Saturday, January 14, 2012

[Book News] Cuplikan Novel Metropop Ilana Tan - Sunshine Becomes You


Takjub. Dan, patut diacungi jempol. Calon novel karya Ilana Tan ini benar-benar dimanjakan dengan promosi yang getol sekali, bahkan sejak Desember 2011 silam. Hebatnya lagi, fans yang tak sabar menantikan kehadiran karya terbaru penulis novel metropop berseri laris berlatar musim (season) ini, cukup banyak, terlihat dari antusiasme mereka setiap kali ada kabar baru tentang novel ini. Baiklah, berikut ada secuplik isi dari novel yang diperkirakan akan dirilis awal Februari 2012 nanti.



”Oh, celaka!” Mia terkesiap kaget ketika mengeluarkan ponsel dari tasnya. Alex Hirano sudah mencoba menghubunginya berkali-kali, tetapi Mia tidak menyadarinya karena ponselnya berada di dalam tasnya yang ditinggalkan di kursi penonton. Ia bergegas mengenakan celana jins dan sepatu, lalu berpamitan kepada guru tarinya.

Laki-laki itu pasti marah besar, pikir Mia cemas dan cepat-cepat menelepon Alex Hirano. Mia berlari-lari kecil menyusuri koridor di antara deretan kursi penonton ke arah pintu keluar.

Pada deringan kedua, suara Alex Hirano pun terdengar di ujung sana. ”Clark? Kenapa kau tidak menjawab teleponku?”

Mia mengernyit. ”Maaf,” katanya cepat. ”Aku tidak mendengar bunyi telepon.”

”Apakah kau tahu sudah berapa lama aku menunggu?”

”Maaf,” ulang Mia. ”Kau ada di mana sekarang? Aku akan segera ke sana.”

”Berhenti,” kata Alex Hirano tiba-tiba.

Mia otomatis berhenti melangkah walaupun ia tidak mengerti apa yang dimaksud laki-laki itu. ”Apa?”

”Ya, berhenti seperti itu,” kata Alex. ”Sekarang berputar ke kiri.”

Mia menuruti kata-kata Alex Hirano.

Dan mata Mia melebar kaget ketika melihat Alex Hirano duduk beberapa kursi jauhnya dari tempatnya berdiri. Laki-laki itu tersenyum kecil kepadanya sambil menurunkan ponsel dari telinga.

Mia mengerjap heran. Pertama, karena Alex Hirano tersenyum. Laki-laki itu belum pernah tersenyum kepadanya selama Mia mengenalnya. Alex memang sering tersenyum hambar dan sinis, tetapi itu tidak bisa dihitung sebagai ”senyuman”, bukan? Kedua, karena Alex Hirano ada di sana. Mia tidak tahu mana yang lebih mengherankan baginya.

”Kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Mia sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah-olah mencari seseorang yang bisa menjelaskan kenapa Alex Hirano ada di sana, lalu kembali menatap laki-laki itu. ”Sudah berapa lama kau di sini?”

Alex Hirano memasukkan ponselnya ke saku celana dan berkata ringan, ”Omong-omong, kau sudah boleh menurunkan ponselmu.”

Mia tersentak dan menyadari ponselnya masih ditempelkan ke telinga. Ia buru-buru memasukkannya kembali ke dalam tas. Ia baru ingin mengulangi pertanyaannya ketika Alex menyelanya.

”Jadi itu yang dinamakan tari kontemporer,” gumam Alex sambil memandang ke arah panggung, tempat para penari sibuk berlatih.

Mia tidak tahu apakah Alex Hirano sedang membicarakannya atau para penari di panggung itu. Apakah laki-laki itu melihatnya menari tadi?

”Aku tidak menyangka kau mendengarkan lagu-lagu Italia,” lanjut Alex sambil kembali menoleh ke arah Mia.

Oh ya, laki-laki itu sudah ada di sini ketika Mia menari tadi.

Mia mengangkat bahu dan membalas, ”Aku bahkan tidak menyangka kau tahu lagu itu lagu Italia.”

Alex Hirano menatap Mia dengan mata disipitkan, tetapi kali ini Mia tidak merasa ingin mundur teratur. Tatapan Alex kali ini bukan tatapan dingin dan bermusuhan. Dan omong omong, Alex juga tidak marah-marah karena tidak bisa menghubungi Mia dan terpaksa harus menunggu. Mengherankan sekali.

”Aku ini musisi,” sahut Alex dengan sebersit nada angkuh dalam suaranya. ”Tentu saja aku tahu semua jenis lagu dan musik.”

Mia ingin membalas bahwa bukan musisi saja yang perlu tahu tentang musik. Penari juga perlu. Tetapi saat itu Alex berdiri dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari deretan kursi penonton, jadi Mia mengurungkan niatnya dan menyingkir sedikit untuk memberi jalan.

Alex keluar dari teater dan Mia mengikutinya dari belakang. ”Jadi kau sudah bertemu dengan gurumu?” tanya Mia berbasa-basi sambil mengenakan jaket luarnya.

Alex mengangguk. ”Sudah.”

”Gurumu masih ingat padamu?”

”Tentu saja,” sahut Alex dengan nada tersinggung, seolah-olah semua orang di Juilliard pasti tahu siapa dirinya.

Mia tidak berkomentar.

Alex ragu sejenak, lalu akhirnya bertanya, ”Yang tadi itu guru tarimu?”

Mia melirik Alex. Sungguh, laki-laki itu agak berbeda hari ini. Ia mengajaknya mengobrol, padahal biasanya ia hanya akan bicara dengan kalimat pendek dan seperlunya. Sepertinya suasana hati Alex Hirano sedang baik hari ini.

”Ya,” sahut Mia singkat. ”Salah satunya.”

”Dia sangat memujimu tadi.”

”Benarkah?” gumam Mia sambil lalu.

Alex menoleh menatapnya. ”Katanya kau salah satu penari terbaiknya.”

”Oh ya?” Mia mengangkat bahu. ”Banyak penari lain yang lebih baik dariku. Omong-omong, kau mau pergi ke mana sekarang? Pulang? Bagaimana kalau kau tunggu di pintu depan dan aku akan pergi mengambil mobil…”

Alex menggeleng dan menyela, ”Aku belum ingin pulang.”

”Oh? Lalu kau mau pergi ke mana?”

Alex berpikir sejenak. Lalu sekali lagi seulas senyum samar tersungging di bibirnya dan ia berkata, ”Toko musik.”

source: facebook Gramedia

3 comments:

  1. semoga buku PO cepet sampeeee~ >.<

    ReplyDelete
  2. @Jessica...sudah PO juga ya? ....tenangg...mari bersabar menunggu yaaaaa....:)

    ReplyDelete
  3. udaa~ hehehe :D
    aminnn. tapi saya ga sabaran pengen baca! ><

    ReplyDelete