Nai juga mengalami fase kepenulisan dengan mengikuti bermacam lomba penulisan?
Saya jarang mengikuti lomba-lomba penulisan, dan biasanya kalaupun ikut nggak pernah menang, hahaha… tapi ada beberapa lomba favorit yang tiap tahun saya ikuti meski nggak pernah menang.

Menyoal nama pena “Naiqueen”, apakah ada makna/filosofi di balik pemilihan nama pena itu?
Nama pena saya berasal dari “Nai Ratu", yaitu gelar adat Suku Komering Ulu yang disematkan kepada wanita yang telah menikah. Tetua keluarga selalu mengatakan bahwa jika nama adat itu sering dipakai bisa mengangkat derajat, tapi saya memilih nama ini sebagai nama pena lebih karena tidak ingin melupakan asal-usul saya.

Oh, begitu rupanya. Balik ke hobi tulis-menulis, apakah Mak Nai juga menyukai menulis cerpen atau puisi?
Saya suka menulis cerpen, kalau di Wattpad beberapa cerpen saya kumpulkan dalam satu judul khusus. Tapi saya menyerah untuk menulis puisi karena menurut saya butuh kemampuan "lebih" untuk menulis puisi… tapi saya suka, kok, membaca puisi di waktu senggang.

Kalau Mak Nai punya penulis atau novel favorit, nggak? Bisa dalam atau luar negeri gitu?
Saya punya beberapa novel yang saya baca berulang kali dan saya bakal nangis darah kalau sampai (novel-novel itu) hilang. Di antaranya: No Way To Treat A First Lady-nya Christopher Buckley, Seri Attorney dan FBI-nya Julie James,  Leontin Sakura Patah-nya Maria Matildis Banda, dan Kei-nya Erni Aladjai. Masih ada beberapa yang lain tapi untuk yang saya sebut itu khusus disimpan dengan baik di tempat yang paling mudah dijangkau ketika saya butuhkan. Kalau penulis, saya menyukai penulis yang banyak mengangkat budaya daerah tertentu dalam ceritanya. Pearl S Buck atau Christopher Buckley dengan gaya satire yang mewarnai novel roman (karya mereka) juga sangat saya sukai. Sedangkan, untuk penulis dalam negeri saya sepertinya jatuh cinta sama Erni Aladjai.

Lalu, apakah ada pengaruh yang diberikan oleh penulis favorit tersebut, baik langsung maupun tidak, dalam hal menulis?
Sedikit banyak sih iya, saya jadi suka mewarnai karya saya dengan budaya daerah tertentu meski hasilnya tetap roman populer.

Terkait novel Tenaga Kerja Istimewa atau TKI yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka, apa sih yang mendorong Mak Nai untuk menulis novel romance berlatar belakang isu tenaga kerja (bekerja) di negara asing?
Sebenarnya saya cuma berusaha mencari profesi paling masuk akal untuk mempertemukan kedua tokoh (ciptaan) saya dan melibatkan mereka dalam sebuah kisah. Kehidupan pribadi kalangan jet set Arabia jarang tersentuh media. Dan, yang paling mengejutkan ternyata beberapa pekerja migran asal Indonesia ada yang bekerja untuk mereka. Karena itu, saya tertarik untuk melatari novel saya dengan persoalan itu.

Apakah Mak Nai melakukan riset terlebih dahulu dalam menulis ataukah begitu dapat ide langsung menulis?
Awalnya saya menulis tanpa riset sama sekali. Setelahnya dalam masa perbaikan saya melengkapi setiap bagian dalam cerita dengan hasil riset yang saya lakukan.

