Wednesday, July 31, 2013

[Resensi Novel Indonesia] Mencari Tepi Langit oleh Fauzan Mukrim


Hang-out bareng wartawan...
Pernahkah kamu mendengar teori turbulensi? Bahwa kepak sayap kupu-kupu di Kirgistan dapat menyebabkan badai di Pantura? Artinya, semesta ini semuanya saling berhubungan, berkaitan satu sama lain. Bermula dari sebuah e-mail, Horizon Shanti mendapati dirinya bukanlah siapa-siapa, bahkan juga untuk dirinya sendiri. Sebuah ruang di otak kanannya memberi sinyal, Senja-laki-laki yang baru ditemuinya itu-bisa diandalkan.

Senja tak pernah mengenal Santi sebelumnya. Namun, saat Shanti datang kepadanya, ia pun berharap mendengar sebuah akhir cerita bahagia. Hanya satu jalan yang tak bisa kau tempuh, hanya tepian langit. Pencarian menemukan kehilangan itu pun dimulai. Pencarian yang mungkin membuat mereka menyesal karena memulainya.

"Ada banyak hal di kisah ini sehingga mungkin enggak banyak orang- selain wartawan- yang bisa bertahan di pelana ketika kuda itu berjingkrak liar."
-Bubin Lantang, penulis novel Kisah Langit Merah dan novel serial Anak-anak Mama Alin

Judul: Mencari Tepi Langit
Pengarang: Fauzan Mukrim
Editor: Gita Romadhona
Proofreader: Alit Tisna Palupi
Penata letak: Wahyu Suwarni
Desainer cover: Jeffri Fernando
Tebal: 284 hlm + viii
Harga: Rp37.500
Rilis: 2010 (cet ke-1)
ISBN: 978-979-780-411-4

Bersama dengan Kisah Langit Merah-nya Bubin Lantang, Mencari Tepi Langit karya Fauzan Mukrim ini sejatinya sudah sangat sering saya dengar diperbincangkan teman-teman kumpul Goodreads Indonesia, sejak kali pertama saya gabung dan sering ikutan ngopi-ngopi bareng, dulu. Namun demikian, sampai begitu lama saya belum tergerak juga untuk menyambar buku ini dari toko. Entahlah, setiap melihat kaver buku ini saya selalu teringat Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin-nya Tere Liye, yang mana buku itu masih saya hindari sampai batas waktu tak terbatas dengan alasan subjektif belaka, hahaha. Yah, saya pun manusia, terkadang bersikap absurd ya...tak mau membaca sebuah buku karena alasan tak logis sekalipun. Dan, Mencari Tepi Langit ini menjadi salah satu buku yang belum saya niatkan baca dengan alasan absurd tadi itu. Untunglah, ketika berkesempatan memilih untuk #KadoUntukBlogger dari Gagas Media saya akhirnya memilih buku ini, dan saya benar-benar merasa beruntung telah memilih Mencari Tepi Langit di antara 10 buku pilihan yang menjadi kado untuk saya.

Surprise adalah kesan pertama yang menyergap perasaan saya ketika membaca novel ini. Dan, karenanya saya beberapa waktu lalu secara impulsif nge-tweet pertanyaan tentang buku apa yang sepertinya saya rasa terlewat membaca, ketika hampir semua orang sudah baca, malah saya belum baca. Itu saya merujuk pada buku ini. Kenapa? Karena saya jatuh suka sejak bab pembukanya. Hah! Kenapa coba dari dulu saya tak menyegerakan membaca novel ini, ya? Tapi...ya daripada saya merutuki diri sendiri, toh sekarang saya punya kesempatan untuk membacanya juga. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, tho? Iyes!

http://www.solopos.com
Novel ini padat. Plot dan subplot saling bertumpang-tindih. Anehnya, saya malah suka. Biasanya saya cenderung malas membaca novel yang kebanyakan cabang begini, bikin pusing, hahaha. Tapi Mencari Tepi Langit tetap bisa saya nikmati secara optimal. Mungkin karena latar belakang salah satu tokoh utamanya yang seorang jurnalis itu sehingga seluruh isu yang biasanya menghiasi rubrik media massa, mulai dari politik, hukum, kriminal, ekonomi, bencana alam, hingga infotainment disajikan dengan porsi lumayan banyak. Yahhh, serasa sedang membaca kliping koran begitu. Lagi-lagi, anehnya saya nggak bosan. Memang aneh! Nggak biasanya! Iya sih, terkadang sang pengarang serasa sedang memperbarui laman wikipedia, tapi cara bertuturnya yang nikmat dengan diksi yang bagus membuat saya tetap bersemangat membaca lembar demi lembarnya hingga akhir, bahkan ketika sang pengarang (melalui penuturan tokohnya, tentu saja) mulai menjelaskan rentetan kejadian teror bom yang pernah melanda Indonesia beberapa tahun silam secara kronologis dengan disertai lokasi, waktu kejadian, dan jumlah korban, saya tetap tekun membaca novel ini. Bahkan, larut di dalamnya.

Yap, saya ini memang pembaca yang gampang dilumerkan dengan gaya bertutur dan pilihan kata yang bagus. Mungkin inti cerita sudah basi, tapi jika pengarang bisa memberikan dua hal itu, saya pasti anteng membacanya. Yeah, tokoh wartawan di dalam cerita kan bukan hal yang baru, tho? Bumbu bencana alam mahadahsyat tsunami Aceh juga tidak hanya di novel ini saja. Tapi, sekali lagi, saya tetap terpaku mengikuti perjalanan nasib yang coba diguratkan sang pengarang pada tokoh-tokoh rekaannya dalam Mencari Tepi Langit ini.

http://nydailynews.com
Jalinan cerita ini berpusat pada tiga tokoh utama, Horizon Santi (perempuan yang setelah bertahun-tahun merasa menjadi bagian dari sebuah keluarga, ternyata harus menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang anak pungut), Senja Senantiasa (pemuda Bugis yang dulunya bengal kini menjadi salah sau wartawan idealis yang secara tak sengaja menerima ajakan pertemuan dengan Santi dan mulai terlibat jauh dalam kehidupannya), dan Wiring Bittarae (pemuda Bugis lainnya yang mengawali dan mengakhiri keseluruhan cerita di dalam novel ini).

