Showing posts with label Curhat. Show all posts
Showing posts with label Curhat. Show all posts

Monday, March 25, 2019

[Curhat] Kalau lagi bosan baca saya biasanya...


Well, namanya juga manusia. Punya selera, punya momen dilanda kebosanan, punya waktu-waktu tertentu tak bisa hanya melakukan sau hal terus-terusan secara konsisten sepanjang waktu. Oke, katanya sih bisa saja kalau: disiplin dan memang dilatih. Ya tapi, kayaknya sih tetap ada waktunya, kita kepingin cuman bisa duduk selonjoran atau rebahan, tanpa melakukan apa-apa, kan?



Begitupun sama melakukan hobi. Hei, hobi kok bisa bikin bosan? Ya itu tadi, kalau dilakuin sepanjang waktu dengan gaya dan keteraturan monoton, lama-lama ya membosankan juga. Termasuk hobi membaca. Reader's block atau reading slump atau lagi malaaaassszzzzzzzz baca banget, bisa saja kejadian. Nah, kalau lagi bosan baca saya biasanya...

1. Dengerin musik favorit, musik terbaru dari artis favorit, musik terbaru dari negara entah mana, musik terbaru yang lagi nangkring di Billboard top chart atau iTunes top chart, atau musik terbaru yang lagi trending di YouTube.

2. Nontonin video-video di YouTube dari musik-musik di nomor 1. Ini beberapa yang saya suka banget:








3. Nontonin vlog dari Booktuber favorit. Ini beberapa vlog yang barusan saya tontonin:





4. Nontonin film yang ada di YouTube atau di laptop. Terakhir nonton film: The Intern untuk keseratus alinya (lebay), Harry Potter seri mana pun (terutama seri ketiga) untuk kesejuta kalinya (lebay juga), dan The Devil Wears Prada untuk keseratus juta kalinya (tambah lebay).

5. Nontonin serial TV favorit yang sudah dipunya: Younger dari season 1, The Good Fight, The Good Wife, Brothers and Sisters, dan Ugly Betty.

6. Jalan-jalan atau sekadar main sama keluarga.

Jadi, kalau lagi bosan baca kamu biasanya ngapain?

Sunday, January 1, 2017

Selamat Datang 2017


Saya tak lagi ikut-ikutan merayakan (secara harfiah) pergantian tahun. Secara personal, tentu saja, pergantian tahun selalu mengingatkan akan jatah umur di dunia yang semakin menipis. Secara sosial, saya pun enggak dapat undangan merayakan pesta pergantian tahun dari mana pun atau siapa pun. Hahaha. Well, berasa ngarep diundang, padahal sih enggak. Seriusan. I don't like party that much.

Nah, untuk dunia baca-tulis-dan-blog, sepertinya saya pun enggak bakal pasang resolusi serbamuluk. Kapan tahun itu saya pernah mendaftar beragam tantangan baca alias reading challenge tapi dalam perjalanannya tak satu pun tantangan itu bisa saya tuntaskan. Gagal Total. MEMALUKAN! Saya jadi sedih. Dan, kecewa. Dan, terluka. Dan, sengsara. Aihh, mulai lebay. Yah, pokoknya begitulah. Semua berantakan. Enggak ada yang bisa dibanggakan.

Oleh karenanya, tahun ini saya cuman pengin semangat baca naik lagi. Timbunan makin berkurang. Kecepatan membaca sebanding lurus dengan kecepatan membeli/menimbun buku. Apalagi tahun 2016 kemarin status saya sudah berubah lagi. Jika 2015 dari melajang ke menikah masih berkesempatan membaca dalam jumlah yang lumayan, tahun 2016 status dari suami ke hubby, kayaknya bisa baca satu buku sebulan sudah bersyukur banget, ya. Maunya main sama anak mulu sekarang, hehehe.

Tahun ini enggak mau ngerencanain mau ikut tantangan baca apa dan menargetkan bisa membaca berapa. Go with the flow saja. Kalau lagi kepingin ya ikutan, pas malas ya sudah enggak ikut. Namun, biar enggak blank-blank banget, saya tetap mendaftar di beberapa tantangan baca, misalnya:


Terus, saya juga kepingin baca ulang Harry Potter. Enggak ada alasan khusus, pengin baca saja. Semoga dari bulan Januari saya bisa mulai baca buku 1-nya sehingga pas sampai bulan Juli, ketujuh bukunya sudah terbaca semua. Aamiin.

