Thursday, April 30, 2009

Artikel Salinan: Mengapa Anda Harus Baca Buku Bagian Ketiga


Nonton televisi versus membaca

Orang yang lebih bahagia akan cenderung untuk bersosialisasi dan membaca koran, menurut penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang dewasa dalam kurun 34 tahun, di University of Maryland. Analisa dari penelitian tersebut menyatakan bahwa menonton televisi menjadi senang atau bahagia untuk sementara saja. Sedangkan bersosialisasi dan membaca memberikan benefit yang lebih tahan lama. Disimpulkan juga dalam penelitian tersebut, menonton televisi bisa disamakan sebagai suatu adiksi.


Membaca yang berkualitas

Siapkah Anda untuk menyerap segala informasi yang Anda baca dengan sempurna? Kenali persyaratannya:

STANDAR KENYAMANAN. Pilih pencahayaan, posisi tubuh, dan suasana yang membuat Anda merasa nyaman. Anda membutuhkan penerangan yang sesuai sebab lampu yang terlalu terang akan menyebabkan mata cepat lelah. Sebaliknya, lampu yang terlalu redup malah menyulitkan membaca buku –khususnya buku yang huruf-hurufnya kecil. Posisi membaca yang paling ideal adalah duduk bersandar dengan alas yang nyaman pada punggung dan bokong. Untuk Anda yang hobi membaca sambil tertelungkup, umumnya akan merasa pegal pada leher, punggung bagian atas, pinggang, dan tangan yang menjadi penopang tubuh saat membaca. Efeknya, Anda akan jadi cepat lelah. Tapi semua tergantung kebiasaan masing-masing…

TENTUKAN TUJUAN ANDA MEMBACA. Apa yang ingin Anda dapatkan dari membaca sebuah buku? Langkah berikutnya, jadikanlah membaca sebagai kebutuhan utama. Biasakan membaca di mana dan kapan pun Anda berada. Efeknya, Anda akan terbiasa untuk mengisi waktu luang dengan membaca.

PILIH JENIS BUKU SESUAI MINAT. Cari buku yang membuat Anda tertarik untuk segera membacanya. Jangan paksakan mood Anda. Kecuali Anda memang diharuskan membaca deretan huruf dan angka yang ribet –oleh bos Anda! (Tapi itu kan pekerjaan, bung!)

JARAK PANDANG. Atur jarak antara mata dan buku sejauh 25-30 cm. Jarak yang terlalu dekat akan membuat mata cepat lelah, sedangkan jarak yang terlalu jauh akan membuat kornea mata bekerja ekstra keras. Akhirnya, Anda sulit berkonsentrasi.

TINGGALKAN JEJAK. Berilah tanda, highlighter, garis bawah, atau catatan kecil, untuk menandakan kata demi kata dalam bagian isi buku yang Anda anggap penting. Hal ini bisa membantu menguatkan daya ingat akan isi bacaan, dan tentu saja memudahkan ketika suatu saat Anda ingin kembali pada bagian tersebut.

MOMEN TERBAIK. Untuk membaca berkualitas, lakukan saat kondisi tubuh dan otak Anda sedang dalam keadaan terbaik –tanpa beban dan tekanan pikiran. Ketika otak dan fisik dalam situasi terbaik, maka yang Anda baca akan lebih mudah terserap.


Kembali ke bagian pertama
Kembali ke bagian kedua

Catatan: seluruh artikel adalah diambil secara langsung (menyalin/menyadur) dari sumbernya, tanpa ditambah atau dikurangi. Salut dan apresiasi adalah kredit kepada penulis aslinya. Dikarenakan bersumber dari majalah pria, maka subjek pembicaraan mengarah kepada jenis kelamin pria. Namun demikian, menurut pendapat saya, artikel ini bisa dimaknai secara universal.

Artikel Salinan: Mengapa Anda Harus Baca Buku Bagian Kedua


Bukan cuma untuk alasan pengetahuan. Lebih dari itu, buku-buku di lemari Anda adalah cerminan kepribadian dan cara berpikir Anda.



