Tuesday, April 22, 2014

[Resensi Novel Remaja] Diary Princesa by Swistien Kustantyana (+ GIVEAWAY voucher belanja Gramediana)



[Catatan: demi independensi, buku yang diresensi di blog ini dibeli sendiri oleh peresensi]

Every cloud has a silver lining…

"Menurutmu kenapa Aksel menyukaiku?" aku melemparkan pertanyaan cheesy kepada Sisil. Sisil tertawa. "Kamu ingin mendengarkan pujian terus ya hari ini? Tentu saja karena Princesa itu cantik, pintar, dan baik hati."

Aku tertawa mendengar jawabannya. Seandainya saja Sisil tahu, aku mengharapkan jawaban lain kenapa Aksel menyukaiku. Jawaban yang tidak standar. Seperti jawaban milik Nathan.

Princesa atau akrab dipanggil Cesa adalah cewek yang penuh percaya diri. Dia tahu kalau dia itu cantik, pintar, populer, dan banyak yang naksir. Cesa bisa saja memilih cowok mana pun untuk dijadikan pacar, enggak bakal ada yang nolak deh! Kecuali cowok yang satu itu. Cowok yang menjadi sahabat kakaknya, Jinan. cowok yang Cesa tahu menyimpan rasa hanya untuk kakaknya.
Pengarang: Swistien Kustantyana
Penyunting: Laras Sukmaningtyas
Perancang sampul: Neelam Naden & Aldy Akbar
Penerbit: Ice Cube (KPG)
Tebal: 260hlm
Harga: Rp44.000
Rilis: Februari 2014
ISBN: 978-979-91-0679-7

Selalu menyenangkan membaca novel yang di dalamnya juga banyak menyebut atau menceritakan tentang novel/buku lain. Tentu, lebih mudah terhubung dengan mood baca jika ternyata buku-buku yang disebut itu sama dengan buku yang pernah saya baca. Atau sebaliknya, jika buku-buku yang disebut di buku belum pernah saya baca, bisa jadi referensi untuk mencari buku-buku itu nantinya. Diary Princesa ini juga banyak menyebut judul-judul buku populer, sehubungan dengan salah satu tokohnya, Jinan, yang memang gemar membaca.

Jujur saja, jika tidak ada rekomendasi dari teman lain saya mungkin tak berniat mencomot apalagi membaca buku ini. Timbunan buku yang mengantre untuk dibaca di kosan masih banyakkkk, dari penulis yang sudah saya kenal dan saya favoritkan. Jadi, agak gambling juga ketika memutuskan membaca novel ini alih-alih membaca novel lain.

Maka, saya membaca Diary Princesa ini tanpa ekspektasi yang tinggi. Saya hanya ingin bersenang-senang. Dan, syukurlah, buku ini cukup menyenangkan. Tolok ukur pertama dari buku penulis yang baru saya kenal, DIKSI. Oke, saya suka diksinya. Beberapa kalimatnya quotable dan sebagian besar lainnya mengalir mulus, menggulirkan plot yang dibangun oleh Swistien. Tolok ukur kedua: KARAKTER. Well, mungkin dengan pondasi kuat bahwa Swistien hendak mengangkat isu  bipolar disorder sehingga tokoh-tokohnya hidup dengan begitu kuat, meskipun (entah karena saya lalai atau apa), saya tak mendapati citra yang begitu jelas tentang tokoh Jinan yang dikisahkan mengalami gangguan itu. Sayangnya lagi saya belum membaca atau menonton film The Silver Linings Playbook yang menjadi inspirasi Swistien dalam menulis Diary Princesa ini.