Selebihnya, sesuai situasi dan kondisi mendatang, deh. Yang pasti, saya masih tetap bersemangat untuk aktif di dunia baca-tulis-dan-blog ini. Selamat tahun baruuu, tweemans...

Saturday, June 20, 2015

[Curhat & Giveaway] Pengalaman Menyunting The Chronicles of Audy: 4/4 by Orizuka



Nama Orizuka sudah bolak-balik terdengar di kuping saya sejak awal saya menyukai membaca novel-novel bertema romance dan remaja. Namun, saat itu, saya keburu tertuju hanya pada lini Teenlit dan Metropop pada sebuah penerbit dan Orizuka (setahu saya) belum pernah menerbitkan novel untuk kedua lini tersebut. Namun, secara perlahan saya membeli dan mengumpulkan novel-novel karyanya, meskipun belum dibaca juga.

Pengalaman pertama saya membaca tulisan Orizuka adalah novella berjudul Sunrise bersama novella yang ditulis Christian Simamora berjudul Cinderella Rockefella yang termasuk dalam seri GagasDuet, dalam buku With You. Secara saya menyukai jenis tulisan yang lincah nan menggemaskan, maka waktu itu pesona tulisan Orizuka saya rasakan tertutupi pesona tulisan Christian yang lincah dan witty. Jadilah saya kurang bersemangat (lagi) untuk memulai membaca karya-karya Orizuka. Hingga, mau tak mau, saya membaca salah satu karyanya.

Lebih tepatnya lagi "calon" karya terbarunya di tahun 2013 ketika saya menerima tawaran menjadi pemeriksa aksara (proofreader) novel The Chronicles of Audy: 4R terbitan Penerbit Haru. Dan, pengalaman memeriksa aksara untuk novel itu menjadi pengalaman paling mengesankan sebagai seorang proofreader, sejauh ini. Biasanya, saya akan melakukan minimal dua kali pengecekan naskah. Dan, biasanya juga saya butuh minimal sehari-dua hari untuk pengecekan pertama. Sedangkan ketika mengecek pada kesempatan pertama untuk naskah Audy ini, saya hanya membutuhkan waktu tak kurang dari 3 jam. Yap, TIGA jam! Selain karena gaya penulisan dan hasil suntingan yang sangat rapi, cerita Audy-nya sendiri membius saya sejak lembar halaman pertama. Bayangan muram Sunrise tak membekas sama sekali. Di Audy buku #1 itu, saya menemukan Orizuka yang berbeda. Orizuka yang lincah, manis, sekaligus trengginas.

foto dari http://orizuka.tumblr.com/
Maka, sejak saat itu saya menunggu tawaran untuk ikut menangani naskah-naskah Orizuka lagi. Sayangnya, dikarenakan satu dan lain hal, saya harus menolak tawaran memeriksa aksara untuk buku kedua Audy bertajuk The Chronicles of Audy: 21. Bersyukur, saya kembali ditawari Penerbit Haru untuk membantu menangani kisah Audy buku ketiga (buku terakhir? tanya Orizuka langsung, yaaa...hehehe) bertajuk The Chronicles of Audy: 4/4. Dikarenakan posisi penyunting langganan untuk Audy sedang berhalangan, Penerbit Haru justru menawari saya untuk menyunting naskah ini. Saya yang biasanya berperan sebagai pemeriksa aksara sekaligus penyumbang saran hasil suntingan, langsung shock. Saya speechless. Bukan apa-apa. Naskah ini sudah ditunggu oleh banyak pembaca di luar sana, dengan ekspektasi yang luar biasa tinggi. Saya hanya merasa tidak berkompeten menyunting naskah ini. Tapi, karena Penerbit Haru memberikan suntikan keyakinan, pada akhirnya saya memantapkan diri untuk menerima tawaran ini.

Tawaran yang kemudian antara saya syukuri dan saya sesali. Eh, maksudnya? Ehmm, untuk orang seperti saya yang bermimpi bekerja di dunia perbukuan, tawaran untuk menyunting atau mengedit naskah merupakan mimpi yang menjadi kenyataan. Menurut saya, editor menjadi orang kedua yang bertanggung jawab penuh atas bagus-jeleknya sebuah naskah. Syukur saya panjatkan karena diberi kesempatan menyunting salah satu naskah dari seorang penulis produktif Indonesia yang novel-novelnya selalu ditunggu para penggemarnya. Namun, terselip juga sesal karena senyatanya saya memang merasa kurang bisa memberikan sentuhan pada naskah ini. Bukan karena naskah ini buruk, tapi justru sebaliknya, naskah ini begitu rapi dengan alur dan adegan yang menurut saya sudah pas. Saya sampai "bersemedi" sementara waktu untuk memutar otak, mencari ide bagaimana menambahkan bumbu-bumbu penyedap untuk membuat naskah ini kian lengkap. Dan, saya tetap mati kutu. Sebagai pribadi dan editor, saya sangat puas dengan naskah ini dan pada akhirnya hanya menyentuh bagian-bagian yang menurut saya perlu disentuh.


