Sunday, April 20, 2014

[Resensi Novel Teenlit] Touche Alchemist by Windhy Puspitadewi



Teenlit dengan sentuhan yang lain…

Sinopsis


Hiro Morrison, anak genius keturunan Jepang-Amerika, tak sengaja berkenalan dengan Detektif Samuel Hudson dari Kepolisian New York dan putrinya, Karen, saat terjadi suatu kasus pembunuhan. Hiro yang memiliki kemampuan membaca identitas kimia dari benda apa pun yang disentuhnya akhirnya dikontrak untuk menjadi konsultan bagi Kepolisian New York.

Suatu ketika pengeboman berantai terjadi dan kemampuan Hiro dibutuhkan lebih dari sebelumnya. Pada saat yang sama, muncul seseorang yang tampaknya mengetahui kemampuannya. Kasus pengeboman dan perkenalannya dengan orang itu mengubah semuanya, hingga kehidupan Hiro menjadi tidak sama lagi.

Pengarang: Windhy Puspitadewi
Ilustrator: Rizal Abdillah Harahap
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 224hlm
Rilis: Maret 2014
Harga: Rp48.000
ISBN: 978-602-03-0335-2
Keterangan: sekuel dari Touche

Tanpa punya bekal telah membaca Touche, saya tetap memberanikan mencomot Touche Alchemistkarya Windhy ini. Dan, sungguh menyenangkan membaca buku tanpa persiapan seperti ini. Meskipun, tentu saja, saya sudah harus menyiapkan diri bakal mengumpat karena kecewa atau mendesah lega karena puas telah meluangkan waktu membacanya. Sebut saja, saya sedang berjudi dengan selera. Saya bersyukur, kali ini saya beruntung. Buku ini memuaskan selera saya.

Bisa dibilang, pengalaman membaca Touche Alchemist ini menjadi salah satu pengalaman menyenangkan membaca novel teenlit. Jujur, mengingat usia yang tak lagi teen, saya memang membatasi membaca novel-novel teenlit ketimbang saya lebih banyak menyumpah ketika membacanya. Kecuali beberapa nama pengarang teenlit favorit, saya jarang mencomot novel teenlit dari rak toko buku. Tapi, sekali lagi, saya bersyukur saya memutuskan membeli novel ini.

Novel ini page turner banget. Meskipun tidak saya selesaikan dalam sekali duduk karena selingkuh dengan novel lain serta disela pekerjaan harian, saya menikmati proses pembacaan novel ini. Dan, kabar baiknya, saya tak mendapati banyak halangan yang berarti selama membaca. Beberapa typo masih ada, tapi tak mengurangi kenikmatan merunut adegan demi adegan yang diracik Windhy. Pengalaman membaca Confeito, Incognito, Let Go, atau sHe tak membekaskan kenangan yang mendalam sehingga saya cukup terkejut bahwa saya menyukai gaya menulis Windhy.

Well, tak bisa mungkir, saya langsung teringat dwilogi Eiffel-nya Clio Freya dan serial Gallagher Girls-nya Ally Carter selama membacanya. Pun serial Heroes, X-Men, atau film superhero lain yang berlatar belakang kemampuan magis seperti ini berseliweran di benak. Bahkan, bayangan animeJepang tak luput di pemikiran saya, padahal saya jarang menonton anime bertema misteri-detektif. Tak seperti biasanya, saya justru tak terganggu. Gambaran-gambaran itu malah memudahkan saya membayangkan kekuatan sentuhan yang dimiliki oleh tokoh-tokoh di dalam novel ini.


Hal lain yang patut diapresiasi, Windhy juga cukup cerdik merangkai satu demi satu misteri untuk membangun plot cerita. Mungkin karena dangkalnya kapasitas logika otak, saya tak berhasil menebak dalang di balik konflik utamanya. Meskipun, lagi-lagi saya agak kecewa dengan ending-nya. Kebanyakan kisah heroik itu sepertinya memang begitu, ya. Pelakunya pasti tak jauh-jauh dari orang-orang terdekat si tokoh dalam cerita. Iya, sih, dunia abu-abu. Tak ada orang yang benar-benar baik atau benar-benar jahat. Selalu ada sisi hitam di dalam jiwa yang putih sekalipun.

Saya juga merasa novel ini penuh dengan hasil riset. Entah bagaimana cara Windhy menggali informasi, tapi Touche Alchemist hadir dengan serangkaian hal yang mestinya merupakan fakta. Kecuali Windhy mengalami sendiri kejadian itu, maka hasil risetlah yang memperkuat keseluruhan novel ini. Saya tak sampai menganalisis satu demi satu, sih, tapi kayaknya tak ada logika yang tidak pada tempatnya, ya. Entahlah, mesti dicermati lagi lebih lanjut, sih.

Kekuatan lain yang dimiliki oleh novel ini adalah bangunan karakternya yang kuat. Sejak awal, Windhy menggiring saya untuk berganti-ganti menyelami para tokohnya. Hiro, Karen, Sam, Yunus, atau William. Buat saya, tak ada tokoh yang hanya sekadar numpang lewat di sini, kecuali mungkin Profesor Martin yang memang tidak disematkan peran yang membutuhkan keterlibatan langsung. Semuanya serbapas. Takarannya tak kurang-tak lebih. Saya jadi tak punya bahan untuk mengkritik novel ini di luar plot-nya yang sebenarnya mungkin mudah dianalisis bagi yang terbiasa membaca novel misteri-detektif. Juga standar hubungan Hiro-Karen yang yahh… memang mungkin seharusnya begitu, ya. Kisah misteri melulu tanpa percikan drama percintaan ya… mana ada daya tariknya, kan? Novel-novelnya Agatha Christie saja, ending-nya selalu menyelipkan kisah romantis-manis yang menyenangkan.

Seperti halnya para pembaca lain yang telah menamatkan Touche Alchemist, saya pun mengambil tempat untuk berdiri di barisan terdepan yang mendukung Windhy mengembangkan dunia ‘sentuhan’ ini menjadi satu semesta touchĂ©. Dia sudah punya pondasi yang cukup untuk bisa membuat serial fantasi berbalut romansa remaja yang saya yakin berpotensi menghipnotis dan menginspirasi para teenager di luar sana. Oke, ditunggu Touche-Touche selanjutnya ya, Win.

Empat bintang untuk novel ini. Saya terbelenggu ambiguitas ketika menulis reviu ini. Saya suka tapi belum pake banget untuk novel ini. Jadi, untuk alasan subjektif yang mungkin hanya saya sendiri yang memahaminya, saya menyimpan satu bintangnya di laci meja kamar. Mungkin suatu saat saya bisa menggenapkannya pada proses pembacaan di lain kesempatan (ya, saya ingin membaca ulang novel ini kapan-kapan) atau untuk karya-karya Windhy selanjutnya. Bravo, Win!

Per 20 April 2014, Touche Alchemist mendapat rating 4,29 di goodreads.com.
Selamat membaca, tweemans!

2 comments:

  1. maaf untuk typo yang ada :P
    mohon maklum, gini ini kalo kebawa mud yang bagus
    oya, lam kenal...

    ReplyDelete
  2. oya, kakak ga minat pasang adsense atau hal-hal lain yang sejenis?
    saya baru baca 4 posting saja sudah recomended soalnya hahahaha
    lumayan mungkin bisa banyak buku baru dan manfaat yang terbeli dengan itu :P

    ReplyDelete