Apa saja yang Mak Nai lakukan untuk mendapatkan hasil riset yang cukup buat menghidupkan novelnya? Ambil contoh untuk novel TKI ini, dari mana sajakah referensi yang Mak Nai peroleh?
Literatur tentang Saudi Arabia yang membahas fakta lapangan yang saya dapat sedikit sekali tapi saya menemukan satu buku yang cukup memberi referensi tentang kehidupan bangsawan dan masyarakat Saudi sejak dari zaman kabilah sampai menjadi kerajaan. Buku itu karangan Robert Lacey yang berjudul Kerajaan Petro Dollar Saudi Arabia. Selain itu, saya juga mengikuti beberapa tulisan blogger baik blogger ekspatriat atau blogger asal Indonesia yang kebetulan bekerja atau berdomisili di sana (Saudi). Sumber lainnya saya dapat dari pengalaman langsung beberapa teman yang menjadi TKW di Arab.

Berapa lama, sih, biasanya waktu yang Mak Nai butuhkan untuk melakukan riset buat satu judul novel?
Tergantung tingkat kesulitan cerita yang diangkat, untuk kisah yang mengangkat nuansa budaya yang kental biasanya membutuhkan waktu riset yang lebih lama (di atas satu tahun). Beberapa riset memiliki sumber yang mudah didapat hingga waktu risetnya lebih singkat, ini yang saya alami saat melakukan riset kebijakan pemerintah kota terhadap bangunan cagar budaya untuk salah satu cerbung (cerita bersambung) yang saya tulis.

Soal karakterisasi, apakah tokoh-tokoh dalam novel Mak Nai murni reka-imajinasi atau ada beberapa yang ...*ehem*... berasal dari sosok nyata kehidupan keseharian Mak Nai? Terus, dari semua tokoh yang sudah dihidupkan, mana yang paling sulit ketika pendalaman karakternya? Mengapa?
Dalam hal menciptakan karakter tokoh, saya cukup fleksibel. Khusus novel TKI semua tokoh murni hasil reka imajinasi..., tapi beberapa karakter menarik yang saya temukan dalam kehidupan nyata, saya hidupkan dalam karya lainnya. Tokoh Pangeran Yousoef Akbar El Talal jadi yang tersulit karena saya buta banget dengan karakter seperti dia. Bukan saja karena dia lelaki bangsa asing dengan aspek budaya dan mind set yang jauh berbeda dari orang Indonesia, tapi juga karena dia bangsawan dan berada dalam kelas jet set yang kehidupannya sama sekali nggak tersentuh oleh pengetahuan saya.

Hmm, keren, ya. Sulit meriset tapi tetap ditulis. Menantang banget, sepertinya. Anyway,  mengapa memilih cinta sebagai tema novel-novel Mak Nai?
Alasannya klise, cinta itu bahasa paling universal, paling mudah dimengerti dan diterima sama siapa saja.

Lalu, apa sebenarnya arti ‘cinta’ bagi seorang Mak Nai?
Hahaha… jujur saja, sampai sekarang saya belum nemu deskripsi yang tepat mendefinisikan cinta. Rasanya cinta tuh mudah diucapkan, tapi susah banget dibuktikan. Jadi, sampai sekarang saya juga masih berusaha memahami cinta itu apa.

Oiya, ngomong-ngomong, sebelum diterbitkan menjadi buku fisik, kabarnya TKI kan pertama kali ditulis secara online di Wattpad. Mengapa, sih, memilih Wattpad sebagai media pengunggahan tulisan Mak Nai?
Saat itu Wattpad masih belum se-booming sekarang, jadi pas saya mengunggah cerita (ke Wattpad), sebenarnya saya pengennya biar sedikit yang baca karena saya malu banget karena saya merasa cerita saya waktu itu masih super-kacau-balau.

Sejak kapan Mak Nai mengunggah tulisan di Wattpad?
Sejak Desember 2011, kalau nggak salah, sih.

