Wednesday, August 27, 2014

[Resensi Novel Terjemahan] Anna and The French Kiss by Stephanie Perkins


Menciummu di Puncak Notre-Dame
Dapatkah Anna menemukan cinta sejati di Kota Cahaya?

Anna tak sabar menanti tahun senior-nya di Atlanta. Tempat dia memiliki pekerjaan hebat, sahabat setia, dan cowok yang ditaksirnya yang baru saja membalas perasaannya. Oleh karena itu, dia menjadi kesal ketika ayahnya memutuskan untuk mengirimnya ke sekolah asrama di Paris. Sampai dia bertemu Étienne St. Clair, cowok cerdas, menawan, dan tampan. Étienne memiliki segalanya… terutama pacar yang dicintainya.

Namun di Kota Cahaya, harapan apa pun bisa saja terwujud. Akankah satu tahun romantis yang-nyaris-terlewatkan berakhir dengan ciuman Prancis yang didambakan-dambakannya?

Judul: Anna and The French Kiss
Pengarang: Stephanie Perkins
Penerjemah: Mery Riansyah
Penyunting: Bunga Siti Fatimah
Pewajah sampul: aneesy29@gmail.com
Penerbit: Laluna and Friends (StudioKata Books) --saya mendapat kiriman dari Penerbit
Tebal: 473 hlm
Rilis: Mei 2014
Harga: Rp69.000
ISBN: 9786927041004

Paris, Prancis, seakan tak pernah habis dijadikan latar kisah-kisah cinta nan membius yang akan diceritakan dari generasi ke generasi. Tak berlebihan memang jika kemudian selain dikenal sebagai Kota Cahaya, Paris juga dijuluki Kota Romantis. Anna and The French Kiss karya Stephanie Perkins ini juga mengambil sisi-sisi romantis Paris dalam balutan kisah drama remaja Amerika dengan latar belakang sekolah berasrama khusus bagi remaja Amerika di Paris.

Sudah lama saya tertarik untuk membaca buku pertama dari tiga buku yang direncanakan ditulis oleh Stephanie Perkins ini (Lola and The Boy Next Door dan Isla and The Happily Ever After juga sudah terbit versi aslinya-bahasa Inggris). Saya mendengar begitu banyak respons positif dari buku ini, tentu saja, terutama saya dapatkan informasinya dari goodreads.com. Bahkan, per 26 Agustus 2014, buku ini memiliki rating 4.15 dari skala 5, dan telah dibaca lebih dari 118 ribu orang. Mantap. Tapi, sekian lama saya tak juga berusaha mencari bukunya. Pernah, sih, mengunduh versi e-book-nya tapi kemudian saya abaikan, hehehe. Syukurlah, kurang lebih empat tahun setelah rilis buku versi bahasa Inggris-nya, Laluna and Friends akhirnya menerbitkan buku ini dalam versi terjemahan bahasa Indonesia. Yay!


Secara garis besar, tak ada yang terlalu istimewa dari cerita Anna yang (merasa dipaksa oleh ayahnya untuk) pergi dan tinggal dan bersekolah di sebuah sekolah menengah atas khusus remaja Amerika di Paris selama setahun penuh ini. Bahkan, bisa saya bilang plot dari novel ini pun biasa saja dan sudah terlampau sering diangkat dalam cerita-cerita lain. Liku-liku harian anak pindahan yang mesti beradaptasi dengan lingkungan baru, bertemu sahabat dan berkencan dengan sahabat, dimusuhi saingan, dimanfaatkan saingan, sahabat jadi musuh, lalu sahabat jadi cinta. Biasa saja. Tapi, kemampuan menulis Stephanie Perkins memang harus diacungi jempol. Berkat kepiawaiannya menarik-ulur kisah Anna-Etienne di buku ini membuat saya betah membaca lembar demi lembar buku ini sampai akhir.

Well, memang ada kalanya saya bosan ketika Anna dan Etienne bersikap labil. Suka tapi diam saja. Berciuman tapi saling menyangkal. Ingin bersama tapi tak pernah menyatakan. Saya gemas bukan kepalang. Mereka bahkan sudah tidur seranjang (meski hanya sekadar tidur, bukan "tidur" yang begituan). Tapi, tetap saja, mestinya mereka bisa mengambil sikap yang tegas. Hah! Unsur-unsur macam beginilah yang kadang membuat saya kurang menyukai kisah-kisah berbumbu sahabat jadi cinta. Capek ditarik-ulur mulu.

Gambar dari: http://www.123rf.com
Hanya saja, ternyata saya labil juga. Pada satu titik saya menyukai Stephanie Perkins yang memberikan waktu yang cukup (dalam artian agak "lama") untuk membuat Anna dan Etienne saling merasai getaran di antara mereka, meski lagi-lagi saya sebal ketika membaca pengakuan Etienne di bagian akhir. Huhuhu, bisa enggak sih enggak usah dikasih tahu kalau ---sensor--- sejak awal. Saya memang menyukai kisah cinta yang bertumbuh kuncup demi kuncup, bukannya cinta yang sudah mekar sejak pertemuan pertama. *sigh*

Meskipun keseluruhan novel diceritakan dari sudut pandang Anna, namun kisahnya tak hanya tentang Anna semata. Cukup banyak subplot yang mendukung pengembangan konflik utama. Tentang Anna dan seorang cowok bernama Toph dan sahabat karib yang dituduhnya berkhianat, Bridgette. Tentang orangtua Anna di Amerika. Tentang orangtua Etienne yang bermasalah. Tentang teman-teman baru Anna: Meredith, Rashmi, Josh, Dave, Amanda, dan Isla. Serta tak lupa juga digambarkan suasana sekolah dan asramanya.

Bonus dari membaca novel ini adalah kita diajak berkeliling ke tempat-tempat bersejarah yang tak hanya romantis tapi juga menambah wawasan. Anna dan Etienne juga memberitahu kita bahwa di Paris ada begitu banyak bioskop pribadi yang meskipun penontonnya tak banyak, bioskop tersebut tetap bisa bertahan. Jadi kepingin ke Paris, nih.

Point Zero - Paris (gambar dari flickr, kairos.exposures)
Katedral Notre Dame (gambar dari: http://world-visits.blogspot.com)
Gargoyle di Katedral Notre Dame (gambar dari: http://blog.catherinedelors.com)
Dari sisi kekurangannya, selain ritme adegan yang terkesan agak boring karena tarik-ulur dan plot yang lumayan klise, tak banyak yang saya komplain. Novel ini romantis maksimal, deh. Hanya dari segi editing dan proofreading yang masih bisa diperbaiki, typo-nya bikin gatel padahal di bab-bab awal lumayan mulus, ke tengah ke belakang kok makin banyak typo-nya. Hal lain, di beberapa tempat bahasa terjemahannya agak belibet, entah dari sananya begitu atau bagaimana, hanya saja beberapa kali saya mengerutkan dahi. Anehnya, beberapa bab di belakang justru bagus banget terjemahannya. Pas gitu tanpa bikin mumet.

Oke, untuk kamu yang menyukai kisah remaja romantis dengan aksen Prancis yang seksi, saya merekomendasikan untuk membaca novel ini. Pelan-pelan saja bacanya, nikmati runtutan kisah Anna dan Etienne merajut kasih di Kota Cahaya. Selamat membaca!

My rating: 4 out of 5 star.  

3 comments:

  1. wishlist lama banget, sabar ya.... *puk-puk dompet*

    ReplyDelete
  2. Rada takut baca terjemahan penulis luar tuh...

    ReplyDelete
  3. baguuuussss ini aku suka banget bukunya xD

    ReplyDelete