Sunday, February 25, 2024

[Resensi Novel Young Adult Contemporary] YELLOWFACE by R.F. Kuang


First line:
PADA malam aku menyaksikan Athena Liu tewas, kami sedang merayakan perjanjian pembuatan film TV-nya dengan Netflix.
—hlm.7, BAB 1


June Hayward dan Athena Liu sama-sama penulis. Athena, keturunan Asia, ternyata lebih ngetop. Sementara June berpendapat tak ada yang akan tertarik pada karyanya, gadis kulit putih biasa.

Ketika Athena mendadak meninggal, June mencuri manuskrip Athena lalu menyerahkannya ke penerbit sebagai karyanya.

Penerbit membuat citra baru bagi June, lengkap dengan foto yang ambigu memgenai etnik dirinya.

Di luar dugaan, buku itu sukses besar.

Namun, June tidak bisa lolos dari bayangan Athena, dan bukti-bukti bermunculan, mengancam kesuksesan June.

Saat berpacu untuk menutupi rahasianya, June jadi tahu seberapa jauh ia berani bertindak untuk mempertahankan apa yang menurutnya layak ia dapatkan.

Judul: Yellowface

Pengarang: R. F. Kuang

Penerjemah: Poppy D. Chusfani

Penyunting: Rosi L. Simamora

Penyelearas Aksara: Karin Rusli

Perancang Sampul: Marcel A.W.

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 336 hlm

Rilis: 27 September 2019

My rating: 4 out of 5 star


Sejatinya saya sudah kepingin baca buku ini sejak lama. R. F. Kuang saat ini jadi salah satu pengarang dengan magnet terkuat yang terus menarik saya untuk membaca setiap karya yang diterbitkannya. Well, saya baru baca dua dari tiga buku trilogi Poppy War dan belum baca Babel, sih, tapi tetap saja… Kuang saat ini jadi jaminan mutu buku bagus.


Alhamdulillah, ternyata Yellowface, one of the newest Kuang’s writing and most awaited books in 2023 (sekaligus akhirnya menyabet gelar Goodreads Choice Award kategori Fiction), akhirnya diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Bersyukur, sudah ada buku ini di katalog Perpustakaan Cikini, sehingga saya bisa meminjamnya.


Ringkasan:

Yellowface dikisahkan melalui POV orang pertama oleh June “Juniper Song” Hayward, seorang aspiring writer yang terjebak di antara rasa iri dan frustrasi karena karier kepenulisannya tak kunjung moncer, di mana novel debut yang dikerjakannya sepenuh hati, gagal memikat pembaca hingga cepat terlupakan. Di sisi lain, ada Athena Liu, gadis Asia-Amerika seangkatannya yang langsung melejit sejak debut novelnya. Celakanya (atau untungnya?), pada suatu malam, ketika sehabis nongkrong Athena mengundang June mampir ke apartemennya, Athena meninggal akibat insiden yang tak terduga. Dan, entah kesambet apa, dalam keadaan serbakacau, June malah membawa manuskrip karya terakhir Athena yang kisahnya begitu luar biasa. Dari situlah, segala konflik dan ketegangan terbangun hingga akhir buku.


Aspek seru yang membuat saya betah membaca buku ini tentu saja dunia perbukuannya. Meskipun berbeda dengan kondisi di Indonesia, melihat lebih detail tahapan sebuah buku bisa terbit di Amerika sana juga tetap menyenangkan, dan menambah wawasan, tentu saja. Tak berselang lama setelah membaca Yellowface, saya menonton video dari salah satu booktuber yang saya ikuti channel-nya (@christy-anne-jones), tentang perjalanannya mendapatkan literary agent untuk menerbitkan buku-bukunya. Dan, ya, apa yang dikisahkan di Yellowface sedikit banyak tervalidasi. Karenanya saya cukup bisa merasai bagaimana frustrasinya June mendapati novel debut yang dirawatnya sejak masih berupa draft tak mendapat sambutan yang pantas dari kalangan pembaca.


Terlebih di saat yang bersamaan, ada Athena yang diakuinya memang cerdas nan berbakat dan sekaligus memiliki privilese di dunia perbukuan yang sedang mengagung-agungkan diversity karena memiliki darah Asia, melejit ke puncak popularitas yang didamba June. Segala kemudahan dunia literasi seakan tak henti menghampiri Athena. Dari puncak tangga buku laris, kesepakatan adaptasi buku ke film dan serial televisi, hingga beragam penghargaan perbukuan. Frustasinya makin membara dibakar api iri.


