Thursday, December 3, 2015

[#BacaBarengMinjul] edisi Tenaga Kerja Istimewa...kenalan dulu sama Naiqueen, yuk.


Rasanya cinta tuh mudah diucapkan, tapi susah banget dibuktikan, jadi sampai sekarang saya juga masih berusaha memahami cinta itu apa.
---Naiqueen, pengarang Tenaga Kerja Istimewa.

Hai, tweemans, apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik-baik saja, ya. Kamu lagi baca buku apa? Belum punya bahan bacaan minggu ini? Hmm, sebaiknya ikutan saya dan Julia Agnes @juliagnes dan Cahya Widyastutik @cahyawid membaca bareng Novel Tenaga Kerja Istimewa karya Naiqueen @naiqueen terbitan Penerbit Bentang Pustaka @bentangpustaka pada 30 November s.d. 5 Desember 2015 saja, yuk.


Nah, sembari kita membaca bareng novel Tenaga Kerja Istimewa ini, sebaiknya kita kenalan dulu sama pengarangnya, supaya kita bisa lebih dekat dan serasa mengobrol langsung dengan pengarangnya. Mari kita sapa dulu pengarangnya. Hai, Pengarang. Hai, Naiqueen. Ngomong-ngomong manggilnya apa, ya?

Halo, @fiksimetropop dan pembaca semua. Panggil Alya boleh, panggil Mak Nai juga boleh. Biasanya kalau di kalangan teman-teman Wattpad suka dipanggilnya begitu.

dokumen pribadi: Naiqueen
Oke... kami panggil Mak Nai saja, ya. Sebelumnya, kita kenalan dulu. Bagaimana keseharian seorang Mak Nai? Maaf---sudah berkeluarga? 
Saya sudah berkeluarga, dan sekarang masih setia menjalankan profesi Ibu Rumah Tangga untuk suami dan anak. :)

Oya, sebenarnya Mak Nai ini lulusan/jurusan apa, sih? 
Saya alumnus Fakultas Hukum Universitas Siriwijaya dan jurusan yang saya ambil saat kuliah dulu itu Hukum Bisnis. Saya termasuk dalam kategori yang nggak tahu apa yang benar-benar ingin saya lakukan saat usia belasan... jadi, yah, saya nyasar ke jurusan hukum.

Jadi, bagaimana cara Mak Nai bagi waktunya, antara ngurus rumah sama nulis? 
Biasanya saya tidur lebih cepat dan bangun lebih awal (sekitar jam 3 atau 4 pagi) dan mulai buka laptop sampe menjelang Subuh, baru setelahnya menyelesaikan urusan kerumahtanggaan yang lain. Setelah Zuhur biasanya saya kembali luangkan waktu untuk nulis, ngedit, atau mencari sumber buat tulisan saya sampe Asar datang :)

Apakah Mak Nai punya waktu-waktu khusus untuk menulis? Atau bisa kapan saja dan di mana saja?
Kalau waktu khusus, sih, nggak ada kapan ada waktu saya sempetin aja buat utak-atik naskah atau nge-plot apa yang pengen saya tulis. Tapi saya paling suka nulis ditemani cahaya matahari makanya lebih suka nulis pas siang ketimbang malam.

Apakah keluarga Mak Nai mendukung penuh karier kepenulisan yang kamu pilih? Apa bentuk dukungan mereka yang menurut Mak Nai paling berarti?
Suami sangat mendukung, terutama karena saya bisa bekerja dari rumah jadi nggak kehilangan waktu bersama anak. Bentuk dukungan yang paling nyata dari keluarga tentu saja, sih, dengan menyediakan lebih banyak waktu untuk saya bekerja. Suami, juga mertua dan ipar, sering mengambil alih waktu untuk mengasuh anak saya yang masih empat tahun di saat-saat genting seperti deadline pas nge-proof  novel TKI.