  
Untuk ceritanya sendiri, karena mengangkat isu gangguan mental itu, saya cukup bisa menikmati kelabilan beberapa tokoh dan adegan  yang dibuat untuk memperkuat karakternya. Terkadang saya geregetan ketika Cesa atau Jinan atau Nathan atau Aksel melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang menurut saya tak semestinya. Well, ini pertanda saya tersedot dalam ceritanya. Dengan judul mentereng, DIARY Princesa, plus gaya menulisnya dari sudut pandang orang pertama yang berkesan curhat, mungkin akan lebih catchy lagi kalau bentuknya benar-benar seperti buku harian. Bahkan, novel ini pun tak disemati keterangan waktu, lazimnya buku catatan harian/kronologi kejadian. Entah sih, kalau tim editing/layouting atau pengarangnya sendiri merasa terlalu mainstreamatau membosankan jika dibikin selayaknya buku harian, tapi untuk saya pribadi dengan kondisi seperti ini sih saya lebih suka bentuknya benar-benar mirip buku harian. Bakal lebih ekspresif dan emosional, kayaknya.

Dengan latar belakang Cesa yang masih SMA, bolehlah saya bilang novel ini masuk kategori teenlit, apalagi adegan dewasa muda-nya masih terbatas. Lagi-lagi, entah saya lalai atau bagaimana, saya kurang masuk dalam latar belakang kehidupan keluarga Cesa-Jinan. Ketika hubungan kakak beradik ini begitu lekatnya, keluarganya digambarkan agak sedikit bermasalah. Sejak awal saya mencoba mencari benang merah mengapa kedua orangtuanya menjadi tidak akur begitu. Hmm, di sini saya agak tidak sabar hingga tak memperhatikan detailnya, sampai akhir saya gagal paham, fufufu.

gambar dari sini
Novel ini punya dua warna kontras yang menyatu dengan baik. Cesa yang bisa dibilang anak geng populer di sekolah, modis, cantik, banyak penggemar, memiliki kehidupan glamor khas ratu geng anak sekolahan. Plus, stereotip tak suka baca buku. Di sisi lain, ada Jinan dengan gangguan yang dialaminya dan segala keanehannya menjadikannya cewek yang jutek dan dingin serta penikmat buku tulen, bahkan cenderung gampang terobsesi sama buku. Paling menarik tentu kehadiran Nathan dan Aksel di tengah-tengah kakak beradik ini. Dua cowok ini berhasil menjadi ornamen yang pas untuk meramaikan kisah keduanya.

Meskipun tidak secara utuh, tapi saya menyukai kovernya. Porsi terbesarnya sih karena gambar ilustrasi setumpuk buku dengan punggungnya tersemat judul-judul buku yang saya kenal: The Kite Runner (Khaled Hosseini), All-American Girl (Meg Cabot), The Silver Linings Playbook (Matthew Quick), jadinya saya suka. Hanya tone warnanya yang cenderung gelap membuat saya agak mengernyitkan dahi, entah kenapa.

Secara keseluruhan, saya menyukai novel ini. Debut yang menarik dari Swistien. Menghadirkan kisah remaja yang tak biasa. Memang tak orisinal, namun mampu memberi warna lain di dunia perbukuan remaja tanah air. Kelemahan mendasar novel ini ada di cetakannya yang masih cukup banyak ditemukan typo dan inkonsistensi penggunaan suatu kata/istilah. Buat saya itu memengaruhi mood baca, meskipun tidak mengganggu esensi ceritanya.

Good job, Swistien. Ditunggu karya-karya berikutnya. Kali ini 3,5 bintang untuk curahan hati yang begitu kompleks dari Princesa tentang Jinan.

Selamat membaca, tweemans.

Giveaway:
Kabar gembira buat tweemans yang juga penasaran dan pengin baca novel ini juga. Ada satu eksemplar Diary Princesa bertanda tangan penulisnya plus voucher belanja buku digital di www.gramediana.com senilai Rp10.000 buat yang beruntung, persembahan dari Swistien Kustantyana. Yaayyyyyy….