Hal lain yang saya suka dari novel ini adalah... tokoh Senja yang laki banget. Well, setelah Zona (tokoh rekaan Dewie Sekar dalam trilogi Zona), Harris Risjad (tokoh rekaan Ika Natassa dalam Antologi Rasa) dan Edvan (tokoh rekaan Moemoe Rizal dalam Bangkok), akhirnya saya bertemu lagi tokoh rekaan yang saya acungi jempol nuansa kelelakiannya. Yah, ini sih subjektif aja ya. Tapi, saya memang jarang menemukan nuansa tokoh laki-laki yang laki banget dalam novel-novel yang kebanyakan saya baca. Dan, tak hanya itu, kehadiran Senja di sini diimbangi dengan tokoh Santi yang juga kuat sebagai seorang perempuan. Fiuhhh, selama ini saya penasaran dengan orang yang bertugas membersihkan sampah-sampah bekas perjalanan di pesawat, dan dari tokoh Santi inilah saya sedikit paham bagaimana profesi itu dilakukan. Wawasan saya bertambah lagi. Puji Tuhan.

Saya pun puas dibuat ngakak, ngelus dada, sampai dengan merenung dalam-dalam demi mengikuti liku-liku perjalanan Senja-Santi. Tak jarang saya mesti menghela napas dalam dan menyusut air mata yang sudah bersiap melompat dari kelopak mata. Sebagian kisah kehidupan yang dipaparkan di sini meruapkan keharuan yang teramat sangat. Bahkan, ketika disampaikan melalui sebuah ironi.

Yang mungkin agak mengganggu saya di novel ini adalah perpindahan porsi penceritaan antartokohnya. Untuk Senja dan Santi, saya tak masalah. Yang saya baru bisa "ohh...ini tuh si itu tho.." menjelang akhir novel adalah porsi Wiring yang disebut sebagai "anak muda" di bagian-bagian awal. Sebelumnya saya pikir itu porsinya Senja juga, tapi ternyata bukan. Bikin dahi mengernyit sih. Selain itu juga ada beberapa potongan kisah (subplot) yang dibiarkan terbuka, salah satunya terkait rencana teror peledakan Kedubes AS yang ditengarai Senja melibatkan adiknya, Tisong. Potongan kisah itu tak ada kabarnya hingga novel tuntas.

Laporan typo:
(hlm. 17) konstuksi = konstruksi
(hlm. 18) Central Intellligence Agency = ..Intelligence...
(hlm. 65) pecinta = pencinta
(hlm. 71) perseneling = persneling
(hlm. 101) ---agak aneh di antara narasi yang baku ada kalimat macam ini---: Yang gak sempat melarikan diri dipukul pake popor...
(hlm. 163) hafal di keluar kepala = hafal di luar kepala
(hlm. 169) nyelutuk = nyeletuk
(hlm. 183) Selain, itu atas saran... = Selain itu, atas saran...
(hlm. 189) ngganggap = nganggap
(hlm. 245) ideliasnya = idealisnya
(hlm. 268) terindimidasi = terintimidasi
(hlm. 274) impunitas = imunitas

Hmm, ending-nya sebagian dibuat tuntas, sebagian lagi dibiarkan menggantung tak jelas. Bikin gemes. Tapi, ya, saya sih tak masalah karena saya sendiri sudah punya tafsiran pribadi atas akhir bagi kedua tokoh utamanya. Maka, secara keseluruhan saya tetap menyukai novel ini. Berharap dapat membaca karya Fauzan yang lain. Well done!

Rating: 3,5 out of 5 stars.

Reviu ini merupakan feedback untuk event #unforgotTEN dalam bentuk #KadoUntukBlogger persembahan Penerbit Gagas Media.


Monday, July 29, 2013

Cerpen #terHARU (Updated)


Wew, saya nggak nyangka cukup banyak yang ngirim naskah cerita pendek ke event #terHARU yang merupakan hasil kerja sama blog metropop.lover dengan Penerbit Haru. Saya sendiri menjadi cukup terHARU dan sangat antusias menerima dan tak sabar ingin membacanya. Tapiii...saya tahan dulu. Saya akan membacanya secara marathon pada saat yang tepat nanti.