OLEH NUZUL AKBAR NAZAR

Majalah Men’s Health Indonesia

Edisi April 2009, Nomor 04/IX, halaman 50-52



BUKU DAN ALAM BAWAH SADAR



Semakin banyak Anda membaca buku, biasanya Anda semakin terampil berpikir sistematis. Yap! Selain otak Anda dirangsang secara terus-menerus untuk menghubungkan rangkaian informasi, buku-buku yang Anda baca pun –apalagi jika berbentuk jurnal ilmiah, sangat mengandalkan sistematika berpikir. Hal ini kemudian menjadi kebiasaan yang diadopsi oleh otak Anda secara tidak sadar.



Kapan buku begitu memengaruhi alam bawah sadar Anda? “Menjelang, dan saat baru saja bangun tidur,” kata Romy. “Karena saat kita bangun tidur, alam bawah sadar masih dalam keadaan kosong sehingga informasi akan lebih mudah direkam di otak. Menjelang tidur juga menjadi kondisi terbaik untuk alam bawah sadar dalam merekam sesuatu, karena saat itu biasanya Anda merasa sangat relaks.”



Namun menurutnya, ada syarat utama agar Anda bisa mendapatkan informasi secara maksimal dari sebuah buku. “Anda mesti mengosongkan pengetahuan Anda terlebih dahulu. Jadilah murid teladan ketika Anda membaca dan jangan bersikap layaknya komentator yang siap memperdebatkan isi buku tersebut.”



Jika hal di atas bisa Anda lakukan, maka barangkali Anda akan mendapatkan 5 M manfaat membaca:

  1. Mempertahankan fungsi otak, termasuk konsentrasi dan daya ingat.
  2. Membekali diri dengan informasi dan ilmu pengetahuan.
  3. Melatih berpikir sistematis.
  4. Menghibur diri dengan membaca buku favorit, komik, atau pun yang bersifat jenaka.
  5. Menambal waktu luang dengan aktivitas yang berguna.

Sebenarnya masih ada satu manfaat hebat lainnya, yaitu, ketika Anda beranjak tua dan tetap membaca maka Anda memperkecil risiko menjadi pria pelupa.



BAGAIMANA PRIA SIBUK MEMBACA?



Maksud kami, kendala paling besar yang Anda hadapi untuk membaca adalah waktu. Berapa banyak sih waktu luang untuk pria aktif modern seperti Anda? Jangan khawatir, Romy Rafael menawarkan solusinya: Speed reading. Beberapa contohnya:



TANPA GAUNG. Maksudnya, meniadakan suara alam bawah sadar ketika Anda sedang membaca. Suara ini bersifat spontan dan terjadi setelah Anda membaca sesuatu yang membekas pada pikiran Anda. Misalnya Anda membaca ‘rendang nikmat’, suara batin Anda kemudian berkata, “Ah, rendang kan pedas.” Apapun spontanitas komentar yang keluar dari alam bawah sadar, disadari atau tidak akan membuat waktu membaca menjadi lebih lama.



NO RETURN. Jangan pernah berpikir untuk membuka kembali halaman yang telah Anda lewati. Anda ingin membaca dengan cepat, bukan menghapal materi ujian seperti saat kuliah dulu. Pada kondisi ini, hal terpenting yang harus Anda lakukan adalah mendapatkan ide atau gagasan besar dari buku yang sedang Anda baca.



PHOTO READING (Ini Yang Paling Ekstrem!)

  • Baca index buku yang biasanya terletak di bagian belakang buku, kemudian pahami keseluruhan daftar isi untuk mengetahui gambaran isi buku.
  • Baca semua judul, subjudul, dan semua bagian buku yang ditandai –baik dengan huruf tebal, miring, garis bawah, atau pun penandaan lain.
  • Agar Anda bisa dengan cepat menemukan huruf tebal, miring, garis bawah, atau pun penandaan lain, fokuskan mata pada tengah-tengah buku.
Setelah Anda mengetahui speed reading, mungkin Anda tak bisa lagi beralasan tidak punya waktu untuk membaca. Tapi menurut kami, alasan waktu selalu bisa direkayasa. Bukankah duduk di atas kloset sambil membaca bisa menjadi salah satu alternatif?