Cara ikutan giveaway-nya gampang banget, kok. Cukup tinggalkan komentar kamu di kolom komentar di bawah reviu ini tentang, “Misalnya kamu punya kakak (lelaki/perempuan) yang mengalami bipolar disorder dan dia ternyata disukai gebetanmu, kamu bakal gimana? Merelakan si gebetan jadian sama kakakmu atau berjuang agar si gebetan lebih memilihmu?” 

skrinsut dari wikipedia

Sertakan ID twitter atau alamat e-mail di bawah komentar kamu, sebagai media menghubungimu jika kamu terpilih sebagai yang beruntung mendapatkan hadiahnya. Giveaway diselenggarakan mulai hari ini, Selasa (22 April 2014) s.d. Sabtu (26 April 2014) pukul 23.59 WIB. Pengumuman pemenang pada hari Minggu (27 April 2014).

25 comments:

  1. Kalo saya punya kakak yang mengalami bipolar disorder dan dia ternyata disukai gebetanku, kayaknya saya bakal merelakan deh. Bukan apa-apa, jangankan bersaing sama kakak sendiri, bersaing dalam hal mendapatkan gebetan sama teman saja saya rada males, jadi kalo saya sendiri sih merelakan saja. Kecuali, si gebetan yang nguber-nguber saya. Nah, itu lain dong ceritanya. Saya pasti ngomong baik-baik ke kakakku. Meskipun akan bertengkar hebat pada awalnya, mengingat dia mengidap bipolar disorder kan? Tapi saya yakin, si penderita bipolar disorder ini akan nurut juga kalo kita bisa ngajak dia ngomong baik-baik, membuka pikirannya dan memberikan dia space buat mikir. Seperti halnya si Tiffany (Jennifer Lawrence) di film The Silver Linings Playbook yang emosinya meledak-ledak, toh pada akhirnya luluh juga setelah diajak ngomong baik-baik sama Pat. Dan yang pasti, kakak yang baik tidak harus selalu menang kan? Ada kalanya dia harus mengalah sama adeknya. Dalam hal ini mendapatkan si gebetan. :)

    -Dian-
    Email: dianmayasariazis@gmail.com
    Twitter: @dianmayy

    ReplyDelete
  2. Wah, kalo hal tersebut terjadi di aku awalnya mungkin aku sedih banget dan gak terima, apalagi si gebetan naksirnya sama orang terdekat aku dan paling aku sayang, tapi mungkin itu hanya sementara. Percuma juga klo aku tetep ngotot untuk merebut hati si gebetan dan akhirnya bisa sama si dia tapi terselip pertanyaan "Apakah perasaannya ke aku itu utuh dan benar2 murni?". Nah, aku juga gak mau kalo aku akhirnya bs dapetin si gebetan dengan perasaan cinta yang gak utuh buat aku dan apalagi kalo ternyata kakak aku juga sama perasaannya ke gebetan! Aku kayak penghancur dua orang yg saling suka:( DUH AKU PASTI BAKAL LEBIH SEDIH LAGI :"(
    Merelakan untuk orang-orang tersayang bahagia itu kan perbuatan yang disayang Tuhan, nah dengan begitu berharap aja Tuhan ngasih aku yang lebih baik dan pantas buatku:) tentunya memberikan kebahagiaan juga buat orang2 yang aku sayang.

    Twitter: B1A4_KARIMA

    ReplyDelete
  3. Seandainya jika saya mempunyai kakak yang mempunyai penyakit Bipolar Disorder dan ternyata ia disukai oleh gebetan saya, maka saya memilih untuk merelakannya saja..
    Penyakit Bipolar disorder ini lebih gawat ketimbang penyakit jiwa lainnya seperti stress, depresi atau sebangsanya. Mengesampingkan perasaan pribadi, bukankah lebih bijak untuk mengalah demi kakak tercinta? ^^ Apalagi dukungan besar serta pengertian dari keluarga, sahabat dan lingkungan sangat dibutuhkan bagi penderita Bipolar Disorder...
    Orang yg saya sukai itu pasti bisa lebih mengerti dan memahami kakak saya, karena itu lebih baik merelakan sang pujaan hati untuk kakak sendiri ^^