Apa kelebihan atau kekurangan Wattpad (menurut Mak Nai) dibandingkan web-portal penulisan yang lain?
Wattpad sekarang kayaknya sudah jadi komunitas dengan basis pembaca dan penulis yang besar banget. Buat penulis seperti saya keuntungannya adalah kita bisa membangun basis pembaca karya kita dalam waktu singkat. Juga bisa belajar dan mencari sumber riset dari saran dan masukan pembaca. Sementara kekurangannya, makin ke sini mulai nemu kasus-kasus penipuan seperti penulis yang buka PO (pre-order) buku terus kabur bawa uang pesanan pembeli, atau beberapa oknum penerbit yang jual jasa cetak indie atau mau menerbitkan gratis, yang ujung-ujungnya sama saja… nipu. Belum lagi penulis yang bablas majang  cerita yang penggunaan diksinya sebenarnya lebih cocok masuk ke blog-blog cerita plus-plus, dengan cover yang…. Silakan @fiksimetropop blusukan sendiri ke Wattpad deh, ya :p

Waduh, sampai sebegitunya, ya. Baiklah, nanti saya coba blusukan ke Wattpad, hehehe. Sekarang, boleh, dong, dibagi cerita di balik naik cetaknya TKI ini? Apakah dari pihak penerbit yang menghubungi Mak Nai untuk menerbitkannya atau bagaimana? Mungkin bisa jadi contoh buat calon penulis lain.
Hahaha, saya yang mengirim naskah TKI ke Bentang Pustaka, tapi kata editor saya mereka sudah memantau TKI karena banyak mendapat e-mail dari fans yang membagikan link cerita itu.

Selain TKI, apakah ada cerita lain yang juga sudah Mak Nai unggah ke Wattpad? Jika ditotal, sudah ada berapa judulkah?
Ada lebih dari sepuluh cerita saya yang masih bertahan di sana. Sementara lima cerita lain saya tarik kembali dari peredaran.

Apakah setelah novel Mak Nai terbit dalam bentuk buku fisik, ke depannya Mak Nai akan terus menulis secara online atau fokus menulis langsung untuk diterbitkan?
Saya akan melakukan keduanya, meski sepertinya intensitas main di Wattpad (akan menjadi) agak berkurang dan sekarang saya lebih suka membagi cerita di sana dalam bentuk draft mentah saja. Sementara cerita di Wattpad yang potensial buat diterbitkan saya tarik dan riset ulang agar layak untuk digadaikan ke penerbit.

Wahh, sudah cukup banyak pertanyaannya, semoga tidak merepotkan. Nah, untuk sekarang sedang sibuk apa? Apakah sedang menulis novel yang akan terbit berikutnya?
Iya, saat ini ada naskah yang sedang saya rombak habis-habisan. Sebagian besar waktu juga saya gunakan untuk riset cerita itu.

Apakah impian terbesar seorang Mak Nai dalam dunia kepenulisan?
Saya pengin bisa menghasilkan cerita yang nggak ada matinya, jadi kalau sekarang generasi orangtuanya yang suka, saya berharap kelak anak-anak dari pembaca saya sekarang masih (akan tetap) suka pada buku saya, hahaha. Dan, seriusan… itu berat banget kan, nyaris kayak mustahil.

Aamiin, semoga terkabul. Oiya, apakah ada keinginan menulis buku non fiksi atau novel di luar tema cinta?
Saya berharap suatu saat dapat mewujudkan keinginan untuk menulis novel dengan tema sejarah atau budaya, terutama yang sumbernya dari tanah kelahiran saya.

Terakhir, apakah ada yang ingin disampaikan kepada pembaca Indonesia?
Jangan berhenti membaca, budayakan membaca, dan tularkan kebiasaan membaca pada lingkungan sekitar kita. :)

Baiklah, sekian dulu perbincangan serunya ya, Mak Nai. Semoga lain waktu bisa disambung lagi. Tetap produktif, dan ditunggu karya-karya emejing selanjutnya. 
Thanks, @fiksimetropop, sudah dikasih kesempatan main ke blog-nya dan nongkrong di #BacaBarengMinjul.

dokumen pribadi: Naiqueen
Kontak Mak Nai:
Wattpad: Naiqueen
Facebook: Alya Zultanika
Twitter: @Naiqueen