Dan... editor kan juga manusia, ya? Penyunting juga pembaca yang bisa ikut larut selama proses penyuntingan. Buat yang sudah baca novel ini, tentu bisa paham, ya, bahwa ada beberapa bagian yang jika dinikmati benar-benar bisa bikin air mata turun dengan sendirinya.


Saya tak bisa memungkiri bahwa ada masanya saya mesti menyambar selembar tisu di nakas dan mengelap mata yang mendadak basah. Tapi, ada masanya juga saya terbahak tanpa bisa dicegah ataupun nyengir keki ketika mendapati adegan romantis yang... khas Audy sekali. Ini contohnya:


Lihat saja, tak banyak catatan yang bisa saya berikan. Di bagian ini saya benar-benar dibuat terkikik-kikik tak keruan. Mana saya kan juga penggemar Cinta dan Rangga dalam film "Ada Apa Dengan Cinta" yang melegenda itu. 

Tentu saja, saya berusaha semampunya untuk --lagi-lagi-- mencoba memenuhi ekspektasi readerizuka yang sudah menantikan novel ini. Jikalau masih ada lubang di sana-sini yang membuat pembaca gagal mendapati apa yang diharapkannya, saya bersedia ikut disalahkan. Toh, sebagai seorang penyunting sudah seyogianya saya mampu memberikan saran-saran perbaikan yang lebih banyak lagi pada naskah ini.


Namun demikian, saya tetap menyatakan bahwa The Chronicles of Audy: 4/4 yang sudah bertransformasi menjadi novel fisik yang mulai beredar bulan Juni 2015 ini adalah karya bagus lainnya dari Orizuka. Terkhusus untuk pembaca setia kronik Audy, tentu saja sangat sayang sekali jika melewatkan novel ini begitu saja. Bacalah, bacalah, dan bacalah. Ada banyak perspektif baru dari masing-masing tokoh di novel ini yang bisa kita jadikan contoh dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Selamat membaca, tweemans.


Okeh, itu tadi sesi curhat saya yang ketiban durian runtuh ditawari menjadi penyunting buku ketiga serial Audy karya Orizuka. Nah, sekarang saatnya giveaway. Ada satu eksemplar novel The Chronicles of Audy: 4/4 buat tweemans yang beruntung. Cara ikutan giveaway-nya gampang, kok. Cukup jawab pertanyaan di bawah ini, langsung di kolom komentar disertai akun Twitter (jika ada) dan alamat Email yang bisa dihubungi untuk konfirmasi hadiah.


Jawaban kamu ditunggu paling lambat hari Sabtu, 27 Juni 2015, pukul 23.59 WIB. Satu orang tweeman yang beruntung akan mendapat satu eksemplar novel The Chronicles of Audy: 4/4 karya Orizuka hasil suntingan saya ini. Ditunggu, ya.

Friday, October 10, 2014

[Curhat] Hari gini pake uang receh? Meh!


Ehmm, enggak terasa sudah hampir... 8 tahun saya tinggal di Jakarta (plus dua tahun di Bintaro, anggep aja masuk Jakarta, ya, soale mainnya juga ke Blok M, kalau lagi suntuk). Meski tak mengenal Jakarta sedemikian dekat, saya tetap merasa sudah lumayan betah tinggal di sini. Well, dengan ratusan mal, ratusan toko buku yang tersebar di seantero kota, dan bejibun acara obralan buku yang sering diadakan, saya pasti enggak bosan, hehehe. Namun, tetap saja, saya pun tetap menyiapkan diri untuk berpisah dengan kota ini. Naga-naganya, enggak lama lagi mungkin saya akan dimutasikan kerjanya. #ngarep. Aamiin.

