Thursday, September 13, 2012

[Resensi Novel Romance] With You by Christian Simamora dan Orizuka


Sehari bersamamu, cukuplah bagiku...

365 hari dalam setahun,
24 jam dalam sehari.

Di antara semua waktu yang kita punya,
kau sengaja memilih hari itu.

keluar dari mimpi indah,
lalu hadir dalam hidupku...

sebagai cinta yang selama ini aku tunggu.

WITH YOU adalah Gagas Duet, novella dari dua penulis GagasMedia: Christian Simamora dan Orizuka. Keduanya mempersembahkan dua cerita cinta yang menemukan takdirnya dalam satu hari saja.

Judul: With You (Sehari Bersamamu)
Pengarang: Christian Simamora dan Orizuka
Editor: Alit Tisna Palupi
Proofreader: Gita Romadhona
Pewajah sampul: Dwi Anissa Anindhika
Penerbit: Gagas Media (Gagas Duet)
Tebal: xviii + 298 hlm
Harga: Rp50.000
Rilis: Juni 2012
ISBN: 9789797805739
http://www.goodreads.com/book/show/15713938-with-you

Apa yang bisa terjadi dalam hitungan beberapa jam? Dua orang yang baru saja berjumpa di suatu waktu, mungkinkah punya kesempatan untuk mengenal lebih dekat dan bahkan menyelami hati satu sama lain secara lebih mendalam? Atau, dua hati yang telah memutuskan tak lagi bersama, dapatkah kembali menyatu ketika secara tak terduga dipertemukan kembali? Itulah dua penggal kisah, dari dua tokoh yang saling berhubungan dalam novel bertajuk With You karya Christian Simamora dan Orizuka yang tergabung dalam proyek Gagas Duet oleh Penerbit Gagas Media.

Bagi saya, dua penulis ini begitu populer dan telah memiliki fan base yang cukup besar. Dua karya terdahulu Chris, Pillow Talk dan Good Fight, telah rampung saya baca sehingga paling tidak saya sudah bisa merasai bagaimana gaya berceritanya. Sementara itu, saya belum pernah membaca satu pun karya Orizuka....*mendadak hening* #eh.enggak.ding.ini.perasaan.saya.aja....... Meskipun beberapa bukunya sudah dengan manisnya tertumpuk di lemari buku, Fate-Our Story-Best Friend Forever-The Truth About Forever, saya belum juga membacanya. Maka, penggalan kisah yang ditulis Ori di novel ini adalah icip-icip pertama saya pada gaya menulisnya.

Keduanya memiliki gaya bercerita yang begitu berbeda. Mungkin, memang dari sinilah ide Gagas Duet itu hadir, menyatukan dua penulis berbeda gaya dalam satu rangkaian cerita di mana kedua penulis tetap dibebaskan menggunakan gaya masing-masing. Mungkin, itu menurut saya!

Cinderella jadi model...



Ketimbang Pillow Talk atau Good Fight, saya jatuh suka pada Cinderella Rockefella, instantly. Entahlah. Saya merasa Chris berhasil membuat satu cangkir kopi yang begitu nikmat di sini. Gaya menulisnya tetap ceplas-ceplos dengan selipan frasa khas pergaulan metropolitan yang fashionable. Berkisah tentang Cinderella “Cindy” Tan – Jeremiah “Jere” Fransiskus Atmadjaputra, dua model yang dibooking dalam satu sesi pemotretan yang kemudian saling menaruh rasa. Dan, melalui satu makan malam sederhana namun luar biasa keduanya lantas tak lagi bisa menyangkal bahwa ada beribu kupu-kupu yang bermain di perut masing-masing.

Namun, apakah sudah sebegitu saja? Garis besarnya, iya. Namun, untuk menuju penyatuan rasa kedua tokoh, kita disuguhi flash back story dan gelenyar rasa masing-masing selama waktu persuaan itu. Bagi kalian yang menyukai suasana romantis, siap-siap terletup-letup deh. Awas juga kena serangan demam, panas-dingin nggak keruan ketika merunuti jam demi jam percakapan kedua tokoh yang merupakan ungkapan kekaguman tertahan satu sama lain.
Pernah nggak sengaja ketumpahan air panas?

Cindy menyentuh permukaan bibirnya dengan ujung jari. Masih nggak percaya Jere mencium bibirnya barusan. Seperti kulit yang terasa nyeri karena air panas, rasa bibir cowok itu di bibirnya menyengat dan meninggalkan kesan yang tak bisa dilupakan begitu saja. (hlm. 118)
Jika kamu sudah membaca dua novel Chris terdahulu yang saya sebut di atas, kamu pasti sudah langsung ngeh bahwa tokoh dan setting lokasi dalam novella Cinderella Rockefella ini masih agak nyambung. Sayang sekali, saya melupakan detailnya. Apakah Cindy-Jere ini adalah model dalam pemotretan yang dilakukan Jet-Tere di Good Fight.

Balik ke alasan mengapa saya lebih suka novella ini adalah karena tidak mengumbar sensualitas yang berlebihan. Saya masih ingat ketika membaca Pillow Talk saya tak bisa menahan heran akan banyaknya adegan mandi ...*doeng*...lalu di Good Fight, malah ada adegan mandi sambil....*you know what*....*doeng lagi*....nggak papa juga sih, namanya juga novel untuk dewasa dan dewasa muda, jadi wajar saja. Dan alasan terkait hal ini murni subjektivitas saya belaka. Semua tergantung selera masing-masing, kan?