    Florentina
    @lyasalim
    xiahlie93@gmail.com

    ReplyDelete
  4. Tergantung bagaimana perasaan kakak saya terhadap gebetan saya itu. Kalau kakak saya memiliki perasaan yang sama dengan dia, ya sepenuh hati akan saya relakan. Tapi kalau ternyata yang terjadi sebaliknya, saya akan memperjuangkan gebetan itu sampai titik darah penghabisan. Intinya sih mencari jalan keluar yang terbaik untuk semua pihak tanpa ada hati yang tersakiti. ;)

    Bunga
    @ImThatQueenBee
    bunga.tiarasr@gmail.com

    ReplyDelete
  5. Yang namanya hati itu gak bisa dibohongi atau dipaksa. Kalo misalnya gebetan suka sama kakak dibandingkan aku ya gak apa-apa. Love is fair... alias cinta itu adil. Disaat kita tidak berjodoh dengan yang satu, kita akan menemukan yang lain #uhuk

    Terus aku juga agak ga setuju kalo dihubung-hubungkan dengan bipolar disorder. Karena pada dasarnya semua sama, penyakit itu hanya suatu cobaan bagi seseorang dan gak baik untuk menghakimi kita lebih baik atau lebih buruk dari orang tersebut. Jadi jika emang si gebetan suka sama kakak, itu bagus... berarti dia suka dengan kakakku dan bisa menerima dia apa adanya.

    Tammy
    @alizarinnn
    Keikokukien28@gmail.com

    ReplyDelete
  6. Complicated buat aku. Di satu sisi, aku menyukai pria itu dan di satu sisi lain, pria itu memiliki perasaan yang sebaliknya, ia justru menyukai seseorang yang tak lain kakakku sendiri. Miris.
    Jika aku terus mengejar itupun juga percuma, aku tak mungkin bisa terus menyukai orang yang nggak sama sekali punya perasaan sama ke aku. Dan sama aja itu pemaksaan dalam dunia percintaan. Aku paling nggak mau yang namanya dipaksa dan memaksa.
    Jadi, aku akan merelakan pria yang aku suka jatuh ke tangan orang lain. Meski sakit, tapi aku tetap harus kuat. Kakakku lebih membutuhkannya, apalagi dia punya penyakit 'bipolar disorder'. Aku sebagai adik, harus hati-hati dalam menjaga situasi hatinya. Lagipula aku nggak mau melangkahi kakakku, jika aku punya pacar lebih dulu. Karena dia tetap yang lebih tua dariku.
    Awalnya, aku akan kasih tau ke kakakku, kalau ada orang yang menyukainya. Dan sebisa mungkin aku mendekatkan mereka. Oh God! sebenarnya hal yang satu ini yang paling susah.

    Aku cuma nggak ingin penyakitnya itu kambuh dan nggak ada sosok pelindung yang bisa menenangkannya. Kalau ada seseorang yang mengisi di hatinya, aku bisa tenang karena orang itu bisa mengawasi kakakku, jika aku tak ada disamping kakakku saat itu. Karena cuma satu yang aku takutkan, saat suasana depresi menyerang, aku nggak akan pernah mau kakak melakukan hal-hal di luar dugaan.
    Jadi, demi kebaikan kakak, aku harus merelakan semuanya.


    @feicloudsm

    ReplyDelete
  7. Sejujurnya, aku tipe orang yang enggan memperjuangkan seseorang yang aku tahu bahwa dia menyukai orang lain. Jadi, jawaban untuk pertanyaan ini adalah : direlakan !

    Bukan karena yang ditaksir adalah kakakku, bukan pula karena ada penyakit bipolar disorder, tapi simply hanya karena aku tidak mau bersama dengan orang yang tidak memilihku, sesuka apapun aku pada orang tersebut. Karena buatku, cinta juga harus punya harga diri #tsaaaaah x). Yakinlah bahwa suatu hari nanti kita akan bertemu dengan orang yang mencintai kita sekaligus juga kita cintai, dan hal ini pastinya akan jauh lebih membahagiakan daripada kita hidup bersama seseorang yang jelas-jelas hatinya bukan untuk kita ^^.

