Wednesday, April 29, 2009

Pengarang Pilihan: Clara Ng



Jika ditanya kenapa seorang Clara Ng menulis, ia menjawabnya dalam novel Dimsum Terakhir. Ia mengaku bahwa ia menulis karena usia ini singkat dan begitu banyak yang harus diungkapkan. Ia menulis karena ia tidak abadi tapi ceritanya imortal. Ia menulis karena hidup lekang sementara imajinasi seluas alam semesta. Ia menulis karena ia tidak punya sayap sementara komitmennya terhadap seni dapat mengantarnya ke langit ketujuh.

Clara Ng menerbitkan novel pertamanya pada tahun 2002, dengan judul Tujuh Musim Setahun, yang langsung melejitkan namanya sebagai salah satu novelis berbakat di Indonesia. Dua tahun vakum, Clara Ng melakukan come back dengan menjadi pelopor genre Metropop pada pertengahan tahun 2004 dengan menerbitkan novel keduanya yang berjudul Indiana Chronicle - Blues, yang merupakan buku pertama trilogi Indiana Chronicle.

Pada tahun 2005, Clara Ng yang lulusan Ohio State University, jurusan Interpersonal Communication ini, langsung menerbitkan dua novel sekaligus pada awal tahun: Indiana Chronicle- Lipstick dan The (Un)Reality Show. Dan pada bulan Juni di tahun yang sama, Indiana Chronicle - Bridesmaid, yang melengkapi trilogi Indiana Chronicle pun terbit.

Sebagai wujud kecintaannya pada anak-anak, wanita kelahiran tahun 1973, istri Nicholas Ng ini juga menulis buku anak-anak. Seri pertama buku anak-anaknya adalah Berbagi Cerita Berbagi Cinta, yang terdiri atas tujuh buku. Salah satu buku dalam seri ini, yang berjudul Gaya Rambut Pascal memperoleh penghargaan Adikarya Ikapi untuk cerita anak pada tahun 2006. Pada tahun 2007, Clara Ng kembali memperoleh penghargaan Adikarya Ikapi untuk salah satu buku anak-anak dari sembilan buku dalam seri Sejuta Warna Pelangi, berjudul Melukis Cinta. Dan pada tahun 2008, ia mengeluarkan seri terbaru yang terdiri atas lima buku, berjudul Bagai Bumi Berhenti Berputar.

Menulis buku anak-anak tidak membuat Ibu dua anak ini melupakan akarnya sebagai novelis. Pada bulan Maret dan April 2006, Clara Ng menerbitkan Utukki: Sayap Para Dewa dan Dimsum Terakhir. Saat ini Clara Ng juga sedang sibuk dalam persiapan pra-produksi novel Dimsum Terakhir untuk diangkat ke layar lebar yang rencananya akan tayang tahun 2009.

Tahun 2007 merupakan tahun yang penting buat Clara Ng. Selain menerbitkan novel Tiga Venus pada awal tahun 2007, novelnya yang berjudul Gerhana Kembar dipilih menjadi cerita bersambung di harian Kompas selama bulan Oktober 2007 sampai Februari 2008.

Clara Ng yang kini jadi full time writer ini juga tampak tidak kenal kata puas. Ia juga merambah menjadi cerpenis. Beberapa cerpennya dimuat di media-media nasional. Dan pada bulan Agustus 2008, sejumlah cerpennya dikumpulkan dan dimuat dalam kumpulan cerita pendek berjudul Malaikat Jatuh.

Membaca merupakan bagian proses menulis itu sendiri bagi seorang Clara Ng, sehingga tidak heran koleksi bukunya saat ini mencapai 1000-an judul dan dipastikan akan terus bertambah. Selain membaca, Clara berusaha menyelipkan jadwal menonton bioskop di antara jadwalnya yang padat, dan ia tidak pernah bisa betah menonton TV.

Clara Ng adalah penulis yang kaya imajinasi. Dalam sembilan novelnya yang sudah terbit ada beragam tema dan kisah di sana. Mulai dari kisah perempuan metropolitan, ibu, janda, anak, dalam tema cerita keluarga, manusia dengan kepribadian terpecah, hingga kisah fantasi dewa-dewa Mesopotamia. Itu sebabnya Clara Ng paling sebal jika ditanya apakah novel-novelnya adalah pengalaman pribadi. "You get ideas all the time. The only difference between writers and other people is we notice when we're doing it." Itu mungkin kutipan yang pas dari kata-kata Neil Gaiman, salah satu pengarang favorit Clara Ng, untuk menjelaskan dari mana ide-ide tulisannya berasal.

Buat Clara Ng, menjadi penulis adalah profesi yang soliter dan berat. Menulis adalah memasuki dunia di mana hanya ada kau dan tokoh-tokoh ciptaanmu yang berlarian dalam otakmu, demikian katanya. Sampai saat ini ia masih terus memelihara kegelisahan yang menjaga komitmennya untuk terus menulis. Segala kritik, caci-maki, gosip, serta saran juga membuatnya belajar untuk rendah hati. Di antara semua itu Clara Ng juga tak henti-hentinya bersyukur atas segala dukungan sahabat-sahabat yang mendukung komitmennya sebagai pekerja seni di dunia sastra Indonesia.

Beberapa karya Clara Ng:
- Trilogi Indiana Chronicle
- Metropop Tiga Venus
- Metropop Tea For Two
- Utukki: Sayap Para Dewa
- Dimsum Terakhir
- dan beberapa lainnya.
picture: courtesy of clara ng blogdrive

1 comment:

  1. Begitu sukarkah menghasilkan buku, sama ada buku fiksyen, buku ilmiah atau buku bukan fiksyen? Buku individu yang hendak menjadi penulis tetapi ramai yang tidak berjaya, apatah lagi sebagai penulis yang dapat memberikan sumbangan yang bermakna di dalam dunia penulisan. Malah bukan menjadi rahsia lagi, ada yang masih lagi bermain dengan angan-angan. Mengapa anda hendak menadi penulis buku? Menulis buku dapat dilakukan sepenuh masa sebagai profesional dan dapat juga sebagai kerjaya sampingan.

    ReplyDelete