Balik lagi, ngomongin soal Jakarta, yang tentu ada hubungannya sama buku, saya ingin ngebahas soal kartu ajaib. Bukan credit card, kayak si Becky Bloomwood ini:


...bukan banget, tapi kartu ajaib ini:


Hahaha, enggak semua dibahas, sih, apalagi yang pojok kiri atas, yang warna putih itu. Sengaja ikutan difoto biar pas gitu frame-nya, ya, hehehe. Yang pojok kanan atas, itu baru dibikin karena lagi ada promo diskon 25% ALL BOOKS untuk seluruh tenant Books & Beyond sampai dengan tanggal 12 Oktober 2014 ini, lalu saya enggak bisa nahan diri, lalu daftarlah saya jadi member, lalu saya dapet tambahan bonus boneka lucu-imut-bin-unyu yang karena saya enggak maenan boneka saya tolak hadiah bonekanya, lalu saya dapet tambahan dua voucher diskon 20% sebagai first appreciation dan 20% pas nanti beli di tanggal lahir, lalu saya pun enggak sabar belanja, lalu inilah hasil belanjaan saya....(plus kemaren nambah lagi Will Grayson Will Grayson juga dibeli, duh!)


Balik ke gambar kartu-kartu ajaib, di pojok kanan bawah ada kartu member Periplus. Kalau itu sih karena sering belanja di Periplus (yang harganya ternyata paling murah di antara toko buku impor di sini, baru tau dari infonya Ayu) plus kadang berburu obralannya Periplus, plus kadang belanja online juga di web www.periplus.com, plus kadang suka iseng belanja impulsif kalau lagi punya duit, terus ditawarin jadi member dengan iming-iming ngumpulin poin yang nanti bisa dituker ama hadiah tertentu... yah, meskipun sampai sekarang saya belum pernah nukerin apa pun.

Nah, yang beneran mau dibahas kali ini adalah kartu warna merah (itu merah kan, ya?) yang namanya Kompas Gramedia Value Card keluaran dari grup Kompas-Gramedia, tentu saja. Kenapa kartu ini saya anggap ajaib? Karena untuk saya --dan kalian yang tinggal di kota besar, misalnya Jakarta-- KGVC yang berafiliasi dengan produk Flazz-nya BCA ini bisa dipakai buat bayar di banyak merchant. Enggak hanya belanja di toko buku Gramedia (keuntungannya bakal dapat diskon 10% sepanjang tahun sepanjang usia dan semoga sepanjang masa), tapi juga bisa dipakai untuk membayar tagihan di beberapa tempat, misal: tol, tiket TransJakarta, tiket Commuter Line, belanja di mini-or-supermarket yang ada alat gesek kartu Flazz-nya, dan lain sebagainya. Ini dia beberapa penawaran lainnya dari kepemilikan KGVC:

*perhatikan syarat dan ketentuannya, ya.

Itulah kenapa saya nyebut kartu ini ajaib. Pembayaran yang biasanya saya lakukan secara tunai dengan uang fisik sekarang bisa digantikan dengan sehelai kartu  saja. Tinggal tap dan beres. Gampang, kan? Well, ini bukan promosi, ya. Ini hanya sekadar berbagi informasi. Siapa tahu ada yang belum tahu.

Untuk prosedur pendaftaran menjadi member KGVC boleh cek di sini:


Catatan:
Seperti halnya kartu Flazz murninya BCA, KGVC ini juga sepertinya hanya bisa diisi maksimal sejuta saja.

Thursday, October 2, 2014

[Suka Nggak Suka] Tema Perjodohan


Semakin kita banyak membaca semakin kita banyak tahu apa yang kita suka

Saya bukan psikolog atau punya kemampuan di bidang analisis sifat, namun saya beranikan diri bilang bahwa sebagai makhluk hidup yang punya rasa pada akhirnya kita selalu bisa memutuskan mana yang kita suka mana yang enggak kita suka. Banyak alasan, tentu saja, untuk bisa bilang begitu, bahkan alasan tak empiris sekalipun, karena memang enggak suka. Kayak orang jatuh cinta, ada yang bilang, "Untuk mencintaimu, tak perlu ada alasan." #tsah

Kali ini, di edisi perdana Suka Nggak Suka, saya ingin membahas tentang tema cerita yang enggak saya suka yaitu tentang PERJODOHAN. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi daring (dalam jaringan - online) yang dimaksud dengan perjodohan adalah:

Ketidaksukaan saya pada tema perjodohan ini tentu datang dari semakin banyaknya buku (terutama romance) yang saya baca yang beberapa di antaranya bertema 'perjodohan' atau mengambil latar belakang tema itu. Jadilah saya mulai jenuh dengan tema itu. Well, tentu saja, kejenuhan yang berujung ketidaksukaan saya akan tema ini mestilah memiliki alasan, meskipun alasan saya sebenarnya hanya satu:
Tema Perjodohan = Jalan pintas mengatasi kebuntuan ide.

