Wednesday, May 20, 2009

Resensi Novel Chicklit: Kristy Nelwan - Perempuan Lain


Sekali lagi tentang Selingkuh!





Judul: Perempuan Lain

Pengarang: Kristy Nelwan

Penerbit: PT Grasindo

Genre: Romance-Comedy, Metropop, Novel Dewasa

Tebal: 362+xii halaman

Harga (Toko): Rp46.500 (discount jadi Rp17.000) --> Beli

Rilis: 2007



Kekecewaan saya pada ending ‘miris’ yang disajikan Kristy dalam novelnya, L, tidak mengurangi minat saya untuk selalu menantikan karya-karyanya selanjutnya. But, rasa-rasanya, sejak L, saya belum lagi menemukan novel dengan sampul depan bertuliskan nama salah satu penyiar radio kondang di Bandung tersebut. Maka, ketika saya mengunjungi situs inibuku.com, dan menemukan novel perdana Kristy bertajuk Perempuan Lain ini, tanpa berpikir panjang, saya langsung memesannya. Lebih-lebih novel ini masuk dalam daftar promo novel yang dijual discount. Wow, saya makin gemas ingin segera mengoleksinya.



Agak terlambat, memang, bila saya baru membaca novel ini. Berhubung telah banyak yang membaca dan mereview novel ini terlebih dahulu ketimbang saya, baik di blog maupun situs komunitas pembaca. Tetapi, saya tetap semangat menulis review novel bersampul unik ini (khas Grasindo). Selain karena memang pantas untuk direview juga karena saya ingin “melegitimasi” kepiawaian Kristy sebagai salah satu ‘calon-penulis-favorit’ saya. Hehehe, sok banget deh gue…



Saya merampungkan membaca novel bersetting kota kembang, Bandung, dan sekilas kota Jakarta ini, dalam tempo tiga hari, di luar jam kantor dan diselisihi kesibukan ber-facebook-an. Dalam kondisi memungkinkan, weekend atau day off, saya bisa saja menyelesaikannya dalam sehari (atau bahkan hitungan jam).



Basically, I love it. Seperti halnya, L, novel ini benar-benar mengalir dengan lancar. Bebas dari segala macam hambatan yang ribet. Kaitan satu konflik dengan konflik lain terajut dengan rapi dan logis-logis saja. Meski, beberapa kadang masih mengundang tanya, karena terlalu terlihat serba kebetulan. What a coincidence! Tetapi dalam dunia nyata pun tak jarang kita temui sesuatu secara kebetulan, bukan? Jadi, selama tidak selalu serba kebetulan rasanya tak perlu berpayah untuk mengritik bagian yang ini secara berlebihan. Lebay deh…



Bukan tema baru. Saya bisa mengatakannya begitu karena saya terlebih dulu terpikat pada soulmate.com-nya Jessica Huawe. Keduanya sama-sama mengupas seputar perselingkuhan. Secara umum, konflik yang ditawarkan Kristy lebih kompleks ketimbang yang dipaparkan Jessica. Tetapi, tidak etis rasanya membandingkan keduanya, bukan? Ide dan jalinan kedua cerita, tentu saja, telah melalui proses kreatifitas tiada terkira dari masing-masing pengarangnya. Jadi, mari kita biarkan keduanya menjadi karya dengan kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Yeah.



Kembali ke Perempuan Lain. Saya kurang tahu, apakah dalam girl-group, selalu begitu karakteristiknya. Satu centil. Satu tomboy. Satu feminin. Satu kasar. Satu lembut. Hampir-hampir karakteristik begitu yang ditokohkan oleh para pengarang. Tak terhitung rasanya. Pun, dengan bilangan jumlahnya. Kalau tidak 3, ya 4. Sesekali 5. Apakah memang begitu? Don’t know. Jika iya, novel ini juga terjebak ke dalam skema yang sama. Tidak adakah karakter lain yang bisa disusupkan?