Nah, ini dia cerpen-cerpen yang sudah masuk ke inbox metropop.lover sampai dengan hari ini (Senin, 29 Juli 2013):
1. Alifiana Nufi - The Time Capsule (18 Juli 2013)
2. Ghyna Amanda P. - Desire (18 Juli 2013)
3. Yemima Tiffany F. - All You Can Read (19 Juli 2013)
4. Desi Wulandari - Lost and Found It (21 Juli 2013)
5. Ariansyah - Strangers (23 Juli 2013)
6. Khansa Salsabila H.M. - It's Not A Simple Love Story (23 Juli 2013)
7. Melita Irmasari - Selamat Datang Tian (24 Juli 2013)
8. Vika Yulian - It's You (24 Juli 2013)
9. Agnes Silvana - The CIA: Saving My Love (24 Juli 2013)
10. Retno Palupi P. - Menyerah (25 Juli 2013)
11. Alfindy Agyputri - (in)Explicit Love Story (25 Juli 2013)
12. Nisrina Ulfah B. - Sweet Love Story (26 Juli 2013)
13. Winda Alviani - Sinar Bintang di Siang Hari (26 Juli 2013)
14. Anna Yusnita - U & I (27 Juli 2013)
15. Linda Novianty - Pacar Rangkap (27 Juli 2013)
16. Aulia Maghfira A. - Goodbye, Miss Blonde (27 Juli 2013)
17. Rizki Oktavia - Topokki Girl (28 Juli 2013)
18. Dian. S Putu Amijaya - Footnote Love (29 Juli 2013)
19. Dian. S Putu Amijaya - At the End of Dream (29 Juli 2013)
20. Linda Zunialvi - Kami Menyukainya, Lalu Kenapa? (30 Juli 2013)
21. Indah Meilina R - Piece of Love (30 Juli 2013)
22. Ruth Ismayati M. - Conello Love (30 Juli 2013)
23. Mazaya Fikrotil A - PEE: Buku Harian Lama (30 Juli 2013)
24. Ruri Afilia R - Crash Time (30 Juli 2013)
25. Dhea Fitriya - Duet (30 Juli 2013)
26. Arbie Sheena - Himitsu (30 Juli 2013)
27. Hidya Nuralfi M - Seven Days (30 Juli 2013)
28. Stephany Ningtias - Shainie Potter, si Kecil yang Gagah (31 Juli 2013, 03.06 WIB)

Itulah 17 cerpen-cerpen yang sudah masuk sampai dengan hari ini, ketika saya menyusun draft postingan ini (pukul 3 pagi). Memang, ke-17 cerpen-cerpen tersebut belum masuk verifikasi apakah sudah memenuhi persyaratan atau belum. Itu menjadi faktor penilaian juga.

Terima kasih saya ucapkan kepada tweemans yang sudah berpartisipasi dalam event #terHARU ini. Buat kamu yang masih ingin mengirim cerpen karyamu, ditunggu s.d. tanggal 31 Juli 2013 pukul 23.59 WIB yaaa...Info tentang event ini dan bagaimana cara mengikutinya, silakan klik tautan berikut ini: [FunGames] Membuat Cerpen #terHARU

Thursday, July 25, 2013

[Resensi Novel Romance] Coba Tunjuk Satu Bintang oleh Sefryana Khairil



“Tidak mungkin aku memisahkan bintang dari pendarnya.”
~pg.192

Adakah Tuhan sedang memberi jeda untuk kita atau memang tak ada nama kita dalam takdir-Nya?

Menjalani hari bersamamu begitu menyenangkan. Tidak ada yang lebih daripada dirimu yang aku inginkan. Kita tenggelam dalam riuhnya impian, hingga baru tersadar setibanya di persimpangan. Aku dan kamu berbeda tujuan.

Namun, kita sama-sama ragu apakah perpisahan yang benar-benar kita inginkan. Kita memutar arah, berusaha kembali dari sudut yang berseberangan.

Mungkin kita bisa bertemu kembali di ujung jalan yang sama. Mungkin kita bisa merajut kembali mimpi yang tertunda.

Kalau saja belum ada dia...
 
Pengarang: Sefryana Khairil
Editor: Mita M. Supardi
Proofreader: Jumali Ariadinata
Penata letak: Gita Ramayudha
Desainer sampul: Amanta Nathania
Penerbit: Gagas Media
Tebal: 210 hlm + vi
Harga: Rp40.000
Rilis: Juni 2013 (cet ke-1)
ISBN: 978-979-780-647-7

Beruntung, blogsaya masuk dalam 30 besar bloggerbuku yang dipilih oleh Gagas Media untuk mendapat Kado Untuk Blogger dalam rangka perayaan ulang tahun Gagas Media yang ke-10. Setelah mendapat konfirmasi, saya dipersilakan untuk memilih 10 buku dari daftar buku yang disediakan... senang rasanya memilah-milih buku, dan salah satu pilihan saya jatuh pada novel terbaru karya Sefryana Khairil berjudul Coba Tunjuk Satu Bintang(CTSB) yang sudah sering dipromosikan baik oleh sang pengarang maupun penerbitnya.


Menilik ketebalan buku yang terbilang tipis ini, akhirnya saya memutuskan untuk membaca CTSB terlebih dahulu untuk event #unforgotTEN Gagas Media. Kebetulan pula ukuran huruf (font) yang digunakan gede-gede, jadinya motivasi membaca kian besar, karena pasti cepat selesai, hehehe. Mungkin untuk kondisi normal, saya mencak-mencak kalau membeli buku yang sudah berasa tipis, ukuran hurufnya pun sebesar ini. Saya selalu merasa kalau saja ukurannya disusutkan setengahnya, novel ini bisa lebih tipis lagi. Dan, harganya bisa jadi tak semahal harga resminya.

Meskipun belum banyak novel karangan Sefry yang saya baca (dikoleksi sih sudah hampir semua, kurang Beautiful Mistake aja), namun saya sudah menduga akan mendapati novel dengan tata tulisan rapi dan diksi yang menawan. Benar saja, saya mendapati nuansa itu dalam CTSB ini. Indah. Lembut. Santun. Mendayu. Menghanyutkan. Seolah setiap kepingan kata ditulis dengan segenap rasa. Tumpah dari kedalaman jiwa.

twitter.com

Astronomi dan rasi bintang menjadi latar belakang kisah cinta sejati ini. Dua tokoh utamanya menyukai bidang tersebut. Bahkan, konflik utama sehingga kisahnya mengalir sebagaimana dirangkai sang pengarang di novel ini juga karena bidang itu. Cukup menarik. Pembaca disuguhi wawasan seputar benda angkasa melalui jalinan memori dan dialog dari hati ke hati kedua tokoh utamanya, meskipun baru sebatas nama dan sedikit karakteristik dari benda-benda angkasa tersebut.