Puji Tuhan, ya, keluarga sangat mendukung. Btw, sejak kapan, sih, Mak Nai menyukai dunia tulis-menulis? Apakah ada dari keluarga yang juga berkecimpung di dunia kepenulisan?
Sejak SD saya sudah menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, terutama ketika diberi tugas mengarang bebas :). Saat SMP saya paling suka mengurusi mading kelas dibanding teman-teman lain. Kalau dari keluarga sendiri, nggak ada yang masuk ke dunia tulis-menulis. Cuma saya sendiri, deh, kayaknya.

Apakah Mak Nai juga mengalami fase kepenulisan dengan mengikuti bermacam lomba penulisan?
Saya jarang mengikuti lomba-lomba penulisan, dan biasanya kalaupun ikut nggak pernah menang, hahaha… tapi ada beberapa lomba favorit yang tiap tahun saya ikuti meski nggak pernah menang.

Menyoal nama pena “Naiqueen”, apakah ada makna/filosofi di balik pemilihan nama pena itu?
Nama pena saya berasal dari “Nai Ratu", yaitu gelar adat Suku Komering Ulu yang disematkan kepada wanita yang telah menikah. Tetua keluarga selalu mengatakan bahwa jika nama adat itu sering dipakai bisa mengangkat derajat, tapi saya memilih nama ini sebagai nama pena lebih karena tidak ingin melupakan asal-usul saya.

Oh, begitu rupanya. Balik ke hobi tulis-menulis, apakah Mak Nai juga menyukai menulis cerpen atau puisi?
Saya suka menulis cerpen, kalau di Wattpad beberapa cerpen saya kumpulkan dalam satu judul khusus. Tapi saya menyerah untuk menulis puisi karena menurut saya butuh kemampuan "lebih" untuk menulis puisi… tapi saya suka, kok, membaca puisi di waktu senggang.

Kalau Mak Nai punya penulis atau novel favorit, nggak? Bisa dalam atau luar negeri gitu?
Saya punya beberapa novel yang saya baca berulang kali dan saya bakal nangis darah kalau sampai (novel-novel itu) hilang. Di antaranya: No Way To Treat A First Lady-nya Christopher Buckley, Seri Attorney dan FBI-nya Julie James,  Leontin Sakura Patah-nya Maria Matildis Banda, dan Kei-nya Erni Aladjai. Masih ada beberapa yang lain tapi untuk yang saya sebut itu khusus disimpan dengan baik di tempat yang paling mudah dijangkau ketika saya butuhkan. Kalau penulis, saya menyukai penulis yang banyak mengangkat budaya daerah tertentu dalam ceritanya. Pearl S Buck atau Christopher Buckley dengan gaya satire yang mewarnai novel roman (karya mereka) juga sangat saya sukai. Sedangkan, untuk penulis dalam negeri saya sepertinya jatuh cinta sama Erni Aladjai.

Lalu, apakah ada pengaruh yang diberikan oleh penulis favorit tersebut, baik langsung maupun tidak, dalam hal menulis?
Sedikit banyak sih iya, saya jadi suka mewarnai karya saya dengan budaya daerah tertentu meski hasilnya tetap roman populer.

Terkait novel Tenaga Kerja Istimewa atau TKI yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka, apa sih yang mendorong Mak Nai untuk menulis novel romance berlatar belakang isu tenaga kerja (bekerja) di negara asing?
Sebenarnya saya cuma berusaha mencari profesi paling masuk akal untuk mempertemukan kedua tokoh (ciptaan) saya dan melibatkan mereka dalam sebuah kisah. Kehidupan pribadi kalangan jet set Arabia jarang tersentuh media. Dan, yang paling mengejutkan ternyata beberapa pekerja migran asal Indonesia ada yang bekerja untuk mereka. Karena itu, saya tertarik untuk melatari novel saya dengan persoalan itu.

Apakah Mak Nai melakukan riset terlebih dahulu dalam menulis ataukah begitu dapat ide langsung menulis?
Awalnya saya menulis tanpa riset sama sekali. Setelahnya dalam masa perbaikan saya melengkapi setiap bagian dalam cerita dengan hasil riset yang saya lakukan.