    @dianitarizkiani

    ReplyDelete
  8. "Misalnya kamu punya kakak (lelaki/perempuan) yang mengalami bipolar disorder dan dia ternyata disukai gebetanmu, kamu bakal gimana? Merelakan si gebetan jadian sama kakakmu atau berjuang agar si gebetan lebih memilihmu?"

    bagiku keluarga lebih penting, jadi aku bakal milih merelakan gebetan buat kakakku. bukan karena kakakku menderita bipolar disorder sih tapi lebih karena aku sayang kakakku dan pengin dia bahagia. lagian udah jelas gebetanku itu suka kakakku, buat apa ngoyo berjuang dapetin dia? nanti jatuhnya makin sakit hati karena dia lebih 'ngelihat' kakakku dibanding aku. makanya sebelum perasaan tambah gede, disudahi saja, trus dukung hubungan dia sama kakak. siapa tahu cocok. lagian cowok ganteng ada banyak. hilang satu tumbuh seribu :p

    @sayang_akichii

    ReplyDelete
  9. Seandainya aku mempunyai kakak yang punya penyakit bipolar disorder dan ternyata gebetan aku suka sama kakak aku kayaknya tergantung deh. Kalau aku cinta banget sama gebetan aku, aku pasti bakalan nangis. Tapi lebih ke merelakan tu gebetan untuk kakak aku. Alasannya? Hati enggak bisa dipaksa. Kalau misalnya aku tetap maksain gebetan aku itu suka ke aku itu bakalan enggak berhasil. Cinta tak saling memiliki.
    Aku kasih gebetan aku itu kesempatan untuk pdkt dengan kakak aku. Kalau ternyata kakak aku enggak ada rasa juga sama gebetan aku, nah disinilah peranku dimulai lagi. Aku akan menjadi penghibur gebetanku yang merasa dirinya habis ditolak sama kakak aku sendiri.
    Aku rela kok jadi pelarian *kejamnya*. Namanya juga ya itulah.
    Aku bakalan ngasih foto kakak aku yg masih kecil ke gebetan aku, namanya juga saudara kandung ya pasti rada2 mirip dong. Dan aku bakalan bilang "ini foto kakak aku waktu masih kecil, aku juga bakalan jadi kayak dia kok waktu gedenya" dan kemungkinan gebetanku langsung speechless dan juga langsung menyadari keberadaanku selama ini. Amino:)
    Note: Enggak sempat buka blog nih, tau ni quis aja dari twitter-_-"

    Email: rtr.mulyani@gmail.com
    Twitter: @retrimulya

    ReplyDelete
  10. Ini masalah yang cukup rumit. Kalau aku merelakan gebetanku jadian sama kakakku, yakin deh, aku nggak akan bisa tahan berada di radius 100 meter sama mereka. Oke, aku bisa pura-pura baik-baik saja. Tapi, hatiku ini bukan hati yang terbuat dari tembaga. Suatu saat, pasti bakal mlempem juga.
    Namun, disisi lain aku ingin kakakku bahagia. Siapa, sih yang ingin melihat sodara sendiri yang labil dan terombang ambing dengan penyakitnya? Namun, penyakitnya itu belum tentu membaik juga kan kalau pacaran sama gebetanku? Atau bisa jadi gebetanku itu bakalan bikin dia sedih, yang membuat dia melakukan hal-hal yang tak kita inginkan. Atau, bagaimana kalau dia tahu perasaanku sama gebetanku itu, disaat dia sudah menjalin hubungan dengannya? Yakin, itu bukan kabar yang harus dia dengar.
    So, aku rasa aku harus bicara sama gebetanku. Aku ingin dia tahu seperti apa dunia kakakku. Aku juga ingin dia tahu seperti apa perasaanku. Jika memang dia tak bisa menjadi bagian paling indah dan memberikan dunia super indah untuk kakakku, serta menyembunyikan seperti apa perasaanku padanya, aku ingin dia menjauh dari kami, aku dan kakakku. Biarkan dia pergi dari kami agar semua baik-baik saja. Karena saat semua berjalan semakin dalam, semakin dalam juga beban yang akan aku dan dia tanggung. Nyawa kakakku dipertaruhkan dalam hubungan ini

