Wednesday, August 26, 2015

[Waiting on Wednesday] ...Girl Meets Boy


"Waiting On" Wednesday is a weekly event, hosted by Breaking the Spine, that spotlights upcoming releases that we're eagerly anticipating.


Oke, saya memang belum baca semua karya Winna Efendi, tapi setiap Winna berencana merilis novel baru, saya selalu ikut antusias. Buku-buku terakhir Winna juga sudah saya koleksi, sih, tapi belum dibaca, hehehe. Lalu, ada lagi yang baru dari Winna. Oh, my, kovernya eye ctaching banget, sih. Sudah pasti masuk daftar tunggu buku yang wajib dibeli ini.
  Dear Ava,

Saat kamu menerima surat ini, mungkin aku udah nggak ada di sini. Mungkin aku udah jadi murid senior di Alistaire. Mungkin aku akan ada di lingkungan baru. Atau mungkin, di Broadway, tampil perdana untuk pertunjukan Annie dan tiketnya terjual habis dalam lima menit (boleh dong, ngarep). Who knows? Itulah hebatnya dunia, selalu penuh dengan kesempatan yang nggak terduga.

Kita punya janji untuk saling menemukan, bukankah begitu?

Love,
Rae

____

Dear Kai,

And then I said, “Kai, aku sayang kamu.”
Kamu menatapku, lalu mengusap rambutku lembut. Ini adalah kali pertama aku mengucapkannya kepada siapa pun. Kamu nggak mengatakannya balik. Dan, kurasa, sejak awal aku udah tahu.

Aku tahu tindakan kamu barusan adalah ucapan i-love-you terbaik yang mungkin bisa kudapatkan, but it’s okay, because I love you.

And unlike you, I’m not afraid of saying it.

Love,
Rae

***

Novel ini bercerita tentang kehilangan dan tentang menemukan. Tentang mimpi, tentang keluarga, tentang persahabatan, juga tentang memaafkan diri sendiri. Lewatnya, saya ingin berkisah perihal momen-momen yang sudah seharusnya berlalu dan dilepaskan. Karena setiap hal indah pada waktunya.

Semoga kamu menyukai sepotong kisah ini dan mendengar musik yang bermain di baliknya.

Winna Efendi

Lalu, apa buku yang paling kamu tunggu terbitnya minggu ini, tweemans?

Monday, August 24, 2015

[Resensi Kumpulan Cerpen] Tentang Kita by Reda Gaudiamo


Surprisingly awesome...
Kumpulan cerpen Reda Gaudiamo ini ditulis dalam rentang waktu yang cukup panjang: dari akhir 1980-an hingga 2014.

Warna dari masa ke masa cukup terasa pada beberapa cerpen. Tetap ada satu hal penting yang mengikat satu cerpen dengan cerpen yang lain: semua berkisah tentang keseharian, tentang hati, dan cinta manusia biasa.

Reda Gaudiamo sudah suka menulis sejak SD, namun berani mengirimkan tulisannya ke media massa ketika zaman kuliah karena perlu tambahan uang jajan. Lulusan Sastra Prancis & Magister Komunikasi FISIP UI ini pernah bekerja di berbagai biro iklan dan media cetak, seperti Gadis, Mode, Hai, dan Cosmopolitan.

Tahun 2008 - 2011, Reda menjadi publisher 7 majalah lifestyle Kompas Gramedia. Di waktu luangnya, ia giat bermusik, menyanyikan puisi Sapardi Djoko Damono bersama Ari Malibu dalam grup AriReda.

Judul: Tentang Kita
Pengarang: Reda Gaudiamo
Penyunting:
Penerbit: Stiletto Book
Tebal: 215 hlm
Harga: Rp45.000 (beli di www.stilettobook.com)
Rilis: 14 April 2015
ISBN: 978-602-7572-37-9

https://www.goodreads.com/book/show/25392959-tentang-kita?ac=1

Saya suka kovernya. Saya enggak begitu suka kumpulan cerita (kumcer). Jadilah saya selalu batal membawa pulang buku ini setiap meliriknya di toko buku. Beruntung saya akhirnya berkesempatan membaca kumpulan cerita setelah mendapat kiriman dari Stiletto Book. Dan, untuk keperluan resensi ini, hal tersebut sama sekali tidak memengaruhi, ya. Dan, semoga tecermin dari resensi saya, bahwa saya tetap berusaha objektif, sesuai selera pribadi.