Lalu saya tambahkan: Tema ini menjadi salah satu tema paling sering di-recycle. Kayaknya kalau sudah mentok ide bagaimana mempertemukan dua karakter utamanya, sekonyong-konyong dipaksakanlah mereka bertemu dalam bingkai PER-JO-DO-HAN. Beres, tinggal bikin adegan anjing dan kucing sedikit, terus pakai prinsip cinta-karena-terbiasa hingga keduanya saling merasai gelenyar hasrat terus jatuh-cinta-setengah-mati-sampai-dunia-memisahkan-mereka-berdua. Fin. End of story.

Kalau sudah demikian, kemungkinan-kemungkinan lain dalam lingkup yang sempit akan mudah ditebak, disesuaikan dengan apa yang diputuskan oleh si tokoh. Misalnya, jika kedua tokohnya kompak menolak maka akan dibuatkan adegan keduanya mencari-cari cara agar calon pasangan mereka ilfil (ilang feeling = hilang feeling = hilang rasa), menjadi brutal, saling menyakiti, dan lain-lain. Jika si pengarang menakdirkan keduanya jatuh cinta di ujung cerita, maka ada adegan puncak kedua tokoh saling introspeksi dan menyadari bahwa calon pasangan yang dipilihkan untuk mereka ternyata tak seburuk yang disangka. Tamat!

Pada intinya, sih, terkadang saya asumsikan tema perjodohan sebagai jalan termudah bagi pengarang yang kesulitan mencari cara lain untuk menyandingkan kedua tokohnya (biar tampak natural) dan juga memudahkannya untuk merancang adegan demi adegan lainnya. Dengan kata lain, tema ini menunjukkan 'kemalasan' dari pengarang untuk menghadirkan kemungkinan mempersatukan tokoh utamanya.

Namun demikian, saya tak lantas antipati atau skeptis pada setiap novel yang mengangkat tema perjodohan. Banyak juga, kok, novel bertema perjodohan yang menarik hati. Atau, jika perjodohannya bukan menjadi podasi utama terbangunnya konflik, saya yakin bisa menikmatinya. Hanya saja, jika memang bisa menghindarkan diri untuk tidak membaca buku bertema ini, saya pasti akan melakukannya. 

Beberapa buku lokal (Indonesia) yang bertema perjodohan bisa dilihat dari listopia goodreads.com berikut (meskipun daftarnya tak akurat dan hanya berisi sedikit pilihan bukunya):


Di luar buku-buku itu, tentu masih banyak buku bertema perjodohan, mulai dari yang klasik semacam Siti Nurbaya sampai dengan Black Confetti karya Assrianti. Selain itu, juga ada buku-buku bertema pengaturan pernikahan (arranged marriage) karya penulis asing.

Sekali lagi, ini hanyalah persepsi pribadi. Mungkin salah di sayanya juga, yang terkadang secara membabi buta membaca buku apa saja dengan tema seragam. Bahkan pernah dalam satu waktu pembacaan, saya merampungkan tiga atau empat buku bertema sama yang akhirnya membuat saya uring-uringan sendiri. Hal ini mungkin berlaku juga pada tema perjodohan ini. Kali ini saya masih telanjur muak dengan seringnya tema ini didaur ulang. Maka, memang lebih baik jika saya agak menjauh terlebih dahulu dari buku-buku seperti ini. 

Wednesday, December 25, 2013

Bersiap Menyambut 2014 yang SEKSI....:)


Salah satu kabar menyenangkan yang saya dengar di pengujung tahun 2013, dan untuk menyambut tahun 2014, adalah rencana peluncuran beberapa lini baru dan projek-projek seru dari Gagas Media. Well, fokus saya tetap Novel Metropop (dan Amore), namun hati saya pun siap untuk terbagi pada novel-novel romance lain yang bakal hadir.