    @dianputuamijaya
    dian_putu26@yahoo.com

    ReplyDelete
  11. Seandainya saya mempunyai kakak (lelaki/perempuan) yang mengalami bipolar disorder dan dia ternyata disukai gebetanku..
    Pertama tentunya aku akan merasa bersedih dan cemburu. Namun, karena aku sangat menyayangi kakak ku, aku akan bersaing secara sehat dengannya.
    Apabila kakak ku tidak punya perasaan apa-apa terhadap gebetanku, aku masih mempunyai harapan yang lumayan besar untuk memenangkan hati gebetanku. Aku akan berusaha sebaik-baiknya dan menunjukkan kelebihan dan kebaikan hatiku serta memberikan perhatian kepada gebetanku agar ia berpaling padaku.
    Berusaha menarik perhatian gebetanku dengan tidak membuatnya merasa risih dan terganggu dengan perhatian yang kuberikan. Sehingga lambat laun ia akan menyadari perasaan tulus ku kepadanya dan melihatku seorang.
    Karena kakak ku tidak mencintai nya, maka aku yang akan maju mati-matian dan total untuk memenangkan hati gebetanku.

    Namun, lain soal apabila kakak ku juga menyukai gebetanku. Aku akan merelakan gebetanku dengan ikhlas dan mendukung sepenuhnya perasaan kakak ku terhadap gebetanku. Aku akan merestui mereka berdua.
    Usaha yang akan ku lakukan untuk mendukung perasaan kakak ku adalah memberitahu dan menunjukkan kepada gebetanku kebaikan hati kakak. Bahwa kakak seorang yang caring, tulus, setia dan penyayang. Walaupun kakak mengidap Bipolar Disorder, aku akan meyakinkan gebetanku bahwa ia harus mencintai kakak tidak hanya penampilan fisik nya namun juga hatinya dan menerima semua kekurangan kakak sebagai seorang pengidap Bipolar Disorder. Aku akan tulus berbahagia untuk mereka berdua.
    Aku yakin Tuhan akan memberikan jodoh terbaik bagiku yang hanya melihat dan mencintai ku seorang. Karena itu walau awalnya hatiku perih dan sedih, aku yakin aku akan segera bangkit dan tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan. Karena dengan melihat kakak ku tersayang bahagia aku sudah merasa sangat bahagia.

    Terima kasih banyak buat kesempatan Giveawaynya kak :)
    Email: astri.nardi@gmail.com
    Twitter : @astri_nardi

    ReplyDelete
  12. Aku akan mencari tahu dulu apakah gebetanku benar" menyukai kakakku atau hanya rasa kasihan karena kakakku mengidap Bipolar Disorder. Tentunya bukan untuk mencari celah mendapatkan gebetanku tapi untuk melindungi kakakku dari rasa kecewa dan sakit hati. Jika gebetanku benar" menyukai kakakku dengan tulus dan kakakku juga memiliki perasaan yg sama, aku akan merelakannya serta mendukung hubungan mereka. Melihat kakakku bahagia, aku pasti ikut bahagia karena rasa sayangku terhadap kakakku lebih besar dibandingkan rasa cintaku terhadap gebetanku :)
    Aku memilih merelakannya bukan hanya karena kakakku mengidap penyakit Bipolar Disorder tapi lebih karena aku berfikir secara realistis, untuk apa memaksakan seseorang yg jelas" tidak ingin bersamaku.

    @Ana_On3

    ReplyDelete
  13. Hai kak. Ikutan ya :D

    Well, aku jelas bakal relain gebetanku buat kakak/adikku, tapi sebelumnya, aku bakal mastiin dulu apa si gebetan ini tulus. Kalo akhirnya dia malah nyakitin dan ngecewai kakak/adikku, he won't stand a chance.