Apa saja yang Mak Nai lakukan untuk mendapatkan hasil riset yang cukup buat menghidupkan novelnya? Ambil contoh untuk novel TKI ini, dari mana sajakah referensi yang Mak Nai peroleh?
Literatur tentang Saudi Arabia yang membahas fakta lapangan yang saya dapat sedikit sekali tapi saya menemukan satu buku yang cukup memberi referensi tentang kehidupan bangsawan dan masyarakat Saudi sejak dari zaman kabilah sampai menjadi kerajaan. Buku itu karangan Robert Lacey yang berjudul Kerajaan Petro Dollar Saudi Arabia. Selain itu, saya juga mengikuti beberapa tulisan blogger baik blogger ekspatriat atau blogger asal Indonesia yang kebetulan bekerja atau berdomisili di sana (Saudi). Sumber lainnya saya dapat dari pengalaman langsung beberapa teman yang menjadi TKW di Arab.

Berapa lama, sih, biasanya waktu yang Mak Nai butuhkan untuk melakukan riset buat satu judul novel?
Tergantung tingkat kesulitan cerita yang diangkat, untuk kisah yang mengangkat nuansa budaya yang kental biasanya membutuhkan waktu riset yang lebih lama (di atas satu tahun). Beberapa riset memiliki sumber yang mudah didapat hingga waktu risetnya lebih singkat, ini yang saya alami saat melakukan riset kebijakan pemerintah kota terhadap bangunan cagar budaya untuk salah satu cerbung (cerita bersambung) yang saya tulis.

Soal karakterisasi, apakah tokoh-tokoh dalam novel Mak Nai murni reka-imajinasi atau ada beberapa yang ...*ehem*... berasal dari sosok nyata kehidupan keseharian Mak Nai? Terus, dari semua tokoh yang sudah dihidupkan, mana yang paling sulit ketika pendalaman karakternya? Mengapa?
Dalam hal menciptakan karakter tokoh, saya cukup fleksibel. Khusus novel TKI semua tokoh murni hasil reka imajinasi..., tapi beberapa karakter menarik yang saya temukan dalam kehidupan nyata, saya hidupkan dalam karya lainnya. Tokoh Pangeran Yousoef Akbar El Talal jadi yang tersulit karena saya buta banget dengan karakter seperti dia. Bukan saja karena dia lelaki bangsa asing dengan aspek budaya dan mind set yang jauh berbeda dari orang Indonesia, tapi juga karena dia bangsawan dan berada dalam kelas jet set yang kehidupannya sama sekali nggak tersentuh oleh pengetahuan saya.

Hmm, keren, ya. Sulit meriset tapi tetap ditulis. Menantang banget, sepertinya. Anyway,  mengapa memilih cinta sebagai tema novel-novel Mak Nai?
Alasannya klise, cinta itu bahasa paling universal, paling mudah dimengerti dan diterima sama siapa saja.

Lalu, apa sebenarnya arti ‘cinta’ bagi seorang Mak Nai?
Hahaha… jujur saja, sampai sekarang saya belum nemu deskripsi yang tepat mendefinisikan cinta. Rasanya cinta tuh mudah diucapkan, tapi susah banget dibuktikan. Jadi, sampai sekarang saya juga masih berusaha memahami cinta itu apa.

Oiya, ngomong-ngomong, sebelum diterbitkan menjadi buku fisik, kabarnya TKI kan pertama kali ditulis secara online di Wattpad. Mengapa, sih, memilih Wattpad sebagai media pengunggahan tulisan Mak Nai?
Saat itu Wattpad masih belum se-booming sekarang, jadi pas saya mengunggah cerita (ke Wattpad), sebenarnya saya pengennya biar sedikit yang baca karena saya malu banget karena saya merasa cerita saya waktu itu masih super-kacau-balau.

Sejak kapan Mak Nai mengunggah tulisan di Wattpad?
Sejak Desember 2011, kalau nggak salah, sih.