Salah duanya adalah novel yang akan terbit dari lini Relationship Romance (RR) dan BOSS yang dicetuskan oleh Gagas Media, yang direncanakan sudah bisa mewarnai dunia perbukuan tanah air di tahun 2014 mendatang. Apakah itu RR dan BOSS? Saya beruntung bisa mengikuti workshop tentang kedua lini baru tersebut (plus lini baru yang disebut Indonesiana) bareng Christian Simamora dan Jia Effendie pada gelaran Kumpul Penulis dan Pembaca 2013 yang diselenggarakan bersama oleh Gagas Media, Bukune, dan Panda Media, pada hari Minggu, 22 Desember 2013 kemarin.

Apa sebenarnya RR dan BOSS ini? Untuk info lengkapnya silakan kunjungi dua tautan dari facebook resmi Gagas Media berikut ini ya:
1. Relationship Romance
2. BOSS

Untuk gambaran singkat, berikut saya kutip beberapa penjelasannya.
Relationship Romance
  1. Relationship Romance ini memotret naik-turun kehidupan pasangan. Bisa jadi merupakan pasangan yang sedang berpacaran, sudah bertunangan, atau sudah menikah. Subgenre ini akan fokus pada pasangan dan bagaimana mereka menyelesaikan masalah mereka.
  2. Target pembaca: 20-35 tahun, perempuan. 
  3. Ambience ceritanya bisa berupa drama maupun romantic comedy.
  4. Meskipun nggak berusaha membatasi tema novel, redaksi nggak menyarankan tema perselingkuhan. Sudah terlalu sering ah dibahas di novel seperti ini. Kami mengharapkan penulis bisa menghadirkan tema-tema yang lebih beragam dan segar selain itu.  


BOSS
BOSS adalah lini dengan tema besar relationship dengan laki-laki dominan dan kaya. BOSS merupakan pengembangan dari lini mainstream romance.
  1. Ciptakan karakter alpha male sesuai dengn kriteria yang sudah dijelaskan oleh Redaksi (silakan kunjungi tautan yang saya berikan di awal).
  2. Target pembaca: 20-35 tahun, perempuan.
  3. Tema cerita boleh apa saja. Mulai dari office romance (menjalin hubungan dengan bos di  kantor), perjodohan, kisah cinta berlatar luar negeri, etc. Sesuai imajinasi kamu saja.
  4. BOSS masuk dalam kategori sexy romance yang *uhuk-uhuk* jadi mohon sesuaikan dengan kondisi lokal (Indonesia) yaa...

Beberapa hasil foto materi workshop saya unggah di facebook Pembaca Novel Metropop.

Jadi, buat kamu yang punya minat dan ketertarikan untuk menulis novel romance yang sesuai dengan lini atau subgenre ini, segera selesaikan naskahmu, dan kirimkan ke Gagas Media.

Wednesday, December 11, 2013

[Curhat] Akhirnyaaaaa.... Novel Romance berjaya di Anugerah Pembaca Indonesia 2013


Tanpa sadar, saya masuk demikian dalam pada genre buku fiksi yang satu ini. Romance. Yakin atau tak yakin, sepertinya saya memang ditakdirkan untuk menyukai novel jenis (mostly) cinta-cintaan ini. Maka, pada setiap penyelenggaraan anugerah karya sastra (buku) saya sering berdoa semoga ada buku-buku romance yang masuk nominasi, apalagi memenanginya. Meskipun, yaaa...entahlah, apa sebab, dengan pasti novel-novel romance jarang memenangi penghargaan, khususnya di Indonesia.


Pengetahuan saya tentang pemberian penghargaan di bidang literasi di Indonesia memang sangat minim, kalau tidak mau dibilang nggak tahu sama sekali. Palingan yang saya tahu dan dengar yaa... Khatulistiwa Literary Award, selebihnya saya tidak tahu. Sedangkan, kalau di luar negeri sana, pemberian penghargaan demikian banyak, baik ragam penghargaan maupun penyelenggaranya. Maka tak heran jika ada saja novel bergenre romance juga bisa memenangi penghargaan di sana, karena memang ada penghargaan yang memberikan apresiasi pada novel-novel romance.

Kembali ke Indonesia, saya sangat bersyukur ada Anugerah Pembaca Indonesia yang digagas dan diselenggarakan oleh komunitas pembaca aktif, Goodreads Indonesia. Meskipun banyak yang mencibir bahwa penghargaan ini tak jauh beda dengan kompetisi 'idol-idol'an di televisi, saya dengan antusias mensyukuri adanya penyelenggaraan kegiata ini. Mengapa? Karena dengan adanya penghargaan ini, saya sebagai penyuka genre romance setidaknya punya harapan bahwa kelak ada masanya novel romance bisa memenangi sebuah penghargaan. Tak melulu novel-novel berat yang bikin kening berdraperi ketika membacanya dan kebingungan setelah merampungkannya yang diunggulkan mendapatkan penghargaan. Namun, novel-novel romance best-seller juga bisa dianugerahi penghargaan.