    Sekian dan terima kasih. May the best one wins! :D

    @alfindyagyputri

    ReplyDelete
  14. Ikutan ya kak. Kalau aku sih bakal merelakan gebetan buat kakakku selama kakakku juga suka dan enggak ngerasa keganggu sama si gebetanku. Kebahagiaan kakak kan lebih penting. Tapi kalau kakakku ngerasa terganggu dengan kehadiran gebetan dalam hidupnya, pasti aku bakal berusaha untuk bikin gebetanku menjauh dari kakakku dan berusaha bikin si gebetan bertekuk lutut sama aku. Ya kira-kira gitu deh.
    @emirahma_

    ReplyDelete
  15. intinya, gimana bila saya berada di posisi Cesa?
    jelas saya akan merelakan gebetan untuk kakak tercinta. karena biar bagaimanapun, kebahagiaan keluarga jauh lebih penting dong, apalagi dengan 'keistimewaan' si kakak yg menjadikan jalan khidupannya (terutama asmara) tidak mudah (mendingan saya move on, daripada mencintai dia yang tak mencintaiku -_- | curhat ya? | bisa jadi -_- | hahahaa). itu pun kalo si gebetan benar-benar menyukai sang kakak, kalo cuma main-main sih siap-siap saya depak dari kehidupan kami berdua.

    begitulah kira-kira pendapat saya :)
    (@DeiKaHermosa)

    ReplyDelete
  16. kalo aku punya kakak (lelaki/perempuan) yang mengalami bipolar disorder dan dia ternyata disukai gebetanku
    aku akan cari tau dulu kenapa si gebetanku suka sama kakakku, kalo cuma karena kasihan dan mungkin kelebihan yg dimiliki kakakku aku gk akan rela.
    kalo gebetank itu bener-bener cinta sama kakakku tp kakakku gk ada rasa cinta sama gebetanku, aku jg gk akan setuju
    tp kalo gebetanku bener-bener cinta dan sekiranya kakakku nyaman bersama gebetanku, aku akan mencoba pengertian dan rela lah
    kiranya spt itu krn bagaimanapun kebahagiaan bagi seorang kakak adlh kebahagiaanku juga krn kita bersaudara yg selamanya takkan terpisahkan.
    kalo masih gebetan kan masih ada celah untuk berpisah jd relakan saja jk memang itu yg terbaik untuk segalanya, bukan krn motif kasihan :)

    @Aimimma1
    aimma7b@gmail.com

    ReplyDelete
  17. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  18. buat gw, masalahnya bukan di kakak sebagai kelurga terdekat dan kok ya kebetulan punya penyakit bipolar, tetapi lebih ke ternyata si gebetan sudah memberikan hatinya ke orang lain (siapapun dia, kebetulan aja kakak gw)
    jadi ya sudahlah ya ga usah maksa, bukannya ga mau berjuang juga, tapi buat apa, masalah cinta & hati tidak bisa dipaksa dan memaksa :)

    ininadia07@gmail.com

    ReplyDelete
  19. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  20. kalo ada gebetan aku, suka sama kakak (yg bipolar). sejujurnya aku bukan orang yg suka konfrontasi, so aku bakaln diem aja... Diem dsini sih bukan maksudnya pasrah, pada masanya, disaat momen dan waktu nya tepat kalo misalnya aku suka, aku bakalan ngeyakinin apa perasaanku itu bener2 dalam ke dia. kalo aku bener2 sayang sama dia, tapi dia lebih cinta sama kakak aku, ya pastinya aku bakalan ngomong ke dia, well buat mastiin hati aku, biar lebih tenang dan nggak ada beban nantinya. untuk selanjutnya terserah dia... :D

    Twitter: @maristayunis
    Email: dhani.marista@gmail.com

    ReplyDelete
  21. Pastinya sedih banget kalau gebetan ternyata menyukai kakakku sendiri. Pasti awalnya ada rasa nggak rela dan aku bakal ngediemin kakakku. Tapi lama kelamaan kayaknya aku bakal bisa ikhlas, deh. Buat apa mempertahankan rasa suka kepada orang yang nggak menyukaiku? Dan setelah itu aku juga bakal minta maaf ke kakakku karena udah ngediemin dia. Karena aku sadar, persaudaraan itu lebih penting dari sekadar gebetan :D