'Kisah-kisah sederhana yang penuh makna', itu simpulan saya ketika selesai membaca buku kumcer ini. Meskipun tidak senapas, tapi beberapa cerita yang ada di buku ini menyimpan pesan yang hampir sama dengan cerita-cerita zaman booming Forum Lingkar Pena (FLP) kurang lebih tahun 2004-2006-an silam yaitu mengangkat isu-isu sosial yang terjadi di sekitar kita. Sedangkan sebagian cerita lain di buku ini menghadirkan topik-topik yang dekat dengan keseharian termasuk topik tentang keluarga, pencarian jati diri, dan karier, yang disertai bumbu romance, tentu saja.

Saya bilang sederhana, selain karena memang mengangkat topik keseharian, juga karena gaya bertutur Reda yang lugas dan nyata dengan diksi mudah dimengerti. Buat saya pribadi, sih, ini memudahkan saya untuk menikmati tiap-tiap cerita. Pun, ceritanya juga selalu tuntas, sehingga tak menyulitkan untuk mengimajinasikan ceritanya dalam benak. Oiya, sampir seluruh cerpen di kumcer ini sudah pernah diterbitkan di pelbagai media, antara lain: Harian Kompas, Hai, Femina, Good Housekeeping, dan media lainnya.

Berikut kesan-kesan saya pada masing-masing cerpen dalam kumcer ini:

1. Ayah, Dini dan Dia
Berkisah tentang tentang seorang ayah, anak gadisnya, dan lelaki yang sedang dekat dengan anaknya itu. Ditulis menggunakan PoV orang pertama untuk Ayah dan Dini serta PoV orang ketiga untuk Dia, kisah pembuka kumcer ini cukup menyedot atensi saya. Ehem, saya pernah jadi "Dia" sehingga saya seolah diputarkan film tentang diri saya sendiri ketika membaca kisah ini. Hufft.

2. Mungkin Bib Benar
Salah satu kisah bermajas personifikasi di kumcer ini. Saya sudah berhasil menebak di dua halamannya, sih, jadi terkesan agak biasa.

3. Anak Ibu
Ditulis dengan gaya dialog penuh yang lugas antara ibu dan anak. Percakapannya kadang nyelekit dan kena banget. Bisa terjadi pada siapa pun.

4. Potret Keluarga
Bermula dari selembar foto keluarga berisi beberapa anggota keluarga yang diceritakan dengan tambahan emosi di sana-sini. Nuansanya agak mirip "Cinta Laki-laki Biasa"-nya Asma Nadia, tapi saya tetap terhanyut pada kisahnya.

5. Tentang Kita
Ini cerpen favorit saya di buku ini. Saya setuju pada kurator dan editor kumcer ini yang menempatkan kisah ini sebagai judulnya. Sekali lagi, cerpen ini sangat "gue banget" sehingga sangat mudah masuk ke selera saya. Kisah tentang pilihan karier dan keluarga, tentang apa yang seharusnya diprioritaskan dan mana yang bisa ditunda.

6. 24 X 60 X 60
Cerpen ini kembali ditulis dengan gaya dialog penuh ditambah petikan kata hati dari sepasang suami istri dan anak mereka. Sederhana saja inti ceritanya, tentang peran ibu yang tak tegantikan sebaga weker di rumah. Namun, saya tetap tak paham makna judulnya sih (jam kali menit kali detik kali, ya).

7. Si Kecil
Ini salah satu kisah yang diselipi isu sosial, tentang anak jalanan. Tokoh utama adalah sepasang suami istri yang beradu argumen pada seorang anak jalanan.  

8. Perjalanan
Kisah yang ini mengejutkan. Etapi, banyak juga sih cerpen dengan twist keren yang membuat kisah-kisah di kumcer ini dipenuhi unsur kejutan. Namun, yang di sini lumayan bikin, "oh", ketika selesai membacanya. Sesuai dengan judulnya, kisah ini bercerita tentang perjalanan sepasang laki-laki dan perempuan beda usia menggunakan kereta Gambir-Yogya. Dalam percakapan mereka, terkuaklah rahasia yang tertimbun selama bertahun-tahun. 

9. Bayi
Kisah ini ditulis dengan gaya setengah dialog langsung, setengahnya lagi dialog tak langsung. Menarik. Ceritanya sendiri biasa saja buat saya. Tentang sepasang suami-istri yang terganggu suara tangisan bayi.
 
10. Menantu
Lagi, cerpen ini ditulis dengan gaya dialog penuh. Sama-sama luas dan witty seperti cerpen ketiga, Anak Ibu, ceritanya menyoal pilihan menantu sesama atau beda suku bagi sang ibu dan segala konsekuensinya. Beberapa bagian bikin nyengir miris.

