Wednesday, July 25, 2012

[Resensi Novel Amore] Jejak Kenangan by Rina Suryakusuma


Tak baik menyimpan bara masa lalu yang bisa membakar masa depanmu...


Judul: Jejak Kenangan
Pengarang: Rina Suryakusuma
Editor: Novera Kresnawati
Co-editor: Irna Permanasari
Sampul: Marcel AW
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 264 hlm
Harga:
Rilis: Juni 2011
ISBN: 978-979-22-6915-4

Nadia Valencia Wibrata. Nama itu akan dikenang Allysa "Ally" Gumulya seumur hidupnya. Karena pemilik nama itu dengan tega membiarkannya merana sewaktu SMA dan bahkan menyebabkan sang mama meninggal dunia. Ally bersumpah, di suatu waktu kelak ia akan menuntut balas padanya. Ally yakin dengan sumpahnya.

Tahun berselang, Ally yang sebatang kara telah mencapai segalanya. Karier yang moncer, sahabat dekat yang begitu perhatian, tempat kerja yang menyenangkan, namun ia masih belum bahagia. Selain karena kisah cintanya yang kandas, ia juga belum berkesempatan menuntaskan dendamnya. Lalu, ketika kesempatan itu datang melalui seorang laki-laki tampan yang menggetarkan hati Ally sejak mula bersua, Ivan Adidjaja, akankah Ally benar-benar hendak melampiaskan dendamnya yang membara? Sanggupkah ia menerima segala konsekuensi yang terburuk sekalipun, semisal dipecat dari pekerjaan impian dan melepas lelaki yang disayanginya?

Simak perjuangan Ally dalam menyusuri jalan hidupnya yang menyimpan duri masa lalu yang hendak dicerabutnya dalam novel Amore bertajuk Jejak Kenangan karya Rina Suryakusuma ini.


Sebelumnya terima kasih kepada mbak Rina Suryakusuma yang telah mengirimkan novel Jejak Kenangan ini kepada saya.

Dalam catatan saya, novel ini merupakan novel keempat dari mbak Rina yang tergabung dalam label Novel Amore terbitan Gramedia sehingga pakem-pakem Amore sebagaimana pernah disebutkan mbak Rina dalam perbincangan kita beberapa waktu lalu sangat terasa juga di novel ini. Termasuk ciri khas dari seorang mbak Rina yaitu dari diksi, gaya menulis, dan tentu saja selipan pesan serta twist yang selalu ada.

Novel ini mengangkat permasalahan tentang dendam masa lalu dan perjuangan untuk menguburnya dalam-dalam agar tak menggerogoti masa depan. Adalah Allysa Gumulya yang sudah harus berjuang seorang diri karena sang mama yang lebih dulu kembali ke sisi Tuhan dan ayah yang tak pernah diketahuinya, terpaksa menyebut sumpah dendam ketika dengan hati tercabik ia meminta bantuan Nadia tapi bukan bantuan yang diterima Ally, gadis itu malah menghinanya.

Lantas setelah dendam terbalaskan, apakah kebahagiaan kemudian datang menghampiri kita?
Kenapa kamu membiarkan masa lalu mengoyak masa depanmu? (216) Tutuplah pintu masa lalu, apalagi yang membuat hatimu tercabik dan berdosa. (220)
Begitulah nasihat Bu Fara, atasan Ally, ketika Ally tetap berhasrat mewujudkan sumpah dendamnya meskipun kenyamanan hidupnya saat ini sebagai taruhannya.

Saya suka dengan benang merah novel ini. Saya yakin, masing-masing dari kita pernah menyimpan setitik benih 'dendam' atas hal tak nyaman yang mungkin terjadi di masa lalu. Menyesakkan, memang, tapi saya setuju pada Dianna, sahabat Ally dalam buku ini:

"Nggak semua orang yang pernah berbuat salah nggak tahu kata menyesal."
Sesakit apa pun hati, kita tetap harus belajar memberikan maaf. (163)
Jujur, pada bagian ini saya ingat mantan. #eh.curcol. Bukan, bukan teringat si dia dalam nuansa romansa. Saya hanya...#makjleb, sampai detik ini saya masih menolak berhubungan kembali dengannya dalam bentuk apa pun. Pertemanan, tentu saja, karena ia pun sudah berumah tangga. Saya harus belajar memberikan maaf (dan juga meminta maaf). Terima kasih, Ally. Terima kasih, mbak Rina.


www.sidomi.com

Hal personal lain yang saya dapatkan adalah etos kerja Ally yang luar biasa. Saya jadi malu jika mengingat keseharian saya yang seringnya 'gondok' jika bos meminta saya menambah jam kerja (alias lembur) untuk menyelesaikan pekerjaan. Huhuhu. Semoga seusai ini saya bisa meniru semangat Ally karena sejatinya saya juga sangat menyukai pekerjaan saya. #ameen.