    @zahra_salsa
    zahrasalsa38@gmail.com

    ReplyDelete
  22. hm. rumit juga situasinya.
    tapi jawabanku simpel aja. kalau memang gebetanku itu serius cinta sama kakakku, aku gak punya pilihan selain merelakan dan mendukung mereka (bahkan membantu agar kakakku suka dia juga). tapi kalau perasaan gebetanku cuma sekadar tertarik (gak sedalam cinta), aku harus berusaha memperjuangkan dia agar memilih aku.

    @azzahrayyy
    raybomantara@gmail.com

    ReplyDelete
  23. “Misalnya kamu punya kakak (lelaki/perempuan) yang mengalami bipolar disorder dan dia ternyata disukai gebetanmu, kamu bakal gimana? Merelakan si gebetan jadian sama kakakmu atau berjuang agar si gebetan lebih memilihmu?”

    Jujur, awalnya aku bakal sedih dan kesal sama kakakku dan jiwa kompetitifnya bakalan muncul kalau dihadapkan sama kasus seperti itu, dan aku akan mengabaikan penyakit bipolar kakakku, dan itu akan aku simpan diam-diam. Kalau sedang jatuh cinta, aku terkadang akan mengabaikan kondisi orang lain dan butuh satu tamparan untuk menyadarkanku. Jadi, jika depresi kakakku kambuh karena tahu kita menyukai seseorang yang sama, hal itu akan membuatku merelakan gebetanku. Jahat memang, tapi jika aku berkata jujur, mungkin akan jadi seperti itu. Itu jika aku tak tahu gebetanku menyukai siapa diantara kami. Tapi jika gebetanku ternyata suka sama kakakku, mau tidak mau aku harus merelakan gebetanku untuk kakakku, dan aku akan mendukung mereka, awalnya mungkin sedih tapi lama-lama pasti bisa move-on. Karena jika mereka saling menyukai, sudah sewajarnya mereka bersatu.

    Okky
    @medicalbookcafe
    okkysri@gmail.com

    ReplyDelete
  24. "Misalnya kamu punya kakak (lelaki/perempuan) yang mengalami bipolar disorder dan dia ternyata disukai gebetanmu, kamu bakal gimana? Merelakan si gebetan jadian sama kakakmu atau berjuang agar si gebetan lebih memilihmu?"

    Dipastikan dulu, kalau kakak saya suka, saya bakal coba buat ngikhlasin. Soalnya tadi ada kalimat, "dan dia ternyata disukai gebetanmu", dan nggak ada penjelasan buat perasaan si kakak saya. Tapi, kalau kakak saya enggak suka balik sama gebetan saya, ya saya perjuangin buat tetap pertahankan gebetan saya gimana pun caranya. Masa saya harus ngikhlasin sementara kakak saya aja cuek bebek sama gebetan saya? Hihihi, aneh, kan jadinya kalau begitu? Berjuang dulu, lah. Baru nanti kalau sudah enggak bisa nyerah. ^^v

    Lushy
    @_wolfhara
    luqyanalushy@gmail.com

    ReplyDelete
  25. Seandainya aku punya kakak yang mengalami biopolar disorder dan dia ternyata disukai sama gebetanku, ya relain ajalah. toh masih banyak orang yang jauh lebih baik dan jelas suka sama aku diluar sana, buat apa mempertahankan seseorang yang sudah jelas gasuka sama kita. tapi mungkin bakalan ada rasa canggung antara aku sama kakaku, tapi semua bakalan baik2 aja kok kalo salah satu diantara kita ada yang mau ngalah, malah kalo aku ga ngalah mungkin aku bakalan cekcok sama kakaku, jadi ya banyak2 sabar aja :)

    @dininurainii
    dininurainidn@yahoo.co.id

    ReplyDelete