Bersambung ke bagian ketiga

Kembali ke bagian pertama



Catatan: seluruh artikel adalah diambil secara langsung (menyalin/menyadur) dari sumbernya, tanpa ditambah atau dikurangi. Salut dan apresiasi adalah kredit kepada penulis aslinya. Dikarenakan bersumber dari majalah pria, maka subjek pembicaraan mengarah kepada jenis kelamin pria. Namun demikian, menurut pendapat saya, artikel ini bisa dimaknai secara universal.

Wednesday, April 29, 2009

Pengarang Pilihan: Clara Ng



Jika ditanya kenapa seorang Clara Ng menulis, ia menjawabnya dalam novel Dimsum Terakhir. Ia mengaku bahwa ia menulis karena usia ini singkat dan begitu banyak yang harus diungkapkan. Ia menulis karena ia tidak abadi tapi ceritanya imortal. Ia menulis karena hidup lekang sementara imajinasi seluas alam semesta. Ia menulis karena ia tidak punya sayap sementara komitmennya terhadap seni dapat mengantarnya ke langit ketujuh.

Clara Ng menerbitkan novel pertamanya pada tahun 2002, dengan judul Tujuh Musim Setahun, yang langsung melejitkan namanya sebagai salah satu novelis berbakat di Indonesia. Dua tahun vakum, Clara Ng melakukan come back dengan menjadi pelopor genre Metropop pada pertengahan tahun 2004 dengan menerbitkan novel keduanya yang berjudul Indiana Chronicle - Blues, yang merupakan buku pertama trilogi Indiana Chronicle.

Pada tahun 2005, Clara Ng yang lulusan Ohio State University, jurusan Interpersonal Communication ini, langsung menerbitkan dua novel sekaligus pada awal tahun: Indiana Chronicle- Lipstick dan The (Un)Reality Show. Dan pada bulan Juni di tahun yang sama, Indiana Chronicle - Bridesmaid, yang melengkapi trilogi Indiana Chronicle pun terbit.

Sebagai wujud kecintaannya pada anak-anak, wanita kelahiran tahun 1973, istri Nicholas Ng ini juga menulis buku anak-anak. Seri pertama buku anak-anaknya adalah Berbagi Cerita Berbagi Cinta, yang terdiri atas tujuh buku. Salah satu buku dalam seri ini, yang berjudul Gaya Rambut Pascal memperoleh penghargaan Adikarya Ikapi untuk cerita anak pada tahun 2006. Pada tahun 2007, Clara Ng kembali memperoleh penghargaan Adikarya Ikapi untuk salah satu buku anak-anak dari sembilan buku dalam seri Sejuta Warna Pelangi, berjudul Melukis Cinta. Dan pada tahun 2008, ia mengeluarkan seri terbaru yang terdiri atas lima buku, berjudul Bagai Bumi Berhenti Berputar.

Menulis buku anak-anak tidak membuat Ibu dua anak ini melupakan akarnya sebagai novelis. Pada bulan Maret dan April 2006, Clara Ng menerbitkan Utukki: Sayap Para Dewa dan Dimsum Terakhir. Saat ini Clara Ng juga sedang sibuk dalam persiapan pra-produksi novel Dimsum Terakhir untuk diangkat ke layar lebar yang rencananya akan tayang tahun 2009.

Tahun 2007 merupakan tahun yang penting buat Clara Ng. Selain menerbitkan novel Tiga Venus pada awal tahun 2007, novelnya yang berjudul Gerhana Kembar dipilih menjadi cerita bersambung di harian Kompas selama bulan Oktober 2007 sampai Februari 2008.

Clara Ng yang kini jadi full time writer ini juga tampak tidak kenal kata puas. Ia juga merambah menjadi cerpenis. Beberapa cerpennya dimuat di media-media nasional. Dan pada bulan Agustus 2008, sejumlah cerpennya dikumpulkan dan dimuat dalam kumpulan cerita pendek berjudul Malaikat Jatuh.

Membaca merupakan bagian proses menulis itu sendiri bagi seorang Clara Ng, sehingga tidak heran koleksi bukunya saat ini mencapai 1000-an judul dan dipastikan akan terus bertambah. Selain membaca, Clara berusaha menyelipkan jadwal menonton bioskop di antara jadwalnya yang padat, dan ia tidak pernah bisa betah menonton TV.