11. Taksi
Cerpen favorit saya yang lain. Kayaknya, sekarang setiap naik taksi saya jadi parno sendiri, hahaha, apakah kata-kata si sopir benar atau hanya karangannya saja. Duh.

12. Minggu Dini Hari
Cerpen ini agak spooky. Lumayan bikin keki dan merinding, hahaha. Sialan. Hati-hati buat yang suka pulang pagi, ya.

13. Aku: Laki-Laki
"Mengapa menyatakan cinta harus masuk dalam tugas pria? Mengapa pria yang harus melakukannya? Mengapa seluruh dunia percaya bahwa buat pria ini soal kecil? Tak masalah? Ide siapa itu? Siapa?" Hahaha. Exactly.
 
14. Maaf
Kisah lain yang ditulis dengan gaya spooky. Hubungan terlarang antara manusia dan makhluk dunia lain.
 
15. Cik Giok
Salah satu kisah yang twist-nya kerasa banget. Memang bisa ditebak, tapi saya gagal. Di ujung cerita saya tetap terkejut.

16. Dunia Kami
Salah satu cerpen yang biasa saja buat saya, mana yang paling panjang lagi, hahaha. Sudah sangat sering dibuat. Tema: tawuran anak SMA.
 
17. Pada Suatu Pagi
Kisah penutup kumcer ini lumayan emosional, dan nonjok. Kisahnya tentang orangtua yang sudah kelewat tua. Bagaimana anak merawat dan memperlakukan orangtua di masa senja mereka. Baca ini dan segera peluk orangtua kita, ya. Berjanjilah untuk merawat dan membahagiakan mereka, selama kita bisa. Selama kita punya kesempatan.

Well, seperti judul dari resensi ini, saya cukup terkesan dengan kumcer ini. Typo masih bertebaran di sana-sini, di beberapa cerpen akhir justru banyak typo-nya. Akan mengusahakan untuk membaca karya Reda yang lain. 3,5 out of 5 star untuk Tentang Kita.

Selamat membaca, tweemans.

Wednesday, August 19, 2015

[Waiting on Wednesday] ...Sincerely Yours


"Waiting On" Wednesday is a weekly event, hosted by Breaking the Spine, that spotlights upcoming releases that we're eagerly anticipating.

Sebenarnya saya sudah kepingin mengeposkan novel coming soon-nya Tia Widiana ini untuk meme Waiting on Wednesday Rabu minggu lalu, tapi berhubung di web www.gramediapustakautama.com belum ada data apa pun mengenai novel kedua Juara 1 Lomba Amore GPU ini, saya jadinya mengurungkan niat dan menundanya sampai Rabu ini. Beruntung saya sempat bertanya ke Mbak Hetih plus kepo dikit ke akun Twitter resmi sang pengarang, @tiawidia, hingga saya bisa nemu juga sinopsis dari novel ini. Untuk tanggal resmi rilisnya sih agak blur (Tia bilang tanggal 12 September, Raya Fitrah --editor-- bilang 14 September), tapi apa pun itu, novel ini akan rilis di bulan September, yayyyy... September yang ceriaaa... milik kita... bersamaaa... #eh
Sebagai penulis novel thriller, orang kerap menyangka isi kepala Inge hanya seputar urusan pembunuhan. Terlebih lagi sikapnya yang pendiam dan lebih banyak mengurung diri di kamar. 

Namun, di mata Alan, Inge semanis penulis romance. Inge teman yang menyenangkan dalam segala hal. Alan dengan mudah membayangkan Inge menjadi perempuan yang ingin ia nikahi, bukan Ruby... perempuan yang selama ini berstatus kekasih Alan.

Alan mewakili segala yang Inge inginkan dalam hidup. Kecuali satu hal... Inge tidak ingin mengulangi hal yang membuat hatinya terluka bertahun-tahun. Inge tidak mau membuat Alan meninggalkan Ruby demi bersama dirinya.

Sebagai penulis, Inge selalu tahu bagaimana cerita yang ditulisnya akan berakhir. Tapi untuk kali ini, Inge tidak tahu bagaimana akhir kisahnya dengan Alan....

Nah, itu dia novel Amore bertajuk Sincerely Yours karya Tia Widiana yang siap saya nantikan kelahirannya. Kalau kamu, buku apa yang paling kamu tunggu kehadirannya Rabu ini?

Selamat menunggu, tweemans.    

Tuesday, August 18, 2015

[Review Novel Romance] Memori by Windry Ramadhina


Such a masterpiece...
Cinta itu egois, sayangku. Dia tak akan mau berbagi.

