Thursday, March 28, 2013

[Resensi Kumcer] Love Journey by Delia Angela dan Lily Zhang


Bagaimana perjalanan cintamu?


Judul: Love Journey: Flash Fiction Collection
Pengarang: Delia Angela & Lily Zhang
Penyunting: Evi Mulyani
Tata Letak: Delia Angela
Desain Sampul: Dadan Erlangga
Penerbit: Elfbooks
Tebal: 146 hlm
Harga: Rp30.000
Rilis: November 2012
ISBN: 978-602-19335-2-7
 
Pastinya, setiap dari kita memiliki kisah perjalanan cinta masing-masing. Ketika mata beradu pandang, rasa saling bertautan, dan hati bertemu hati, saat itulah rajutan benang cinta mulai menyatukan dua insan yang terpanah asmara. Lalu, bagaimana kisah cintamu bermula? 

Apakah kamu bersua belahan jiwamu ketika secara tak sengaja kamu berkunjung ke toko buku kecil di ujung jalan sana, serupa film komedi romantis ala Julia Roberts dan Hugh Grant di Notting Hill? Apakah kamu sengaja membuntuti seseorang yang menarik minatmu sejak kali pertama kamu terpesona pada senyumnya? Apakah kamu menemukan letupan adrenalin setelah berdebat maya dengan seseorang yang ternyata adalah rivalmu dalam bisnis seperti kisah Meg Ryan dan Tom Hanks di You’ve Got Mail? Apa pun kisahmu, seharusnya perjalanan menujunya menjadi suatu pengalaman yang tak akan mungkin terlupakan. Benar, kan?

Love Journey karya Delia Angela dan Lily Zhang ini menggambarkan bagaimana cinta dipertemukan. Sengaja atau kebetulan, diliputi kesedihan atau kebahagiaan, berbalas atau bertepuk sebelah tangan, sampai cinta yang bertemu karena campur tangan orang lain. Kedua penulis, dengan gaya masing-masing menyuguhkan ragam kisah perjalanan cinta.

gambar dari sini: la-dilacious.blogspot.com

Terdapat kurang lebih 118 kisah pendek (flash fiction) gabungan dari kedua penulis. Jujur saja, saya bukan penikmat kumpulan cerita. Saya memang agak berat menuntaskan baca buku ini. well, ini memang hnaya subjektivitas selera saya belaka. Bagi saya, membaca kumpulan cerita itu melelahkan, karena pada masing-masing cerita kita disuguhi kondisi yang tak jarang mendaki bukit tinggi lalu menggelinding pada lereng curam hingga tercebur ke kedalaman lautan. Nah, bayangkan keadaan itu berulang-ulang terus pada 100-an cerita. Apa tidak lelah? Bagi saya pribadi, iya, itu sungguh melelahkan. Saya dipaksa mengontrol emosi pada masing-masingnya.

Okay, kembali ke Love Journey ini. Beberapa kisah lucu, kocak, dan bikin ngakak. Apalagi kalau yang pas banget sama kondisi diri sendiri. #makjleb. Sebagian lagi bikin miris, pengen gampar seseorang, sampai menghamburkan sumpah serapah. Tapi, nggak semua kisah memberikan sesuatu. Beberapa membuat saya bosan. Satu-dua malah saya pikir, “Ngapain sih cerita biasa pake banget gini ikut dimasukin di buku ini?”

Jika ditanya lebih suka tulisan siapa dari kedua penulis di buku ini, saya akan memilih tulisan Delia Angela sebagai tulisan yang mudah disukai. Gaya menulisnya santai, mengalir, diksi sederhana, dan dekat dengan realita keseharian sehingga menjadikan cerita-cerita mini perjalanan cinta racikannya mudah untuk dicerna. Sementara itu, tulisan Lily cenderung mengutamakan keindahan kata-kata. Dengan keterbatasan ruang bercerita, diksi yang indah menjadi penghalang untuk terhubung dengan kisah rekaannya. Bahkan, beberapa di antaranya terkesan tak bermakna (bagi saya pribadi) sangking kerasnya usaha untuk menciptakan kalimat-kalimat mendayu. 

Dari sekian cerita mini yang ada dalam Love Journey ini, berikut adalah beberapa judul yang menjadi favorit saya: Penyelamat? (hlm. 6), Kaki (hlm. 56), dan Best Man (98) karya Delia Angela serta Untaian Dendam (88) karya Lily Zhang. Menurut saya, dalam kerangka ruang terbatas yang dimiliki setiap cerita mini, twist di bagian akhir cerita memegang peranan kunci penentu bagus tidaknya cerita tersebut. Dan, keempat judul favorit saya itu memiliki twist keren di bagian ending-nya yang membuat saya sering salah tebak. Bagaimana dengan cerita lainnya? Kadang bagus, kadang biasa saja, namun yang cukup disayangkan sebagian besar cerita tidak meninggalkan kesan mendalam, paling tidak bagi saya.

Jika diizinkan untuk memberikan saran, sebaiknya penyajian buku ini dibagi ke dalam beberapa bagian, disesuaikan dengan kedekatan unsur cerita. Misalnya: bagian perjumpaan untuk menggambarkan kisah-kisah awal tertambatnya hati dalam simpul cinta, lalu dilanjutkan bab menumbuhkembangkan cinta itu sendiri, lalu diteruskan bab tentang luka karena cinta, dan sebagainya. Dengan demikian, perjalanan cinta akan lebih terasa. Tak dimungkiri memang beberapa cerita di buku ini hampir sama, hanya diubah setting lokasi dan tokohnya saja sedangkan esensinya sama. 

Baik, secara keseluruhan saya tetap merekomendasikan buku ini buat dibaca oleh siapa saja, khususnya yang gemar baca kumcer/flash fictionringan. Untuk saya, membacanya sekali saja sudah cukup. Oiya, di buku ini juga masih cukup banyak salah ketik (typo).

My rating: 2,5 out of 5 stars

0 comments:

Post a Comment