Pesona Karimunjawa...

Wahhh, setting lokasinya bikin mupeng nih. Saya sudah sangat ingin ke sana, tapi belum kesampaian juga. Hikz.


Setelah membaca romantisme Cinderella Rockefella yang berombak, menikmati romantisme Sunrise karya Orizuka itu ibarat menikmati perguliran mentari pagi. Perlahan. Hening. Syahdu. Mendayu. Melankolis. Serupa air danau yang beriak kecil. Tenang namun menghanyutkan.

Lyla “Lyla” Andhara Johan dan Arjuna “Juna” Taslim baru saja putus setelah menjalin kasih semenjak mereka masih remaja tanggung berseragam putih abu-abu. Lyla yang dirundung masalah keluarga tersentuh pada hal-hal kecil yang dilakukan Juna, sedangkan Juna menyukai keunikan Lyla yang berbeda dari cewek SMA kebanyakan. Namun, seiring bergulirnya waktu, ada yang berbeda di antara keduanya. Celah kecil melebar jadi jurang yang merenggangkan hubungan. Ditambah lagi, tidak adanya komunikasi terbuka yang jujur dan tulus dari keduanya sehingga kata putus pun terucap. Lyla terguncang. Bagaimana dengan Juna?

Dalam suatu waktu ketika mereka masih memadu kasih, Lyla-Juna sempat berangan mengunjungi Karimunjawa berdua, namun hal tersebut tak pernah terlaksana. Kini, Lyla memutuskan untuk backpacking ke Karimunjawa sebagai refreshing. Lalu siapa sangka jika ketika hendak menikmati keindahan pulau di utara kota Jepara itu, ia justru dipertemukan dengan Juna yang juga sedang di sana bersama teman-teman klub selamnya. Keduanya tak menyangkal, gejolak itu masih ada. Menggetarkan ruang-ruang terdalam di bilik hati masing-masing. Pun ketika sesosok Fadhil, cowok pemandu selam di Karimunjawa, begitu dekat dengan Lyla, kecanggungan Lyla-Juna membawa pada kenyataan tak terbantahkan. Mereka masih saling menyayangi.

Komunikasi adalah salah satu unsur terpenting dalam suatu hubungan. Saya bukan ahli, namun sempat pula merasakan betapa komunikasi bisa menentukan harmonis tidaknya suatu hubungan. Sedikit saja lupa menelepon atau sms [status: LDR] bisa-bisa “si dia” disambar orang. Pada kasus Lyla-Juna, ada sesuatu yang urung terucap, sehingga keduanya hanya memainkan perasaan sepihak. Merasa ini-itu, tapi apakah benar perasaan itu, mereka tak pernah mengonfrontasinya.
“Matahari terbit itu awal dari hari baru.” Lyla kembali menatap ke arah matahari. “Matahari terbit memberi kesempatan untuk mulai semuanya dari awal.” (hlm. 258)
Rahasia-rahasia yang tertutup rapat di peti hati Lyla-Juna serasa berhamburan di antara sepoi angin Karimunjawa. Menguak segala teka-teki yang selama ini hanya berdenting di hati masing-masing. Lalu, apakah masih ada kesempatan bagi mereka untuk merenda kasih untuk kedua kalinya? Simak apa dan bagaimana keputusan hati itu dibuat dalam novella bertajuk Sunrise karya Orizuka ini.

Setiap dengar kata sunrise, saya pasti teringat duet maut Ethan Hawke dan Julie Delpy di film Before Sunrise (dan Before Sunset) ini:


Overall, saya suka gagas duet pertama yang saya baca ini. Well, nama kedua penulisnya sendiri sudah menjadi jaminan. Sesuai harapan saya sejak mula. Meski terlihat begitu kontras, bicara fashion lalu nyemplung ke laut, justru mengingatkan saya akan kekuatan masing-masing yang bisa memadu dalam dua jalinan yang saling bertautan namun tak sama. Saya juga happy, sedikit typo saja yang tersebar di sana-sini.

Mengingat ini baru satu judul gagas duet yang saya baca, saya tak akan menyimpulkan apakah memang itu tujuan yang ingin dicapai dari proyek ini, sebagaimana saya kemukakan di awal resensi ini. Target berikutnya saya ingin mencoba membaca Truth or Dare yang ditulis bersama oleh Winna Efendi dan Yoana Dianika serta Kala Kali yang ditulis bersama oleh Windy Ariestanty dan Valiant "Vabyo" Budi.

Selamat membaca, kawan!

My rating:



Foto: dari berbagai sumber

3 comments:

  1. udah baca Fly to the Sky lom kak? bagussssss bangettttttt! :D saya rekomendasikan. hehe.

    ReplyDelete
  2. akhirnya saya beli buku ini gara2 baca review ini haha :)

    ReplyDelete
  3. *meresapi review*

    *pegang-pegangbibir*

    errr, masa sih rasanya kaya ketumpahan air panas kalo dicium? *kok dibahas*

    Okeh kembali ke buku,jadi di sini konsep duet sehari bersamamu yang menjadi benang merah dari buku ini apa Jul?

    Bahasa Christian ini rada-rada ya? Pengen coba pinjam ah penasaran #hloooh.

    ReplyDelete