Apa kelebihan atau kekurangan Wattpad (menurut Mak Nai) dibandingkan web-portal penulisan yang lain?
Wattpad sekarang kayaknya sudah jadi komunitas dengan basis pembaca dan penulis yang besar banget. Buat penulis seperti saya keuntungannya adalah kita bisa membangun basis pembaca karya kita dalam waktu singkat. Juga bisa belajar dan mencari sumber riset dari saran dan masukan pembaca. Sementara kekurangannya, makin ke sini mulai nemu kasus-kasus penipuan seperti penulis yang buka PO (pre-order) buku terus kabur bawa uang pesanan pembeli, atau beberapa oknum penerbit yang jual jasa cetak indie atau mau menerbitkan gratis, yang ujung-ujungnya sama saja… nipu. Belum lagi penulis yang bablas majang  cerita yang penggunaan diksinya sebenarnya lebih cocok masuk ke blog-blog cerita plus-plus, dengan cover yang…. Silakan @fiksimetropop blusukan sendiri ke Wattpad deh, ya :p

Waduh, sampai sebegitunya, ya. Baiklah, nanti saya coba blusukan ke Wattpad, hehehe. Sekarang, boleh, dong, dibagi cerita di balik naik cetaknya TKI ini? Apakah dari pihak penerbit yang menghubungi Mak Nai untuk menerbitkannya atau bagaimana? Mungkin bisa jadi contoh buat calon penulis lain.
Hahaha, saya yang mengirim naskah TKI ke Bentang Pustaka, tapi kata editor saya mereka sudah memantau TKI karena banyak mendapat e-mail dari fans yang membagikan link cerita itu.

Selain TKI, apakah ada cerita lain yang juga sudah Mak Nai unggah ke Wattpad? Jika ditotal, sudah ada berapa judulkah?
Ada lebih dari sepuluh cerita saya yang masih bertahan di sana. Sementara lima cerita lain saya tarik kembali dari peredaran.

Apakah setelah novel Mak Nai terbit dalam bentuk buku fisik, ke depannya Mak Nai akan terus menulis secara online atau fokus menulis langsung untuk diterbitkan?
Saya akan melakukan keduanya, meski sepertinya intensitas main di Wattpad (akan menjadi) agak berkurang dan sekarang saya lebih suka membagi cerita di sana dalam bentuk draft mentah saja. Sementara cerita di Wattpad yang potensial buat diterbitkan saya tarik dan riset ulang agar layak untuk digadaikan ke penerbit.

Wahh, sudah cukup banyak pertanyaannya, semoga tidak merepotkan. Nah, untuk sekarang sedang sibuk apa? Apakah sedang menulis novel yang akan terbit berikutnya?
Iya, saat ini ada naskah yang sedang saya rombak habis-habisan. Sebagian besar waktu juga saya gunakan untuk riset cerita itu.

Apakah impian terbesar seorang Mak Nai dalam dunia kepenulisan?
Saya pengin bisa menghasilkan cerita yang nggak ada matinya, jadi kalau sekarang generasi orangtuanya yang suka, saya berharap kelak anak-anak dari pembaca saya sekarang masih (akan tetap) suka pada buku saya, hahaha. Dan, seriusan… itu berat banget kan, nyaris kayak mustahil.

Aamiin, semoga terkabul. Oiya, apakah ada keinginan menulis buku non fiksi atau novel di luar tema cinta?
Saya berharap suatu saat dapat mewujudkan keinginan untuk menulis novel dengan tema sejarah atau budaya, terutama yang sumbernya dari tanah kelahiran saya.

Terakhir, apakah ada yang ingin disampaikan kepada pembaca Indonesia?
Jangan berhenti membaca, budayakan membaca, dan tularkan kebiasaan membaca pada lingkungan sekitar kita. :)

Baiklah, sekian dulu perbincangan serunya ya, Mak Nai. Semoga lain waktu bisa disambung lagi. Tetap produktif, dan ditunggu karya-karya emejing selanjutnya. 
Thanks, @fiksimetropop, sudah dikasih kesempatan main ke blog-nya dan nongkrong di #BacaBarengMinjul.

dokumen pribadi: Naiqueen
Kontak Mak Nai:
Wattpad: Naiqueen
Facebook: Alya Zultanika
Twitter: @Naiqueen

0 comments:

Post a Comment