Dengan sistem voting yang diterapkan dalam penyelenggaraan Anugerah Pembaca Indonesia (API), sangat dimungkinkan sebuah novel romance best-seller mampu memuncaki daftar pilihan karena tentu saja jumlah pembaca novel itu mungkin sudah ribuan orang. Dan, kalau saja mereka mau bergabung dan memberikan voting, tentu saja itu akan menjadikan novel tersebut melesat ke posisi pilihan nomor satu.

Tahun ini, doa-doa saya terkabul. Novel bergenre romance bertajuk Restart karya Nina Ardianti berhasil menggondol gelar Buku Fiksi Terfavorit API 2013, menyingkirkan empat kandidat lainnya ---yang kebanyakan bergenre romance juga, kecuali Pulang-nya Leila S. Chudori. Terlepas dari kondisi apa pun, harus diakui bahwa Restart memiliki faktor X yang mampu memikat voters untuk memberikan suaranya ketika memilih. Tentu saja, kritikus sastra dapat membeberkan tinjauannya atas novel ke-6 karya penulis Simple Lie ini. Tapi, pembaca sudah menentukan sikap. Tahun 2013 ini, Restart terpilih sebagai yang paling disukai pembaca Indonesia (yang berkesempatan mengikuti voting).

Sekali lagi selamat untuk Mbak Nina Ardianti (dan tim Gagas Media). Dengan kemenangan ini, saya brharap di kemudian hari akan lahir buku-buku bergenre romance yang layak dianugerahi penghargaan. Aamin.

Tuesday, October 15, 2013

Minggu yang padat...


Rasanya saya ingin punya waktu khusus leyeh-leyeh untuk tak memikirkan apa pun selama beberapa hari. Rencana itu ingin saya wujudkan long weekend ini (12-15 Oktober 2013), namun apa mau dikata beberapa tunggakan pekerjaan yang sudah saya sanggupi untuk dikerjakan tak mungkin saya abaikan begitu saja. Maka, saya mengusahakan untuk mencicil mengerjakannya. Harus bisa.

Anyway, beberapa hal yang berhubungan dengan buku tetap saya lakukan juga. Membaca (belum meresensi tapinya), berbelanja buku (obralan, tentu saja), sampai dengan iseng-iseng menanggapi permintaan salah satu tweeman @fiksimetropop untuk membuat group pencinta novel metropop di WhatsApp. Berikut beberapa hal yang masih akan saya kerjakan beberapa waktu ke depan:

1.  Memulai proses penjurian Lomba Menulis Cerita Pendek Pop Urban bertema "Love in the City: Pilih Karier atau Jodoh?" Bekerja sama dengan @NBC_IPB ini adalah pengalaman pertama saya menyelenggarakan lomba penulisan dengan level yang lebih serius dibanding lomba menulis dalam rangka event #terHARU bulan Juli 2013 lalu. Maksudnya, hasil dari lomba ini akan kami usahakan untuk diterbitkan dalam skala nasional. Semoga semua rencana dimudahkanNya dan tak lama lagi buku kumpulan cerpen perdana Pop Urban bisa segera dirilis. Aamin.



2. Pada saat yang (hampir) bersamaan saya juga bekerja sama dengan @WordsofPoetica menyelenggarakan giveaway yang berhubungan erat dengan salah satu sastrawan legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, melalui #IWritetoInspire, saat ini juga sedang dalam masa penilaian. Exciting!

3. Group pencinta metropop di WhatsApp. Adalah @qiserra yang menanyakan apakah ada group penyuka novel-novel metropop di WA, dan saya bilang belum ada. Ia mengusulkan agar saya membuatnya. Hmm, okelah, saya tawarkan ke beberapa tweemans, dan beberapa menyambutnya dengan baik. Memang sih group-nya sendiri traffic-nya naik turun, kadang ramai-kadang sepi. Pun banyak yang gabung lalu keluar juga dengan beragam alasan. Buat saya sih tak masalah, namanya juga group untuk having fun saja. Mendekatkan para pencinta novel metropop. Cute!