Soal penokohan, dari dialog dan penggambaran, sebenarnya tidak ada yang salah. Dari awal hingga akhir, tidak ada yang goyah. Meski saya sempat merasa agak kehilangan dengan sosok Hesti (salah satu girlfriend-nya Maya, si tokoh utama). Dari dialog bagiannya, di sekitar pertengahan, rasa-rasanya tokoh Hesti menjadi tidak lagi seperti penggambaran di awal, lembut dan feminin. Cuman perasaan gue aja kali ya…Sedangkan dari setting-nya, deskripsi Kristy tentang beberapa tempat sungguh-sungguh menghipnotis saya dan menggelegakkan niat saya untuk mengunjunginya. Rasanya begitu nyaman jika bisa menjelajahi Bandung. Saya pernah sekali melakukannya. Dan ingin lagi. Tapi, kapan ya, gue bisa piknik ke Bandung lagi….ngarep mode on.



Soal teknis, damn, saya sebetulnya mencoba untuk tidak mengritiknya. But, I am really sorry. Saya tidak bisa berdiam saja. Entah, kali ini kesalahan saya limpahkan kepada siapa. Harusnya, sih, kepada editornya. Beliau yang memastikan tidak terjadi kerancuan, baik dari segi tulisan maupun kesinambungan cerita, kan? Kristy (kelihatannya mencoba melucu) dengan menuliskan beberapa nama dan produk yang disamarkan. Adiel Peterband (Ariel Peterpan?) dan Nokila (Nokia?). Tapi sayang, tidak semuanya begitu. Nama Krisdayanti dan Luna Maya masih tetap tampil sebagaimana aslinya. Nah, tentang ini, ada beberapa kali ‘keseleo’ menyebut Adiel menjadi Ariel.

Halaman 40: …Pengisi acara yang harus dicari untuk mendampingi Adiel Peterband sebagai…

Halaman 142: …Aku masuk ruang meeting, menyalami Ariel dan mencoba…

Halaman 180: …Lalu, terakhir, biaya jutaan untuk membayar Peterpan rasanya…

Hahahaha. Moga gue ga dicap freak, ya, gara-gara sering protes soal tulisan en ketikan. Tapi, bagi saya kesempurnaan sebuah cerita akan berkurang jika kesalahan teknis begini masih saja ada. Kenikmatan membaca menjadi luruh beberapa derajat.



Anyway, saya punya line yang sangat saya suka. Cerdas sekali. Berikut saya cuplikkan.

Dia meneguk habis kopinya dan mengernyit. Riza tidak mau gula di dalam kopinya, tapi setiap menghabiskan kopi dia selalu mengernyit dan bergumam, “Pahit.”
Hahahaha. Gue bener-bener gak bisa gak ngakak pas baca bagian itu. Gila! Cerdas pisan, euy. Soal ceritanya sendiri, dengan gaya flashback yang cukup konsisten dan tidak bertabrakan satu dengan yang lain serta pas pada tempat dan waktu, saya pikir cukup ramuan olahan Kristy ini. Tidak membuat kenyang, pun cukup untuk mengganjal lapar. Bagi saya, gaya bahasa dan pengunaan prokemnya sudah memadai (sesuai selera saya). Endingnya pun dibuat sangat tidak terduga. Bravo!



Satu lagi yang membuat saya terkesan. Adalah tokoh Riza. Awalnya saya menebak cowok ini naksir pada Tiara, kakak Maya. Belum lagi analogi Maya yang mempertanyakan sikap Riza yang ingin mencari tambatan hati yang mirip Diva-nya Dee/Dewi Lestari (Supernova – Puteri, Ksatria, dan Bintang Jatuh), begitu mengarah ke Tiara. Tidak tahunya Riza malah kepincut pada….ah, nggak deh, lo cari ndiri jawabannya ya….hehehehe.



So, overall, novel ini sangat laik untuk dibaca dan dikoleksi. Terutama bagi yang suka novel metropop dan chicklit. Soal pesan moral yang coba disampaikan oleh Kristy, saya pikir setiap orang akan menemukan versinya masing-masing, jadi silakan membacanya sendiri untuk menemukan selipan hikmah dari rangkaian peristiwa yang diuntai oleh Kristy.



Selamat membaca.





0 comments:

Post a Comment