Dalam novel ini dikisahkan bahwa pada suatu kali Dio lebih memilih mengejar mimpinya tepat ketika ia dengan sadar merencanakan sebuah pernikahan dengan Marsya yang akan dihelat beberapa saat lagi. Saya sempat tercenung pada bagian ini. Mungkin, hal semacam ini pun akan terjadi dalam kehidupan nyata. Tapi tetap saja, saya merasa kok semudah itu mengingkari sebuah kesepakatan pernikahan? Yah, kalau di kehidupan nyata di sekitar saya, beberapa teman memilih menikah dulu meskipun kemudian mereka terpisah, toh ada bermacam teknologi yang bisa tetap membuat mereka bisa terus berhubungan, tapi intinya mereka tetap berkomitmen dalam biduk rumah tangga. Apalagi dalam cerita ini keduanya digambarkan menyukai bidang yang sama, berarti Marsya seharusnya memahami keputusan perginya Dio, tapi Dio pun tetap bisa bertanggung jawab, nggak asal pergi begitu saja. Tapiiii... kalau nggak gitu jadi nggak ada konfliknya donk...

space.about.com

Hal lain yang juga menggiring saya untuk bertanya adalah dengan peristiwa sedahsyat itu kok saya kurang merasa ‘perih’ sebagaimana yang dialami Marsya, ya? Iya, dia digambarkan sengsara tapi itu masih kurang atau bahkan tidak menggambarkan perasaan terguncang akibat rencana pernikahan yang sudah dirancang sebegitu matang, gagal seolah hanya dengan menjentikkan jari saja. Dan, sekali Dio datang, sudah... semua kembali tenang. Cinta pun menyatu. Terasa begitu mudah. Terasa... tak pernah ada luka di sana. Entahlah, apakah saya yang terlalu sinis atau bagaimana, namun ini menjadi terlalu ideal, buat saya.

Saya pemuja cinta sejati. Saya sering dibuat heran betapa cepatnya seseorang menautkan cinta pada satu hati ke hati yang lain. Tapi, kehidupan memang begitu, kan? Nothing is impossible. Jadi, ya sudahlah. Saya adalah saya. Cinta sejati tetap saya puja. Begitupun nanti, ketika saya benar-benar menemukan cinta, saya akan menjaganya selayaknya cinta sejati. Cinta yang ditakdirkan hanya untuk saya. Sayangnya, saya tak sependapat dengan ‘cinta sejati’ yang saya kira menjadi pondasi cerita novel ini. Entahlah, mungkin kembali ke pribadi saya yang lebih memilih melupakan ‘tragical moment’ dan move on mencari cinta lain karena sekali disakiti saya percaya ‘dia’ memiliki kesempatan untuk menyakiti saya kembali di lain waktu. Dan, Marsya seolah tak punya rasa sakit itu. Well, apakah saya seorang pendendam? Tergantung penilaian Anda. Saya pribadi tak merasa begitu. Tapi, saya memang berprinsip seperti yang saya sebutkan tadi: tak pernah ada kesempatan kedua untuk seseorang yang sudah melakukan kesalahan sebesar itu. Just leave it and move on.

initokokita.com

Membaca novel ini lagi-lagi saya terganjal beberapa hal karena sekelebatan kemiripan dengan satu-dua keadaan (penting) pada novel Melbourne-nya Winna Efendi dan film Ada Apa Dengan Cinta. I know, I know, I shhouldn’t compare these two things, but I can’t help myself. Duh! Semoga kalian tak mengalami deja vu sesaat ketika membaca bagian-bagian itu di novel ini. Ohiya, sebagaimana Cintapuccino-nya Icha Rahmanti di mana saya menjadi #TeamAdit di sini saya pun lebih memilih menjadi #TeamAndro: “klub pemilik cinta yang tulus namun tak berbalas dan di-PHP-in saja”.

Laporan typo:
(hlm. 46) saling berpandangan = saling memandang = berpandangan

(hlm. 51) di maksud = dimaksud (gabung)

(hlm. 63) dipindah tugaskan = dipindahtugaskan (gabung)

(hlm. 68) memterbuka = terbuka

(hlm. 73) antaruang = antarruang

(hlm. 79) Sekali pun = Sekalipun

(hlm. 88) dimasukin-ya = dimasuki-nya

(hlm. 97) Kimy = Kimmy

(hlm. 100) risih = risi

(hlm. 106) ter-ik = te-rik

(hlm. 110) mendegus?

(hlm. 110) denga = dengan

(hlm. 116) mer-eka = me-reka = mere-ka

(hlm. 119) menjentikan = menjentikkan

(hlm. 124) terlanjur = telanjur

(hlm. 135) Masya = Marsya

(hlm. 135) ditentengya = ditentengnya

(hlm. 147) perseneling = persneling

(hlm. 148) ditelinganya = di telinganya

(hlm. 201) berterbangan = beterbangan

Agak aneh:
1.       Mungkin karena kultur, saya kurang nyaman orangtua disebut namanya langsung, bukan dengan sebutan “Bapak/Ayah” atau “Mama/Ibu”. Di sini ibu Marsya cukup ditulis menjadi Fera.
2.       (hlm.31) “Dio bilang pesawatnya tiba pukul sepuluh, tapi sekarang sudah pukul satu sebelas lewat.” ---ini hanya kegagalan saya memahami apa maksud kalimat ini. Apakah saat itu “pukul satu lebih dua belas menit” karena kata ”sebelas lewat” atau sebenarnya hanya mau menggambarkan bahwa saat itu sudah pukul “sebelas lewat” saja?
3.       (hlm. 76) Dio—paling—paling tidak, bisa berteman—tapi—tapi—
4.       Catatan buat diri sendiri: (hlm. 91) Dermaga Marina di sini adalah di Manado (berada di belakang Marina Plaza) bukan Marina Ancol.
5.       (hlm.95) ...berenang bersama-sama, melihat terdapat berbagai...
6.       (hlm. 95) ...medan wall salah satu membuat mereka takjub berhadapan dengan sebuah...
7.       Penggunaan memberitahu dan memberi tahu yang tidak konsisten
8.       Penggunaan lenggang dan lengang yang tidak konsisten
9.       (hlm. 155) Rama mengajak Kimmy untuk di pinggir pantai...