Clara Ng adalah penulis yang kaya imajinasi. Dalam sembilan novelnya yang sudah terbit ada beragam tema dan kisah di sana. Mulai dari kisah perempuan metropolitan, ibu, janda, anak, dalam tema cerita keluarga, manusia dengan kepribadian terpecah, hingga kisah fantasi dewa-dewa Mesopotamia. Itu sebabnya Clara Ng paling sebal jika ditanya apakah novel-novelnya adalah pengalaman pribadi. "You get ideas all the time. The only difference between writers and other people is we notice when we're doing it." Itu mungkin kutipan yang pas dari kata-kata Neil Gaiman, salah satu pengarang favorit Clara Ng, untuk menjelaskan dari mana ide-ide tulisannya berasal.

Buat Clara Ng, menjadi penulis adalah profesi yang soliter dan berat. Menulis adalah memasuki dunia di mana hanya ada kau dan tokoh-tokoh ciptaanmu yang berlarian dalam otakmu, demikian katanya. Sampai saat ini ia masih terus memelihara kegelisahan yang menjaga komitmennya untuk terus menulis. Segala kritik, caci-maki, gosip, serta saran juga membuatnya belajar untuk rendah hati. Di antara semua itu Clara Ng juga tak henti-hentinya bersyukur atas segala dukungan sahabat-sahabat yang mendukung komitmennya sebagai pekerja seni di dunia sastra Indonesia.

Beberapa karya Clara Ng:
- Trilogi Indiana Chronicle
- Metropop Tiga Venus
- Metropop Tea For Two
- Utukki: Sayap Para Dewa
- Dimsum Terakhir
- dan beberapa lainnya.
picture: courtesy of clara ng blogdrive

Tuesday, April 28, 2009

Artikel Salinan: Mengapa Anda Harus Baca Buku Bagian Pertama






Bukan cuma untuk alasan pengetahuan. Lebih dari itu, buku-buku di lemari Anda adalah cerminan kepribadian dan cara berpikir Anda.



OLEH NUZUL AKBAR NAZAR

Majalah Men’s Health Indonesia

Edisi April 2009, Nomor 04/IX, halaman 50-52



RUDOLF, KAWAN SAYA, tiba-tiba tampil ekspresif, liar, gila, dengan kostum ajaibnya. Seluruh redaksi Men’s Health Indonesia hanya bisa ternganga, karena dalam kesehariannya Rudolf adalah kawan yang sopan, penyendiri, dan pendiam. Yah, itu acara outing kami dimana ada satu sesi ketika panitia meminta para peserta untuk tampil keren ala artis era 70-an. Dan Rudolf tampil begitu…beda. Kok bisa? “Mungkin kerasukan jin di pesisir pantai Anyer,” kata beberapa rekan wanita. Pernyataan yang justru membuat kami melewati malam dengan kurang tenang.



Seperti lazimnya wartawan yang selalu ingin tahu, maka setelah sampai di kantor kami mengintip perabotan-perabotan di bawah meja kerja Rudolf. Ya, jangan-jangan dia teroris Nurdin M. Top yang sedang menyamar. Atau, seorang pembunuh dengan spesialisasi memutilasi korbannya. Tapi tidak! Kami hanya menemukan bebrapa novel anak-anak karya Enid Blyton, Astrid Lindgreen, Bung Smas, plus kompilasi cerita thriller Alfred Hitchcock. Buku-buku yang merangsang imajinasi seseorang! Kini kami paham mengapa di balik sosoknya yang pendiam, ia bisa juga “gila”. Contoh lain, Denny Hariandja. Sikapnya yang tenang tidak bisa ‘membunuh’ daya pikirnya yang meledak-ledak. Penuh ide liar. Dia adalah pecinta buku-buku klasik barat, sekaligus pecinta Che Guevara dan buku-buku ‘kiri’ lainnya. Bayangkan ketika pikiran kapitalis dan sosialis bergabung sekaligus dalam satu otak. Dahsyat!



Lalu saya merujuk pada diri sendiri yang begitu menyintai roman sejarah. Alhasil, perjalanan hidup saya adalah balutan romantisme, ketika logika terkadang bercampur dengan perasaan.



Begitu berpengaruhkah buku-buku pada hidup kita?