Dan seringnya, cinta bisa berubah jadi sesuatu yang jahat. Menyuruhmu berdusta, berkhianat, melepas hal terbaik dalam hidupmu. Kau tidak tahu sebesar apa taruhan yang sedang kau pasang atas nama cinta. Kau tidak tahu kebahagiaan siapa saja yang sedang berada di ujung tanduk saat ini.

Kau buta dan tuli karena cinta. Kau pikir kau bisa dibuatnya bahagia selamanya. Harusnya kau ingat, tak pernah ada yang abadi di dunia—cinta juga tidak. Sebelum kau berhasil mencegah, semua yang kau miliki terlepas dari genggaman.

Kau pun terpuruk sendiri, menangisi cinta yang akhirnya memutuskan pergi.

Judul: Memori
Pengarang: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Tebal: 312 hlm
Rilis: Mei 2012
Harga: Rp45.000
https://www.goodreads.com/book/show/13632491-memori?ac=1

Sebenarnya saya sudah punya buku fisik dari novel Memori karya Windry ini, tapi yaaa... you know me lah, ya, saya pan penimbun buku sejati. Beli iya, baca entah kapan, hehehe. Berhubung saya biasanya suka cepet dan sempet baca di perjalanan maka pas banget waktu Gagas Media ngerayain ultahnya Juli kemarin, Gagas berbagi kebahagiaan dengan membagi-gratis e-book novel ini di Playstore, dan saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Saya unduh e-book-nya dan berhasil saya rampungkan-baca selama musim libur Lebaran Idul Fitri tahun ini.

Dan, saya suka. SUKA BANGET sama buku ini. Dari beberapa novel karya Windry yang sudah saya baca, Memori adalah favorit saya. Semua-muanya saya suka. Dari mulai karakter para tokohnya (termasuk background masing-masing), konfliknya, setting-nya, sampai dengan pace-nya. Pokoknya, SE-MU-A-NYA. Saya sampai bingung harus menulis apa untuk meresensi novel berlatar dunia arsitektur ini, dunia yang secara nyata juga digeluti oleh pengarangnya. Menyoal dunia arsitektur enggak perlu diragukan lagi, deh, Windry piawai sekali mengemasnya sedemikian rupa untuk menguatkan jalinan konflik yang dirangkainya.

Oke, oke, saya akan bilang beberapa fakor yang bikin saya suka banget sama novel ini, deh, ya. Pertama, saya suka premisnya-konfliknya dan bagaimana konflik tersebut dieksekusi, kuat sekali dengan pesan ilosofis yang begitu dalam. (duh, ngomong apa saya ini?). Kedua, karakternya 'benci'able-yet-lovable banget, bikin gemes-geregetan sepanjang baca, sumpah! Mahoni yang cuek-cuek tapi memendam rasa, Simon yang seenak udelnya tapi bertanggung jawab, Sigi yang terombang-ambing di masa remaja tapi sanggup menjadi dewasa, Sofia yang wanita idaman banget, Ron yang blakblakan khas bule tapi bikin kocak suasana, Mae yang kok-ada-ya-ibu-yang-begitu-banget-sama-anaknya, dan ayah dalam kenangan Mahoni yang begitu pemikir. Ketiga, gaya menulis Windry benar-benar menghanyutkan, setiap kata yang terangkai menjadi kalimat seolah dipikirkan masak-masak dan tak ada yang dibuat tanpa maksud. Keempat, entah disadari atau tidak, romance dan latar belakang profesi arsitek tersaji dengan seimbang, dan saya penyuka yang seperti itu, seperti filosofi lini novel metropop yang selama ini saya gandrungi. Dan... banyak hal-hal bagus yang sulit saya ungkapkan dari buku ini.

Oke, saya cuman bisa bilang begitu. Intinya, saya suka aja. 5 out of 5 star untuk kenangan yang mengharu biru ini. Yang belum baca, ayo baca, yang belum punya, ayo beli/pinjam dulu, hehehe (kalau kemarin ngelewatin rezeki mengunduh gratis e-book ini).

Selamat membaca, tweemans.

Thursday, August 13, 2015

[Review Novel Young Adult] P.S. I Still Love You (To All the Boys I've Loved Before #2) by Jenny Han


Tetapkan hatimu, Lara Jean...

Lara Jean didn’t expect to really fall for Peter.
She and Peter were just pretending. Except suddenly they weren’t. Now Lara Jean is more confused than ever.
When another boy from her past returns to her life, Lara Jean’s feelings for him return too. Can a girl be in love with two boys at once?

