Monday, July 14, 2014

[Buku diFILMkan] Review - Delirium TV Series (Pilot)


Terus terang, saya belum membaca bukunya. Delirium by Lauren Oliver. Namun, saya selalu bersemangat jika mendengar kabar ada buku yang diadaptasi ke media lain. Termasuk Delirium ini. Meskipun, kemudian saya agak bertanya-tanya, mengapa hanya diangkat ke layar kaca bukannya ke layar lebar? Well, tak perlu ambil pusing. Pengarang dan kreatornya pasti punya alasan khusus kenapa Delirium lebih cocok divisualisasikan ke media serial televisi.
Ninety-five days, and then I'll be safe. I wonder whether the procedure will hurt. I want to get it over with. It's hard to be patient. It's hard not to be afraid while I'm still uncured, though so far the deliria hasn't touched me yet. Still, I worry. They say that in the old days, love drove people to madness. The deadliest of all deadly things: It kills you both when you have it and when you don't.






Setahu saya, episode pertama (pilot) dari rencana produksi serial TV Delirium ini sudah kelar syuting tahun 2013 kemarin dan hak siarnya dibeli oleh FOX. Tapi, belakangan diketahui bahwa FOX menolak menayangkan serial ini sehingga nasib produksi utuh dari serial ini menjadi tak jelas. Sebagaimana dilansir oleh EW.com, inilah alasan mengapa FOX menolak menayangkan serial ini:
Deemed “too young” for Fox’s audience. I know — Fox could have concluded that from reading the book and saved everybody the trouble. But there’s a difference between being youthful on paper and the resulting pilot feeling too young.

Syukurlah, agar episode pertama yang sudah dibuat tidak mubazir, dan fans Delirium juga dapat menikmati visualisasi novel ini, Hulu menayangkan pilot episode itu.

  
Dan, saya pun sudah menontonnya.

Saat pertama kali berniat menontonnya saya tak berekspektasi apa-apa. Sekadar menonton saja. Saya sadar, ekspektasi yang terlalu berlebihan bisa membuat kecewa, kan? Maka, standar penilaian saya setting seminimal mungkin ketika video player laptop memutar Delirium.

Seperti halnya pilot dari banyak serial televisi, episode pertama ini dialokasikan untuk memperkenalkan para tokoh dan setting waktu serta tempatnya. Lena Haloway (Emma Roberts) sekaligus berperan sebagai narator yang menjelaskan beberapa hal sepanjang film. Layaknya kisah ber-setting dystopia, para tokoh di Delirium tinggal di suatu tempat yang di-manage oleh pemerintahan yang bersifat mengekang (diktator).


Cinta dianggap penyakit berbahaya, "the deliria", dan mesti dicarikan obat penangkalnya serta mesti hidup di kota yang dilindungi pagar pembtas dengan dunia luar yang dianggap berpenyakit. Setiap anak yang lahir di kota itu yang sudah mencapai usia tertentu (18 tahun) harus menjalani prosedur vaksinasi untuk mencegah terkena penyakit cinta. Pada saat itulah Lena yang bersiap menjalani prosedurnya bertemu dengan Alex Sheathes (Daren Kagasoff), seorang petugas polisi (?) yang ternyata sebenarnya dia adalah warga dunia luar yang sengaja menyusup dan tinggal di kota tersebut (berpura-pura telah disembuhkan dari penyakit cinta) untuk sebuah misi.

Pada episode ini juga ditampilkan gambaran kehidupan keseharian Lena yang dirawat oleh kakaknya yang sudah menikah dan hubungan pertemanannya dengan Hana Tate (Jeanine Mason). Di sisi lain, juga ditampakkan kehidupan Julian Fineman (Gregg Sulkin), anak seorang pejabat kota yang mulai merasa ada yang janggal pada dirinya. Saya tak tahu pasti apa, mungkin dia pun akan menjalani prosedur yang sama dengan yang dijalani oleh Lena?


Konflik lebih banyak mengikuti pencarian jati diri Lena sampai dengan ia semakin dekat dengan Alex dan mengetahui bahwa ada dunia lain selain kota mereka. Bahwa cinta sebenarnya bukanlah penyakit berbahaya sebagaimana dianggap oleh pemerintah. Alex mencoba memengaruhi Lena untuk memercayainya dan mengajaknya keluar untuk membuktikannya. Episode ini diakhiri dengan adegan Lena dan Alex yang berlari menuju pagar pembatas untuk menyeberang, dengan Alex yang gagal mencapai pagar (dan ditembak) sedangkan Lena sukses memanjat pagar dan sampai di luar.


Karena saya belum paham esensi dari Delirium ini, maka saya memang agak bingung dan hanya menikmati sesi introduksi segala atribut dan penokohan Delirium. Secara keseluruhan, sebagai sebuah serial televisi sih lumayan, so so begitu. Not bad tapi juga Not: WOW. Dari segi pengambilan gambar, standar serial TV Amerika-lah. Sedangkan, dari aktingnya juga lumayan. Emma Roberts sepertinya cukup berhasil menjelma sebagai Lena. Namun, sebagai pilot memang saya tidak benar-benar dibuat penasaran dengan episode ini (dan keseluruhan ceritanya). Saya hanya manggut-manggut, "Ya, ya, ya" waktu menontonnnya.


Pada akhirnya, sepertinya saya memang mesti membaca bukunya juga untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang Delirium. Dari episode pertama sih hampir mirip dengan Hunger Games dan Divergent, ya? Ada unsur "seleksi" pada setiap tokohnya. Di Delirium saya menganggap prosedur analisis tentang virus cinta pda diri Lena sebagai fase seleksi.

Untuk yang sudah membaca buku ini, menjadi fans buku ini, dan sudah menantikan buku ini difilmkan, silakan tonton pilot dari serial televisi Delirium ini. Entahlah, apakah ke depannya masih akan ada rumah produksi yang melanjutkan pembuatannya. Kita tunggu saja.

Ulasan pilot ini juga ada di deliriumnet.com

2 comments:

  1. Aku juga belum baca bukunya sih bang. Pas nonton pilotnya, otakku langsung keinget sama Matched-nya Ally Condie. Tapi buat serial tv Delirium ini emang biasa banget sih. Padahal biasanya plot itu dibikin heboh biar penonton penasaran. Sayang juga tuh Emma Roberts kan jarang main serial tv kenapa ditolak sama FOX.

    ReplyDelete
  2. udah bacaaaaaa, suka banget sama bukunya tapi begitu baca buku kedua langsung anjlok, bereharap buku ketiga bisa menebus kekecewaanku :(

    ReplyDelete