Sebenarnya, novel ini ditulis dengan begitu manis. Saya selalu suka membaca novel romance yang ditulis lembut, sedikit mendayu, santun, dengan diksi yang bagus. Seolah-olah saya sedang mendapat treatment pijat refleksi. Damai. Menenangkan. Namun, sayang, mungkin karena terlalu tipisnya novel ini serta beberapa hal yang secara pribadi tidak masuk dalam selera, saya cenderung sinis ketika membaca novel ini. Mohon maaf.

Rating: 2,5 out of 5 stars


Thursday, July 18, 2013

[Fun Games] Event #terHARU selama Juli 2013


Beberapa waktu lalu saya sudah nge-tweet hal kerja sama blog metropop.lover dengan Penerbit Haru. Nah, untuk itu saya menyelenggarakan event #terHARU selama bulan Juli 2013, di mana secara keseluruhan bulan Juli ini saya berharap dapat membaca sebanyak-banyaknya buku terbitan Penerbit Haru sekaligus mengenal lebih jauh dengan penerbit yang awalnya saya kira hanya konsentrasi untuk menerbitkan karya-karya fiksi terjemahan dari Korea ini.


Dan, setelah menggodok beberapa ide, akhirnya saya kepikiran untuk membuat event #terHARU ini menjadi lebih semarak. Yes, apalagi kalau bukan bagi-bagi hadiah. Bagi-bagi buku, tepatnya. Gimana caranya? Apa persyaratannya, silakan simak yang di bawah ini yaaa...

1. HARU-moment
HARU-moment adalah sebuah giveaway dengan hadiah spesial untuk satu orang pemenang yang nantinya dipilih pada akhir bulan Juli 2013. Untuk mengikuti giveaway ini paling tidak kamu mesti sudah baca minimal satu buah buku terbitan Penerbit Haru. Mengapa? Silakan simak saja aturan main HARU-moment ini yaaa...
1). HARU-moment dirupakan dalam bentuk sebuah cerita pendek, minimal terdiri dari 1.000 kata, boleh genre apa saja, namun harus menyebutkan minimal satu buah judul buku terbitan Penerbit Haru dalam cerita tersebut, perhatkan contoh di bawah ini:
Pipiku seketika menghangat. Entahlah, apakah saat ini warnanya benar-benar merona serupa kepiting rebus atau tomat gondolan ranum yang baru dipetik. Yang pasti, sebuah bungkusan cantik yang diulurkan Prast itu langsung meluluhkan segala amarah yang sejatinya menggumpal di dadaku sejak pagi tadi. Teganya dia! Membuatku marah dan malu di depan teman-teman. Well, meskipun itu hanya rekayasa untuk memberi kejutan ulang tahunku yang jatuh hari ini. Tapi, tetap saja. Aku kesal.

"Buka donk." 

Aku membuka bungkusan berwarna biru muda berhias pita berbentuk hati itu dengan tangan gemetar. Sunggingan senyum tak hilang dari sudut bibirku. Ahh, boleh tidak aku peluk Prast dulu sebelum membuka bungkusan ini? Oh, tidak. Itu akan membuatku tambah malu. Ada banyak orang di ruangan ini.

Dengan susah payah --tanganku bahkan seperti agar-agar, lemas-- akhirnya bungkusan itu terbuka. Dan sebuah buku...eh? Buku? Aku pikir... Oh, tunggu dulu. Itu kan buku favoritku yang...oh, yang...kecebur di situ Babakan beberapa bulan lalu. Ahhhh, buku ini sudah susah dicari. Oh! Tanpa pikir panjang lagi kutarik buku dengan sampul didominasi warna kuning terang itu dan segera mendekapnya. Oh, my Her Sunny Side. Oh! Dan, tahu-tahu aku sudah menghambur ke arah Prast. Dan, menghunjaminya dengan pelukan erat.

"I love you, Prast."

2). Dianjurkan untuk follow twitter @fiksimetropop dan @penerbitharu
3). Cerita pendek kamu silakan dikirim ke email metropop.lover@gmail.com dengan subjek HARU-moment: judul cerpen
4). Cerpen boleh ditulis di body email atau dalam attachment terpisah (word)
5). Cerpen kamu ditunggu hingga tanggal 31 Juli 2013 pkl. 23.59 WIB
6). Sertakan nama asli, alamat kirim hadiah, dan nomor kontak yang bisa dihubungi di dalam email kamu.
7). Pemenang akan diumumkan setelah libur Lebaran (periode 12-17 Agustus 2013)
8). Kamu diperbolehkan memublikasikan cerpen kamu di media mana pun
9). Hadiah spesial adalah 3 judul buku terbitan Penerbit Haru yang bebas kamu pilih sendiri.


2. JumatHARU
Nah, untuk giveaway kedua, ini seperti giveaway yang biasanya kok, dan akan dilakukan di ranah twitter. Jadi, buat yang belum punya akun twitter, silakan dibuat dan wajib follow @fiksimetropop dan @penerbitharu. Dan, giveaway ini akan mulai diselenggarakan Jumat besok, 19 Juli 2013.