“Tentu saja! Satu buku mungkin kurang ada imbasnya, tetapi Anda bisa merasakan manfaatnya setelah membaca tiga sampai lima buku. Hal itu perlahan-lahan akan ikut menentukan cara pandang, sistematika berpikir, dan pengetahuan Anda,” kata hipnoterapis kondang, Romy Rafael.



BUKAN CUMA PENGETAHUAN



Buku adalah gudang ilmu –semua orang tahu itu. Bahwa Anda dan saya membutuhkan buku sebagai sumber referensi, itu sudah jadi hukum alam. Namun, lebih dari itu, buku menunjukkan siapa Anda.



Menurut ahli saraf dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, DR. dr. Jan Sudir Purba., MD, Ph.D., “Ketika Anda melihat sesuatu, otak akan bekerja mengolah dan menerjemahkan informasi demi informasi yang dilihat oleh mata, sehingga akan memicu proses pengaktifan sel otak yang satu dengan lainnya. Sel otak tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, karena otak terdiri dari kumpulan sel-sel yang saling berinteraksi layaknya networking.”



Jadi ketika Anda membaca kumpulan huruf W.I.N.E dalam sebuah buku, maka otak Anda akan langsung mengidentifikasi bahwa wine umumnya berwarna merah hati atau putih, sanggup membuat tubuh Anda hangat, ada kandungan alkoholnya, dan jika imajinasi Anda sangat hebat…barangkali Anda sanggup membayangkan sebuah makan malam romantis bersama si Dia dengan sebotol wine Prancis keluaran tahun 1987, lalu Anda seakan bisa mencium baunya, bahkan menyesap rasanya ketika melewati lidah, ah!



Singkatnya, hanya membaca kata WINE, otak Anda telah merangkum berbagai informasi yang Anda tahu mengenai wine. Bayangkan, jika ribuan kata-kata yang ada dalam sebuah buku begitu merasuk dalam otak Anda –maka Anda bisa tertawa terbahak-bahak, menangis, ikut merasa kehilangan, gembira, dan sebagainya. Boleh jadi, Anda akan lebih cepat ereksi membaca karya Enny Arrow ketimbang menonton keping DVD Maria Ozawa. Ini adalah bukti bahwa membaca sangat menstimulasi otak Anda.



“Untuk menstimulasi otak Anda secara maksimal, ada baiknya Anda tidak sekadar membaca, tetapi juga memahami isi serta mengartikan apa yang dibaca. Sehingga sel-sel otak Anda akan bekerja lebih aktif,” kata Dr. Jan.



Suatu penelitian tentang brain-imaging menunjukkan bahwa para pembaca menciptakan simulasi di dalam pikirannya mengenai suara, pemandangan, rasa dan gerakan yang digambarkan dalam sebuah teks narasi, sementara pada waktu yang bersamaan, beberapa bagian otaknya menjadi aktif seakan-akan sedang mengalami hal serupa di alam nyata. “Ketika kita membaca suatu cerita dan benar-benar memahaminya, kita menciptakan simulasi mental dari deskripsi yang terdapat di dalam cerita,” kata Jeffrey M. Zacks, salah seorang penulis penelitian tersebut dan direktur dari Dynamic Cognition Laboratory di Washington University, Amerika Serikat.



Apa jadinya jika Anda membaca puluhan buku?



Ini ilustrasi mengenai Dhanny, seorang teman saya. Dia senang sekali membaca buku horor –ratusan dalam lemari bukunya. Saya membayangkan ada tiga kemungkinan yang terjadi pada dirinya: Menjadi penkaut, menjadi sangat tidak peka terhadap rasa takut, dan terakhir…menjadi ghostbuster. (Saya rasa, ia terdapat dalam kemungkinan ketiga…)



Buku, khususnya jenis buku yang Anda baca, sangat mengidentifikasi diri Anda.



Bersambung ke bagian kedua.

Bersambung ke bagian ketiga.



Catatan: seluruh artikel adalah diambil secara langsung (menyalin/menyadur) dari sumbernya, tanpa ditambah atau dikurangi. Salut dan apresiasi adalah kredit kepada penulis aslinya. Dikarenakan bersumber dari majalah pria, maka subjek pembicaraan mengarah kepada jenis kelamin pria. Namun demikian, menurut pendapat saya, artikel ini bisa dimaknai secara universal.



pictures: courtesy of tukangcurhat.blogspot.com