Saturday, October 11, 2008

[Resensi Novel Terjemahan] Mary Carter - She'll Take It


Bagus sekaligus membosankan...

Saya, Melanie Zeitgar, dalam keadaan sehat jasmani dan rohani bersumpah dengan segenap hati bahwa saya tidak akan mengklepto lagi. Tidak akan lagi!*

*Terkecuali jika: Putus cinta, berat badan naik, kehilangan pekerjaan, audisi yang payah, audisi yang bagus banget ketika kau tidak mendapat panggilan lagi, tagihan-tagihan kartu kredit yang menggunung, gigi berlubang atau perut lapar, trauma akibat menggunakan menu otomatis pada telepon, mendapat kunjungan mengejutkan dari Mom, tidak ada telepon dari CSUSI (Cinta Sejatiku untuk Saat Ini), dan jika terjadi serangan kejadian-kejadian tragis yang mengakibatkan stres di masa mendatang. Amin.

Temui Melanie Zeitgar. Seorang aktris ambisius yang menjadi seorang pekerja temporer. Ratu Cerdas Tangkas, jago membalas kalimat lawan bicaranya. Dan seorang kleptomaniak tulen. Untuk Mel, mencuri itu seperti halnya cinta: ia mengetahui apa yang ia inginkan begitu melihatnya. Sayangnya, Mel melihat itu di mana-mana: Sabun-sabun yang indah. Kaus-kaus kaki. Lipstik. Cashmere sweater. Tampon. Kondom. Permen. Make up. Vibrator biasa.

Peraturan utama Melanie — dalam kehidupan, percintaan, dan pengkleptoan — adalah ini: Jangan Pernah Tertangkap. Tapi ada kalanya, pengklepto yang terhebat pun punya hari cuti. Sekarang, ketika setiap bagian dalam kehidupannya berubah drastis dan tak terkendali, Melanie menemukan seorang pria yang hatinya tersedia bagi Mel untuk diambil... jika ia cukup berani membayar harganya....
Judul: She’ll Take It! – Berdoa Dulu Sebelum Mengutil
Pengarang: Mary Carter
Penerjemah: Lianita Simamora
Penerbit: Gagas Media
Genre: Romance-Comedy, ChickLit
Tebal: 426+x halaman
Harga (Toko): Rp41.000
Rilis: 2007 (cetakan ketiga)

Hmm… sedap sekali. Tapi, agak sedikit mual. Yeah, saya terpukau begitu menyelesaikan ChickLit debutan Mary Carter ini. Terperangah. Ternganga. Terpesona. Terpikat. Sekaligus, bosan. Sungguh kontras memang, tapi itulah yang sebenar-benarnya saya rasakan. Cerita yang fantastis tetapi kelewat bertele-tele.

Stop. Sebelum saya meracuni siapa pun juga. Bertele-tele yang saya maksud di sini dalam artian positif, kok. Bagus, bukannya jelek. Sebuah improvisasi yang kereeeen meskipun bagi saya kelewat berputar-putar. Mirip film India. Kalau kita melihat film India, lihat deh, sedikit-sedikit pasti nyanyi, sedikit-sedikit pasti nari, tidak peduli lagi sedih atau senang. Pokoknya nyanyi dan nari. Tapi, justru itulah uniknya film India. Ciri khas. Coba saja bayangkan film India tanpa nyanyi dan nari (sudah ada sih film India yang tanpa nyanyi dan nari), kayaknya kurang afdhol, kan?

Begitu juga dengan ChickLit yang topik utamanya membicarakan seputar kleptomania ini. Detil panjang-lebarnya yang hampir saja ‘membunuh’ minat saya untuk merampungkan membacanya, sebenarnya adalah bumbu utama yang tidak bisa dihilangkan dari novel setebal hampir 500 halaman ini. Saya berjanji, akan membaca ulang secara lengkap, dan semoga kebosanan yang menyerang saya ketika membaca untuk kali pertama tidak lagi muncul. I hope.

Entahlah, saya selalu suka dengan karya terjemahan. Maka, sudah sepantasnya saya acungkan jempol, dua sekaligus, bagi peng-alih bahasanya. Mereka jenius sekali (ini pujian yang tulus dari seseorang yang sudah belajar bahasa Inggris bertahun-tahun tapi masih juga payah!), bisa menerjemahkan karya dalam bahasa asing ke dalam bahasa Indonsia dengan pilihan kalimat yang gokil. Bagus banget. Cool, deh!