Okay, tweemans. Semoga kamu bisa ikut bersenang-senang di event #terHARU ini. Ditunggu partisipasimu yaaaaa......:)

Sunday, July 14, 2013

[Buku diFilmkan] Teaser Trailer HOW TO TRAIN YOUR DRAGON 2


Woaaaaaa....sudah lama sekali saya menantikan kelanjutan How to Train Your Dragon difilmin, dan yihhaaaaa...akhirnya Dreamworks Animation sudah merilis teaser untuk How to Train Your Dragon 2..dan, oh well, memang masih lama sihhh...Juni 2014 baru akan tayang. Huuufff, semoga masih diberi kesempatan umur panjang untuk bisa menikmatinya yaaaa....amiiinn...


Banyak yang jejeritan (di kotak komentar youtube) Hiccup dah jadi cowok dewasa yaaa...udah puber gitu, hihihi...oiya, ini dia teaser trailer-nya:


Hihihi, jadi beneran gak sabar deh nungguin Juni 2014. Meski satu pun bukunya belum saya baca, tapi saya rajin mengoleksi versi terjemahan Mizan-nya. Dan, walau filmnya beda jauh sama bukunya, saya kok fine-fine aja ya? Dua-duanya punya keunikan masing-masing. Untuk kali pertama, saya nggak protes lho pas baca setengah bukunya dan menonton full film pertamanya. Agak luar biasa sih, bagi saya pribadi, yang suka protes kalau film udah beda jauh sama bukunya. :)

Sunday, July 7, 2013

[Resensi Kumpulan Cerita] Skenario Remang-Remang oleh Jessica Huwae


Diksinya JUARA!

Seorang perempuan di kota tua, membangun sisa-sisa harapannya bersama mi yang diolahnya dengan suatu resep rahasia. Di suatu perumahan baru di pinggir kota, seorang pemuda membangun mimpi dan ide-idenya akan kehidupan normal dengan sang perempuan pujaan. Di suatu sudut mal, seorang sahabat menanti dengan debar sahabat yang dalam diam dipujanya. Di suatu restoran yang terimpit oleh gedung-gedung perkantoran megah, seorang pramusaji bertemu kembali dengan kisah lamanya yang dipikirnya telah mati saat demonstrasi. Di suatu acara televisi nasional, seorang penyanyi lawas berharap-harap cemas untuk mendapatkan popularitas dan kejayaannya kembali. Di sudut lain pada kota yang remang, dua peristiwa besar terjadi; suatu transaksi perasaan, juga pelajaran panjang tentang patah hati.
Andai saja satu hari dalam hidup seseorang dapat diulang, akankah ia bisa mengubah jalan hidupnya? Ataukah hidup memang kadang punya cara sendiri untuk menertawakan rencana-rencana naif manusia?
Judul: Skenario Remang-Remang (SRR)
Pengarang: Jessica Huwae
Editor: Mirna Yulistianti
Proofreader: Dwi Ayu Ningrum
Desain sampul: Staven Andersen
Penerbit: Gramedia
Tebal: 179 hlm
Harga: Rp43.000
Rilis: Juni 2013 (cet ke-1)
ISBN: 978-979-22-9738-6

Kehadiran buku ini laksana janji temu dengan kawan lama yang akhirnya kesampaian. Macet, hujan, tumpukan kerjaan, semua diabaikan demi bertemu kawan lama itu. SRR menyiram kehampaan kenangan akan tulisan seorang Jessica Huwae yang sempat menerbitkan satu buah novel metropop, soulmate.compada tahun 2006. Impresif. Novel debutan itu langsung memikat hati sehingga terus dan terus berharap ada karya Jessica berikutnya. Dan, ketika mendengar kabar bahwa Jessica akan menerbitkan karya lagi (SRR) saya langsung tak sabar menunggunya. Sayang seribu sayang, jadwal launchingbuku ini ternyata bertepatan dengan jadwal saya dinas luar kota sehingga tak dapat menyempatkan diri berhadir di sana. Beruntung, saya justru berkesempatan memegang dan membaca buku kumpulan cerita ini satu minggu sebelum SRR secara resmi dirilis. Yayyyy....makasih mbak Jessica.
 
Saya sudah berjanji untuk lebih dapat menyukai buku kumcer dan mencoba merasai kenikmatan membaca cerita pendek. Apalagi saya pun sedang bereksperimen menulis cerita pendek, meski hanya untuk dibaca-baca sendiri. SRR langsung menggebrak dengan kisah demi kisah yang dirangkai Jessica dengan begitu asyik. Yang paling kuat dari keseluruhan elemen, menurut saya, adalah diksinya yang indah nan menghanyutkan. Well, ketika membaca soulmate.com pun saya sudah salut dengan diksi racikan Jessica. Maka, tak heran sebenarnya jika SRR ini juga tampil demikian halus, meskipun toh saya tetap terkagum-kagum. Dan... iri. Ah, saya pengenjuga bisa bikin cerita dengan diksi demikian indah. Keren!

Dari 14 cerita yang ada di SRR, saya paling terpesona dengan cerita kedua, Gate 4. Hohoho, what a twist! Saya sampai benar-benar ternganga. Dan, kamu tahu? Saya membaca kisah ini bertepatan ketika saya menunggu pesawat saya boarding! OH-MY! Pas-surapas banget deh pokoknya. Saya jadi dapat feel-nya secara maksimal. Speechless. Suka pake banget lah untuk kisah ini.