4. Belanja buku (lagi, lagi, dan lagi). Saya nggak ngerti bagaimana menghentikan kegilaan belanja buku ini. Saya tak habis pikir. Desiran di dada selalu menggebu ketika teman-teman mengabarkan ada event obralan atau diskonan buku di sana-sini. Bahkan, sampai ke Carrefour Harapan Indah, Bekasi, pun saya datangi demi melihat sendiri bagaimana rupa pesta diskonan itu. Fiuhhh. GOD, help me! Beberapa minggu ini saya sudah mendatangi Shocking Sale Gramedia Matraman (3x), Buku Murah Plaza Semanggi Lt. 3A (2x), Jakarta Book Fair (2x), Kinokuniyo Clearance Sale di fX Sudirman Jakarta (1x), dan Carrefour Harapan Indah (1x).

5. #BacaBarengMinjul. Nah, kalau ini adalah proyek terbaru saya. Awalnya saya ingin merealisasikan program #MinjemBukuMinjul tapi saya masih belum menemukan mekanisme peminjaman yang paling pas (enak dan nyaman, untuk saya dan peminjam). Khusus untuk #BacaBarengMinjul ini sebenarnya juga bertujuan untuk membantu memberikan motivasi membaca bagi saya pribadi demi menghabiskan timbunan buku di kosan. Info selengkapnya soal proyek ini akan saya posting tersendiri ketika saya luncurkan perdana minggu depan.

Nah, segitu saja beberapa hal yang perlu saya kabarkan. Semoga nanti saya juga bisa memberikan kabar soal resensi novel-noel yang sudah saya baca. Beberapa saya niatkan segera sih, antara lain: Early (Syafrina Siregar), Paris (Prisca Primasari), dan London (Windry Ramadhina). Semangat membaca, tweemans.

Sunday, June 23, 2013

[Buku diFilmkan] Nonton Bareng Film Refrain


Saya sedang bahagia. Tak pernah terpikirkan oleh saya bahwa saya akan mendapat kesempatan langka bergabung dengan beberapa penulis top Gagas Media dan tentu saja Winna Efendi dalam acara Nonton Bareng Film Refrain yang diadakan Gagas Media, Minggu, 23 Juni 2013, pukul 14.30 WIB, di Pejaten Village. Awalnya saya sekadar mencandai @Winnaddict (penggemar karya-karya Winna di twitter) dengan bertanya 'bisa-nggak-ya-saya-ikutan-nonbar-tanpa-ikutan-kuis'. Hehehe, namanya #nyamber di status @Winnaddict ya saya tak meniatkan yang lain, apa lagi jika berkesan merengek minta-minta. Tidak. Tapi, kemudian tak dinyana Winna malah menawarkan satu tiket untuk ikutan nonton bareng Film Refrain itu kepada saya. Wahhhh, girang bukan kepalang donk saya.


Ahhh, saya sudah menggemari tulisan-tulisan Winna sejak membaca Ai dan Refrain. Jadi, sebenarnya saya sudah meniatkan akan menonton film ini jauh-jauh hari bahkan sebelum ada kepastian tanggal pemutaran filmnya (baru ketahuan sebagai proyek filmisasi). Saya pun tidak mengikuti kuis nonton barengnya karena saya pikir nonton barengnya ya sekadar nonton saja, tidak ada acara after the show. Ternyata ada Meet and Greet bareng Winna Efendi dan Haqi Achmad selepas acara nonton. Saya jadi mupeng. Tapi, tetap saya tak ikutan kuis, karena saya sendiri pesimis bisa menang di kuis-kuis seperti itu, hehehe. Namun, ya seperti kata almarhumah Ibu saya, kalau rezeki ya ndak ke mana dan ya ndak usah ditolak. Saya pun menerima dengan sepenuh hati tawaran Winna. Alhamdulillah, akhirnya dikirimin juga undangannya oleh Tim Gagas Media.




Kamu sudah nonton? Kalau belum, yukk nonton. Saya selalu suka menonton film adaptasi dari buku. Apalagi kalau itu dari buku yang saya gemari. Semangat menontonnya itu bisa beberapa kali lipat labih banyak dari film biasa-non-adaptasi.

Sekali lagi, terima kasih yang tiada terkira saya sampaikan kepada Winna Efendi dan Gagas Media yang sudah memberikan kesempatan untuk ikutan di acara nonton bareng Film Refrain besok (eh, hari ini yaaa....sekarang kan udah hari Minggu).

Selamat menonton!