Kalau untuk kritik positif, rasanya 4,5 bintang dari 5 bintang yang biasanya disiapkan dalam kasus resensi, saya berikan untuk ChickLit ini. Saya sampai sebal dibuat kalang kabut oleh Melanie, tokoh utama dalam novel ini. Karakternya ajaib, konsisten, dan tak tergoyahkan hingga akhir cerita. Unik. Nggak nyangka. Susah deh diungkapkan dengan kata-kata, sangking oke penokohannya.

Kritik negatifnya, teteup! Kesalahan teknis, entah penrbit entah penyunting entah pengetik naskah, masiiiiiiiiiiiih ada yang salah ketik/double. Plis deh!

Dari segi tulisan, susah nyari cela-nya. Namun, yang masih sedikit mengganjal adalah kemahiran Melanie dalam meng-klepto barang-barang kadang kurang terekspos secara maksimal sehingga saya kurang menghayati keterampilan penuh talenta itu. Entahlah, apakah memang sengaja tidak didetilkan (biar tidak dianggap mengajari cara mengutil yang mantap) ataukah memang sulit mendeskripsikannya. Dan paling, detil panjang-lebar yang membuat saya bosan apalagi gaya flashback yang digunakan Mary membingungkan saya. Misalkan saja, Melanie sedang di meja makan, terus ada kejadian tidak enak, pikirannya langsung melayang pada kenangan masa kecilnya. Kejadian begitu, sering sekali dibuat oleh Mary. Saya yang kurang sabaran menjadi cepat sekali bosan. Selebihnya, TOP BGT dah! Kocak. Seru.

Summary

Melanie Zeitgar adalah seorang aktris yang masih juga belum beruntung mendapat peran apapun dari berbagai audisi yang pernah diikutinya. Maka demi mendapatkan uang ia rela bekerja temporer dalam bidang apa saja, mulai dari menjadi tugas pengarsipan hingga tukang scanner barang di sebuah supermarket, yang selalu mendatangkan sial. Mel tinggal seapartemen dengan Kim, sahabat sekaligus model yang cantik dan seksi yang selalu menimbulkan rasa minder pada Mel, dan juga berteman dengan Tommy, seorang model pria tampan yang homo.

Mel tergila-gila pada Ray, seorang vokalis band yang adalah mantan pacar dari musuh bebuyutannya, Trina. Mel rela melakukan apa saja untuk mencuri perhatian Ray dan menjauhkannya dari jangkauan Trina. Ketika menjadi petugas pengarsipan, Mel bertemu dengan Greg Parks, partner dalam firma hukum tempat Mel bekerja. Mel mengingkari getar perasannya apalagi saat itu ia memang sedang kasmaran pada Ray.

Namun, dari semua hal yang aneh itu, Mel punya rahasia besar yang tidak diketahui oleh siapapun, bahkan orangtua dan sahabatnya, kecuali alarm sensor dan kamera pengintai di toko-toko/supermarket. Yeah, Mel adalah seorang kleptomaniak. Pengutil. Tapi, Mel tidak sembarangan dalam mengutil, ia selalu punya alasan setiap melakukan aksinya. Ia pun selalu membuat perjanjian-perjanjian, langsung dengan para Santo, sebelum melaksanakan aksinya.

Lalu, bagaimana aksi Mel tersebut? Apakah ia berhasil menaklukkan hati Ray? Apa yang dilakukan Mel pada keluarga, terutama Mom dan Zach, kakaknya yang selalu mencampuri hidupnya? Bagaimana dengan Trina? Kemudian, apakah selamanya rahasia Mel akan tetap terjaga? Apa hubungannya dengan pengakuannya bahwa ia adalah seniman pembuat jam? Siapakah Greg Parks sesungguhnya? Bagaimanakah nasib persahabatannya dengan Kim dan Tommy? Nah, temukan jawabannya dalam novel yang juga mendapat banyak pujian dari sesama penulis ChickLit ini.

Beberapa pujian pada novel ini:

“Minggir, Shopaholic! (seri Shopaholic milik Sophie Kinsela) dengan keterampilan tangan yang luar biasa lucu, She’ll Take It adalah satu-satunya di Amerika yang merekam rentetan petualangan seorang musuh masyarakat yang memiliki gangguan kejiwaan. Menikmati buku ini adalah sebuah kejahatan!’
- LIZ IRELAND, penulis How I Stole Her Husband –

“Pedih dan kocak luar biasa, ini adalah bacaan yang sangat memuaskan.”
- EUGENIE SEIFER OLSON, penulis Babe in Toyland – 

3 comments:

  1. sebenarnya buku berjudul "she'll take it" itu ada berapa versi / volume ?
    sinopsis dan cover yang ini berbeda dengan buku yang HAMPIR saya beli setahun yang lalu.
    tolong informasinya. terima kasih

    ReplyDelete