Berikut komentar saya pada kepingan-kepingan cerita dalam puzzleSRR karya Jessica Huwae:

1.      Resep Rahasia Tante Meilan
Kisah ini menempatkan Tante Meilan, seorang Tionghoa yang kehilangan suami dan anak-anaknya pasca kerusuhan Mei 1998, untuk berjuang keras bertahan hidup dengan membuka kedai mi ayam yang superlaris namun menerbitkan kedengkian di hati para pesaingnya. Bahkan salah satu di antaranya bersikeras mencari resep rahasia kelezatan mi ayam itu. Dan resep rahasia itu... benarkah ada?
2.      Gate 4
Dua orang bertemu di ruang tunggu bandara. Seorang di antaranya tampak menekuni laptopnya, sementara seorang lagi baru masuk dan mendapati hanya di sebelah pemilik laptop itulah yang bangkunya masih kosong. Setelah berbasa-basi singkat, keduanya mulai terlibat percakapan yang seru, bahkan cenderung pribadi. Tapi, seseorang dari keduanya mengisahkan cerita bualan dalam sesi curhat itu. Siapa? Untuk apa? Itu twist di akhir cerita yang membuat saya syuka-syuka-syukasama kepingan cerita ini.

gambar dari sini: http://just-euphoria.blogspot.com
3.      Satu Hari Dalam Hidup Aidan
Saya percaya pada hukum sebab akibat. Setiap kejadian ada alasannya. Setiap keadaan pasti ada yang menimbulkannya. Bahkan, satu kebetulan pun sebenarnya berawal dari satu buah sebab yang mengakibatkan terciptanya kebetulan itu. Apa yang dialami Aidan di masa kecilnya bisa menjadi “alasan” mengapa ia melakukan hal demikian ketika dewasa.
4.      Mencintai Elisa
Benarkah cinta memudar seiring berjalannya waktu? Haruskah tiap saat kita menyirami benihnya dengan setuang madu sayang dan setimba air cinta? Kisah ini merenda perjalanan cinta seorang suami pada istrinya, Elisa, yang pada akhirnya dikalahkan putaran waktu.
5.      Mengeja Perempuan Dalam Kesunyian
Siapa yang salah jika kita justru melesatkan panah cinta ke arah yang tak tepat? Dan ketika kita sadar itu tak tepat, dan ada sasaran lain yang lebih mudah bahkan tampak mendekat ke kita, apakah kita langsung mengalihkan bidikan ke sasaran baru itu? Ambillah keputusan secepatnya. Lengah sedikit, target akan jauh dan menghilang.
“Berhentilah memandang ke pintu yang tidak akan pernah dibukakan bagimu.” (hlm. 65)
6.      Skenario Remang-Remang
Kisah yang menjadi judul buku kumcer ini juga tak kalah istimewa. Dan, benar-benar sesuai judulnya. Cerita dirupakan dialog saja, tanpa narasi. Setting, background, dan karakternya harus kita tebak sendiri. Benar-benar dibuat samar. Remang-remang. Jempol dua!

gambar dari sini: http://kfk.kompas.com
7.      Menjemput Bapak
Ini tentang anak yang menceritakan bapaknya. Bapak yang tak pernah meninggalkan impresi positif bagi sang anak, bahkan telah lama si anak minggat dari rumah. Kabar tentang bapak yang sakit keraslah yang membawanya pulang, sampai ia menyaksikan ibunya menjemput Bapak.
8.      Nostalgia Rasa
Sebuah kisah tentang kenangan akan beragam rasa di dada tentang seseorang. Dikisahkan dengan gaya tulisan ibarat surat atau diari privat, kisah ini menguraikan sebuah transformasi cinta yang begitu dalam meski tak tergenggam.
9.      Elegi Sabtu Sepi
Pertemuan demi pertemuan menyemarakkan hari. Terkhusus bagi sang perempuan. Bahkan, jadwal rutin pertemuan itu lambat laun mengubah persepsinya. Ia yang sinis pada kehidupan mulai memandangnya dari sudut yang lain. Tapi mengapa, justru si lelaki pergi ketika ia mulai tak sinis lagi?
“Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah mal dan pusat perbelanjaan memang tidak dirancang untuk kesendirian? Lantas mengapa semua orang tampak berpasangan?” (hlm. 98)
10. Jalan Kembali
Ini tentang kisah haru nan mengagumkan dari seorang mantan popstar yang tak dinyana menemukan jalan untuk kembali ke bawah hujanan lampu sorot ketika diundang tampil di suatu acara televisi. Sanggupkah sang mantan diva ini memancarkan kembali kemilau sinarnya?
11. Galila
Kisah ini tentang Galila, anak pertama di kampungnya yang tak memiliki nama belakang akibat ulah ayahnya. Galila kecil tak paham mengapa harus demikian. Tanya saja pada sang mama yang merajut kepedihan karena kepergian ayah. Mengapa ayah pergi?
12. Semangkuk Salad dan Setumpuk Kenangan Saat Jam Makan Siang
Kisah ini juga berlatar belakang masa-masa reformasi. Kisah cinta yang terajut pada dua dunia yang berbeda, disatukan dalam periuk yang sama, perjuangan pembebasan dari pengekangan rezim yang katanya tak benar. Bertahun-tahun kemudian, dua insan masih juga dipertemukan. Namun, tentu saja, waktu telah menggerus semua yang ada. Apa-apa yang dulu tampak bagus mendadak berubah tak keruan. Mengapa? Itulah tanya yang menyergap. Bagaimana bisa?

gambar dari sini: http://www.thegourmetbagelshoppe.com
13. Pelajaran Patah Hati
Patah hati itu alami. Kata ibunya, manusia mempelajari patah hati justru dari Tuhan melalui berbagai kesulitan hidup. Demikianlah, sang tokoh dalam kisah ini mempelajari satu demi satu episode patah hatinya. Sampai kapan?
14. Segitiga
Cinta. Disemai. Dipupuk. Disiangi. Disirami. Dijaga. Dipanen, ketika waktu telah tiba. Tapi, ada masa, cinta itu... mati. Meskipun telah diajaga mati-matian. Jika sudah begitu, ada kalanya dua insan pencinta ini akan memutuskan untuk berpisah, membawa ini-itu yang menjadi jatahnya. Jika ada satu yang tak diingini keduanya, bagaimana harus memutuskannya? Siapa yang harus membawa “itu”?

