Thursday, July 12, 2012

[Curhat] Tren Buku Gramedia dan Gagas Media


Okehhh...saya bukan mendadak menjadi seorang ahli pengamat tren perbukuan. Hanya saja, tetiba saya mengalami 'serangan fajar' untuk menuliskan salah satu pengalaman saya yang, hmmm, agak kurang mengenakkan sebenarnya. Apakah itu? Membeli buku baru yang ternyata adalah buku lama yang sudah saya punyai! Kenapa bisa begitu? Karena Gramedia saat ini memang sedang menyukai menerbitkan buku lama yang didandani dengan sampul baru.

Fiuhhh, saya sampai memaki-maki diri sendiri karena keteledoran itu. Bukan salah penerbit donk ya, yang memang ingin menerbitkan ulang buku-buku best seller di katalog mereka dengan format sampul baru. Hak mereka. Sayalah di sini yang memang kurang teliti. Begitu melihat buku terpajang di rak "New Arrival" dengan cetakan nama penulis yang begitu saya gandrungi, tangan tak bisa diam saja dan langsung mencomot buku itu. Tentu saja saya sempat menyensornya sebentar, tapi apa daya, ingatan tua saya tak lagi mampu mengeruk memori akan judul novel yang saya ambil itu yang ternyata sudah saya miliki. Duh!


Saya sampai meratapi nasib lho, "Kok bisa saya ketipu, begini!" Etapi, ini perasaan saya saja, ya. Saya memang fans Ken Terate *no-doubt* tapi saya memang bukan tipe fans yang akan-membeli-apapun-dari-sang-idola-termasuk-produk-daur-ulang. Saya sih merasa, cukup dengan mengoleksi satu saja karya sang penulis, toh isinya tak berbeda. Jadi, buat teman yang memang hobi ngumpulin karya idola apa pun termasuk produk sampul baru, saya sama sekali tidak hendak menyindir. Suweerrrr.

Kebetulan saya hanya sedang 'iseng' mengamati kegemaran baru Gramedia yaitu menerbitkan ulang dengan sampul baru pada buku-buku koleksi best-sellernya. Tidak hanya di kasus teenlit favorit saya di atas, beberapa teenlit (kebanyakan teenlit, dan buku-buku John Grisham, dan buku-buku Agatha Christie, dan buku-bukunya....hmmm, siapa lagi, ya?) yang sedang diterbitkan ulang dengan sampul baru. Semisal yang berikut ini:



Nah, khusus teenlit yang diterbitkan ulang, sebenarnya gampang dikenali kok, sepertinya logo 8th: Elo, Gue, Baca Teenlit GPU! itu yang menjadi penunjuk bahwa teenlit tersebut sudah pernah terbit. Sedangkan untuk buku lain, semisal karya John Grisham atau metropop karya Alberthiene Endah, tidak ada penunjuk bahwa itu buku lama yang diterbitkan ulang.

Okay, sedangkan tren yang sedang ada di Gagas Media lain lagi. Tren yang ini juga tak jauh dari sampul novel-novel terbitan Gagas. Oiya, tren Gagas yang terbaru juga adalah adanya nulis bareng alias duet di antara sesama penulis yang sudah lama malang melintang menerbitkan buku-bukunya di Gagas, sebut saja Orizuka, Nina Ardianti, Sefryana Khairil, Christian Simamora, Ollie, Winna Efendi, dan masih banyak yang lainnya. Saya patut mengacungi jempol pada tim kreatif Gagas. Ide-ide dalam penerbitan bukunya luar biasa. Terkadang tak pernah terlintas dalam benak, tetiba sudah meluncur saja ide tersebut dalam novel-novel terbitannya.

Nah, menyangkut tren dalam hal sampul buku, Gagas sedang menggemari menerbitkan novel dengan sampul "posisi-tidur" alias landscape. Sebenarnya ciri khas ini juga baru diterapkan pada novel-novel dalam GagasDuet yang diterbitkan, seperti beberapa di bawah ini:





Dalam banyak hal, memang tak perlu lagi diragukan kemampuan tim kreatif sampul buku di Gagas, ya? Tak heran juga, jika pada gelaran Anugerah Pembaca Indonesia - Festival Pembaca Indonesia 2011 kemarin cukup banyak sampul buku dari Gagas yang masuk nominasi dan akhirnya pemenangnya pun dari Gagas Media.

Tren lain yang menarik untuk disimak dari Gagas, dan penerbit lain di group yang sama, adalah judul satu katanya. Yahh, entah disengaja entah tidak, ya. Tapi saya melihatnya unik.


Hmm, bagi saya, dunia perbukuan pun memiliki tren tersendiri. Tentu saja, ini tak lepas dari kata industri yang disandangnya dunia perbukuan. Di mana pun, pada industri apa pun, tren itu memang diperlukan untuk tetap menjaga minat pelaku industri untuk melakukan transaksi. Iya, kan?

#IjulYangLagiSotoy

8 comments:

  1. emang buat cover, gagas gak perlu diragukan, walaupun gambarnya kadang agak sedikit abstrak menurutku =P

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Gagas covernya emang jempolan... tapi... bagiku trend nulis duet itu dengan covernya yang mirip-mirip agak nyusahin bagiku pribadi karena kemiripannya yang sepintas lalu sama. Jadi nggak bisa asal comot deh klo di toko buku sedang terburu-buru... >_<

    ReplyDelete
  4. eh...kok judul2nya gagas yang duet maut itu kenapa ada dua bahasa - indonesia & enggres ya? apa emang terjemahan dr judulnya atau cuman subjudul? heuhue

    ReplyDelete
  5. bener banget nih kak. aku aja sampe terkejut, lho perasaan judulnya sama deh dengan yg dulu punya. tapi beberapa teenlit saya lebih suka sama cover lamanya.

    eh, foto cover gagas di bawah (yang judul dengan 1 kata) kok nyambung gitu sihhh?? keren! :D

    ReplyDelete
  6. Bener kak.. gagas emang jempolan maslah cover novel deh. Kalo soal ganti cover itu emang harus teliti sambil nengok rak buku dulu sblm buat list belanja, biar nggak mubadzir

    ReplyDelete
  7. Saya juga pernah tertipu jul... Rasanya pingin marah dan lempar buku,sama seperti kamu,meskipun saya penggemar penulis ,saya juga tidak akan membeli novel yang sama,yah... Saya beli karya maria s sardjono (penulis lama) suka saja,baca sipnosisnya suka,tapi ingatan saya yang lumayan pendek,ga pernah bisa mengingat judul hehee... Langsung beli,bayangkan! Harganya di manado lebih mahal,67,500 untuk buku yang cetak ulang,nangis dah... Bete emosi,oh ya judulnya menari di atas awan, eh sebenernya hak penerbit untuk cetak ulang dengan cover berbeda,tapi harusnya mereka kasih keterangan dong di depan,cetak ulang/ganti cover,bukannya main diam diam begitu,itu sama saja kaya penipuan yang tak disengaja... Oke,saya kebanyakan koment,maaf sekalian curhat...

    ReplyDelete
  8. Wah kak saya juga punya pemikiran sama waktu mengamati trend di dunia perbukuan ini hehehe. Cover2 gagas media emg bikin mupeng banget -,-

    ReplyDelete