Selain temanya yang menarik, eksekusi novel ini juga menawan, meskipun saya kurang puas dengan pilihan endingnya. Jujur, saya menunggu twist yang mengejutkan sebagaimana tersaji dalam Lullaby. Sayangnya, saya kurang merasa "terperangah" dengan twist-nya. Entah saya yang kurang peka atau bagaimana, hehehe...

Salah satu hal yang juga saya sukai dari gaya menulis mbak Rina adalah banyaknya kata-kata keren yang dapat ditandai sebagai quotes yang menginspirasi:

Mana ada rasa rindu dan kehilangan yang yang bisa kedaluwarsa. (62)


Inikah yang disebut chemistry? Hal yang indah, yang hanya bisa dirasakan hati, namun tidak bisa disentuh tangan. Hal yang kata orang tidak akan mungkin bisa dijelaskan logika sehebat apa pun. (65)


Hari yang diawali dengan ketergesaan dan emosi negatif, ujung-ujungnya tidak bagus. (138)


Membenarkan sesuatu yang telah terkoyak selalu lebih sulit daripada memulai yang baru. (161)


Kejujuran adalah harga yang layak untuk memulai (suatu) hubungan. (193)
Oiya, masih ada typo dalam buku ini, berikut beberapa di antaranya:
(hlm. 13) menggangguk = mengangguk
(hlm. 25) kharisma (hlm. 28) karisma = inkonsistensi
(hlm. 32) mempromoskan = mempromosikan
(hlm. 36) Up Town Woman (hlm. 134) Up-town Woman = inkonsistensi
(hlm. 37) pecinta alkhohol = pencinta alkohol
(hlm. 114) Wibarata = Wibrata
(hlm. 172) melap = mengelap
(hlm. 204) bawha = bahwa
(hlm. 221) ke luar dari ruang = keluar
(hlm. 228) Sangan = Sangat
Selain typo tersebut, ada beberapa hal yang agak mengganggu saya. Entah saya yang tulalit, atau memang ada yang terlewat ketika diedit. Hal-hal itu adalah:

1. Sampai dengan halaman 106, Ally tak pernah tahu siapa nama perempuan dari sepasang tunangan yang kartu pernikahannya sedang ditanganinya. Nah, setahu saya (yang pernah menemani teman memesan kartu undangan, di percetakan biasa sih) pembuat kartu pernikahan pasti sudah langsung menanyakan nama kedua pasangan untuk dicantumkan di kartu, kan? Ataukah pada tugas Ally ini masih dalam tahap desain kasar yang belum diberikan tulisan macam-macam?

2. Di halaman 168, Ally-Ivan berjanji-temu makan malam di Praline Wine and Dine, tapi di halaman 171, Ivan duduk menunggu di The Vicar. Nah, apakah kedua restoran ini sama? Seingat saya sih tidak.

3. Menurut saya di bab 18-19-20 terdapat kronologi waktu yang terjadi dalam 2 hari secara berurutan. Sementara pada halaman 212, Ivan menyebutkan "...mendengarkan narasi panjangmu kemarin--" padahal jika dirunut waktunya, pertemuan Ally-Ivan dalam halaman ini terjadi di hari yang sama dengan kejadian di bab 18 sehingga kata "kemarin" seharusnya "tadi pagi", apalagi adegan di bab 20 adalah merujuk waktu keesokan harinya. Apa saya yang salah tangkap, ya?
Hmm, ada satu hal menarik yang saya dapati. Soal sekolah yang ada di novel ini, Pratama School. Apakah sekolah itu adalah sekolah yang sama yang menjadi setting bagi novel Ask Tinkerbell? hihihi#just.curious



http://joefindlove.blogspot.com

Overall, meskipun terdapat beberapa hal yang menurut saya masih dapat dikembangkan, saya tetap suka dengan novel ini. Banyak keindahan yang disajikan dalam novel ini, termasuk keindahan cinta yang saling memberi dan saling menerima (take and give), serta sisi relijius yang diselipkan secara apik. 3 dari skala 5 bintang saya sematkan pada novel Amore karya mbak Rina Suryakusuma ini.

Baiklah, selamat membaca kawan!



2 comments:

  1. wuaaahhh...jd tambah pengin...pengin baca yg ini sama Lukisan Keempat. semoga aja ntar menang giveaway :D
    Reviewnya mantap Jul! :)

    ReplyDelete
  2. Ayo dibaca, Nat...lumayan menyenangkan kok novelnya...:)

    ReplyDelete