Okay, saya memang tak selesai membaca buku ini dalam sekali duduk saja. Bahkan terputus-putus beberapa kali. Tapi, sebenarnya itu lebih karena saya memang harus melaksanakan tugas sehingga tak memungkinkan diri menyempatkan baca buku ini. Pada akhirnya saya selesai juga. Dan, benar-benar puas membacanya. Lagi dan lagi dan lagi dan lagi, saya akan memuji bagaimana diksinya yang begitu menawan. Mungkin ada satu atau dua cerita yang biasa saja, tapi kemasannya itu yang membawa saya seolah terbang ke awan. Saya suka!

Dari segi cetakan, masih ada beberapa typo meskipun tak banyak, dan seingat saya hanya pada beberapa cerita. Sebagian besar cerita hampir-hampir bersih dari salah ketik. Ini beberapa yang saya temukan:
(hlm. 42) ...pos yang terletak bibir Gang Sawo... = ...terletak di bibir...
(hlm. 49) menyeterika = menyetrika
(hlm. 55) Diacuhkannya Elisa = Tak diacuhkannya Elisa (sesuai konteks kalimat)
(hlm. 99) Lantas kamu mulai acuh = Lantas kamu mulai takacuh (acuh tak acuh)
(hlm. 149) ken-apa = ke-napa
(hlm. 157) mempercayai = memercayai

Baiklah. Buat para penikmat kumpulan cerita, SRR ini mesti kamu baca dan koleksi. Buat teman yang bernasib sama seperti saya, sulit ‘mengapresiasi’ cerita pendek, SRR ini bisa juga kamu coba untuk bacaan pertamamu. Saya sih tak mengalami hambatan berarti ketika membacanya, cenderung enjoydan santai (kayak di pantai). Jadi, tak ada salahnya kamu coba, teman.

Rating: 4 out of 5 star.

Friday, July 5, 2013

[Book of The Month] Surga Retak oleh Syahmedi Dean


Melanjutkan tradisi 'penobatan' Buku Bulan Ini (Book of The Month) yang saya mulai sejak bulan Mei dan Juni 2013 lalu, kali ini saya juga ingin memilih satu buku baru menjadi BotM Juli 2013. Nah, karena saya sudah menggemari karya tulis bang Syahmedi Dean dalam tetralogi fashion (Lontong Sayur Dalam Lembaran Fashion, Jakarta Paris Via French Kiss, Pengantin Gypsy dan Pengemis Cinta, serta Apa Maksud Setuang Air Teh), maka buku terbaru beliau berjudul Surga Retak dengan mantap saya pilih sebagai BotM Juli 2013.

Apa sih kriteria BotM di blog ini? Nggak ada. Pemilihan ini hanya berdasar selera saya saja. Betapa saya sangat ingin membaca suatu buku sehingga saya berharap bisa menularkan kepada yang lain, memberitahukan kepada yang lain, bahwa buku itu bagus. Kan belum dibaca, kok udah bisa bilang bagus? Hmm, biasanya kriteria yang saya gunakan adalah faktor pengarangnya, faktor si novel ini meraih suatu penghargaan, atau si novel lagi hits banget di dunia buku. So, the choice is yours. Mau setuju atau tidak pada pilihan BotM di blog ini, adalah sepenuhnya di tanganmu. Saya hanya menyodorkan pilihan, siapa tahu kamu juga bisa suka seperti saya menyukai BotM pilihan saya.

Profil bang Dean:
Syahmedi Dean, seorang jurnalis bidang lifestyle, lahir di Medan tahun 1969, dan menamatkan kuliah S1 Jurusan Desain Komunikasi Visual di Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun 1995. Pengalaman jurnalistik pertamanya dialami tahun 1995 di harian The Examiner Newspaper untuk bidang kriminal, di kota kecil Launceston di Pulau Tasmania, Australia. Kemudian berturut-turut menjadi redaktur di Femina, Cosmopolitan Indonesia, Harper’s Bazaar Indonesia, dan Dewi.

Pernah menjadi penyiar di radio Unisi FM Yogyakarta dan magang sebagai staf produksi di Radio ABC juga di Launceston, Australia. Tahun 1995 mewakili Provinsi DI Yogyakarta untuk Australia-Indonesia Youth Exchange Programme. Sejak tahun 2001 sampai 2003 menjadi koordinator reportase spring/summer fashion week di Milan, Paris dan London untuk Femina Group.

Baiklah, berikut adalah kaver dan sinopsis Surga Retak:

Mata akan terbuka ketika hati mencari cinta

Bapak mempertaruhkan Ibu di meja judi, padahal dalam pertaruhan kelas seribu rupiahan saja Bapak selalu kalah. Perhitungan Bapak terlalu gegabah, tidak sebanding dengan keberanian orang-orang lain yang sudah terlatih berjudi sejak Belanda mengembangkan kapitalisme di tanah Deli. Belanda mendatangkan orang-orang Shantou dari Cina, orang-orang Tamil dari India, orang-orang Bagelen dari Jawa, untuk diperbudak paksa. Belanda mempertuankan diri di tanah Deli, menabur hiasan judi dan pelacuran, menciptakan kegaduhan, membuat nasib rakyat jelata berbentuk mozaik penuh luka. Bapak hanyalah sisa-sisa nasib di ujung zaman yang berlari dari kekalahan hidup, melintasi tanah-tanah perkebunan peninggalan Belanda, tanah yang semakin panas diperebutkan “siluman”. Bapak membuat Suri seperti tercabut dari kebahagiaan, kabur di malam buta dengan motor tua, menuju harapan baru, meninggalkan indahnya cinta yang baru mekar di belakang. Suri mempertanyakan hidup, siapa Bapak sebenarnya, kenapa semua cinta hilang berserakan?