In this charming and heartfelt sequel to the New York Times bestseller To All the Boys I've Loved Before, we see first love through the eyes of the unforgettable Lara Jean. Love is never easy, but maybe that’s part of what makes it so amazing.

Judul: P.S. I Still Love You (To All the Boys I've Loved Before #2)
Pengarang: Jenny Han
Penerbit: Simon & Schuster Books
Edisi: ebook (bahasa Inggris)
Tebal: 337 hlm
Rilis: 26 Mei 2015

https://www.goodreads.com/book/show/20698530-p-s-i-still-love-you
Saya suka To All the Boys I've Loved Before karya Jenny Han yang kebetulan saya baca ketika menerima order memeriksa aksara versi terjemahan bahasa Indonesia yang [waktu itu] hendak diterbitkan oleh Penerbit Spring. Manis banget ceritanya, tapi enggak bikin "sakit gigi" juga karena kemanisannya itu [menurut saya, sih]. Unyu-lah kalau kata ABG zaman sekarang. Kamu yang belum baca, silakan deh dicoba baca, ya, sebelum baca sekuelnya ini. Melihat booming dari novel keduanya ini, semoga Penerbit Spring juga berminat menerbitkan kembali versi terjemahannya.

Melanjutkan akhir dari drama Lara Jean di To All the Boys I've Loved Before, di buku keduanya ini Lara Jean akhirnya bersepakat meneruskan hubungannya dengan Peter Kavinsky. Tetap dengan kontrak meskipun kali ini, tanpa bisa dicegah, hati dan rasa Lara Jean juga ikut larut dalam hubungan itu. Mau tak mau sisi romantis seorang gadis dari keluarga Song yang akhirnya jatuh cinta dan punya kekasih membuat Lara Jean berusaha menjadi pacar yang baik untuk Peter. Dan, dia juga berharap Peter juga merasai hal sebaliknya.
“I say, “In the contract we said we wouldn’t break each other’s hearts. What if we do it again?” Fiercely he says, “What if we do? If we’re so guarded, it’s not going to be anything. Let’s do it fucking for real, Lara Jean. Let’s go all in. No more contract. No more safety net. You can break my heart. Do whatever you want with it.” 

Namun, tentu saja, hubungan keduanya tidak berjalan dengan mudah. Ada kasus penyebaran video intim, Genevieve yang masih terkesan nempel pada Peter, kehadiran tak terduga surat balasan sekaligus si cowok pemilik surat--John Ambrose McClaren, sampai dengan permasalahan di keluarga Song sendiri. Di buku kedua ini, Lara Jean juga mulai magang di panti jompo tempat kakaknya, Margot, dulu juga pernah magang, dan dari situ masih ada kaitan pada kisah cintanya karena ternyata salah satu penghuni panti ada hubungannya dengan....[sensor, spoiler, hehehe]
So I take Peter’s hand; I put it on my heart. I tell him, “You have to take good care of this, because it’s yours.”

Saya suka buku ini, karena banyak hal dikisahkan mengalami pengembangan, termasuk (dan yang paling utama) kehidupan keluarga Song sendiri, mulai dari ayah, Margot, dan Kitty. Meskipun demikian, saya kehilangan cerita si tetangga, Josh. Meskipun ada disempil-sempilkan kisahnya, sebenarnya saya berharap Josh bisa jadian sama Lara Jean, walaupun Lara Jean sendiri sudah bilang nggak bakal suka kepada Josh secara Josh itu kan mantan pacar setengah matinya Margot. Tapi, entahlah, saya suka Josh, hahaha.


Kalau membaca novel bahasa Inggris saya memang jarang komplain (iyalah, saya enggak bisa komplain soal typo atau kalimat tak efektifnya), begitupun dengan novel ini. Selain memang gaya bertutur Jenny yang mengalir enak, memang tak ada yang bisa saya komplain. Well, kecuali bagian bikin gemasnya sewaktu Lara Jean senewen dan kepingin putus dari Peter. Huh, pengin menjitak kepalanya, nih. Dan, meskipun kehadiran John Ambrose berhasil memberi warna pada kehidupan Lara Jean, saya kok kurang begitu suka, ya. Mendingan kalaupun berkonflik karena permasalahan "seperti itu" lebih enak sama Josh saja. *teteup*

Overall, saya menikmati merampungkan baca novel ini. 4 out of 5 star untuk lanjutan kisah Lara Jean yang berusaha memahami cinta seorang Peter Kavinsky ini. Well done, Jenny.
When you lose someone and it still hurts, that's when you know the love was real.

Selamat membaca, tweemans.