Namun, sejatinya June bukanlah tokoh antagonis yang sejak awal memiliki niatan jahat hendak merebut segala yang dimiliki Athena. Dia hanya kebetulan mendapat kesempatan dalam kesempitan. Saya cukup teryakinkan mengapa June sampai melakukan apa yang dikisahkan dalam Yellowface, meskipun ada satu bagian khusus yang agak kurang digambarkan mengapa tiba-tiba June sudah membaca manuskrip terakhir Athena yang dibawanya sejak malam tragis itu, yang kayaknya belum ada seminggu dari malam meninggalnya Athena secara mendadak itu. 


Dan, seperti halnya pencuri amatiran yang takut tindakannya ketahuan, June mencoba beragam cara agar apa yang dia lakukan tak sampai terbongkar. Meskipun pada awalnya June mencecap kenikmatan sebagai penulis laris, malam-malamnya tak lagi hening yang mendamaikan. Setiap waktu, dia merasa seseorang akan mengetahui dan membocorkan apa yang telah dia lakukan dengan manuskrip Athena tersebut. Dan, benar saja, apa yang dia takutkan mulai muncul satu demi satu, siap menghancurkan mimpi yang baru saja hendak diwujudkannya. 


Dalam Yellowface pun tervalidasi apa yang juga sempat saya alami. Betapa sulitnya menulis cerita dari ketiadaan, sedangkan ketika mendapat kesempatan mengedit sebuah naskah, dengan lancar saya bisa menambahkan aneka imajinasi ke dalamnya hingga menjadi satu cerita yang–menurut saya–utuh dan indah. Oleh karenanya, saya pun kembali memaklumi perasaan June ketika dia masih sulit keluar dari bayang-bayang Athena demi membuktikan diri bahwa dia pengarang dengan ide gemilang ciptaannya sendiri.


Pada akhirnya, memang ending-nya tak memenuhi sebagian besar ekspektasi awal dan membuat saya termangu cukup lama. Namun, jika ditanya, harus ditutup seperti apa kisahnya, saya pun tak tahu harus bagaimana. Berharap June tak ketahuan sampai akhir? Berharap June akhirnya mengakui apa yang dilakukannya dan menerbitkan ulang buku itu dengan namanya dan Athena bersanding bersama di sampulnya? Atau… bagaimana?


Saya jadi salah satu dari ratusan ribu pembaca yang menyukai buku ini. Terlepas dari segala kontroversi dan hal-hal lain yang menyeruak setelah buku ini terbit, ikut deg-degan bersama June menjadi pengalaman menyenangkan selama membaca Yellowface. Selamat membaca, kawan.


End line:
Dan pada saatnya nanti, ini akan menjadi kisahku lagi.
—hlm.333, BAB 24

Thursday, April 8, 2021

[Resensi Novel Sastra] Damar Kambang by Muna Masyari


First line:
Kau baru berusia empat tahun, ketika di rumah itu, aku padam secara tak terduga.
---hlm.13, BAB GUBENG

Damar Kambang menyingkap tirai kusam tradisi pernikahan Madura, di mana harkat dan martabat dijunjung tinggi melebihi segalanya. Cebbhing, gadis 14 tahun dari Desa Karang Penang, menjadi tumbal tradisi pernikahan itu. la terjebak dalam pergulatan hidup yang disebabkan oleh keputusan-keputusan sepihak orangtuanya. Diri Cebbhing kemudian tak ubahnya seperti medan karapan sapi, tempat berbagai kekuatan magis saling bertarung dan berbenturan.

"Dalam perkembangan sastra mutakhir, Muna Masyari adalah sebuah meteor yang datang tanpa diduga, sekonyong-konyong muncul dengan sinar yang memukau... Muna Masyari, secara tidak langsung dan tidak menggurui, mengajak pembaca untuk mempertimbangkan kembali mengenai makna sebenarnya di balik budaya lokal, dalam hal ini budaya Madura. Inilah inti persoalan dalam novel Damar Kambang: apa dan siapa orang Madura itu sebenarnya." —Budi Darma, novelis dan cerpenis

"Muna Masyari tahu bahwa di kampungnya yang bertanah garam itu selalu ada perempuan yang menyimpan ketangguhan dan menjaga sumbu damar kambangnya terus menyalakan harapan." —Sanie B. Kuncoro, novelis dan cerpenis

Judul: Damar Kambang
Pengarang: Muna Masyari
Penyunting: Udji Kayang
Penata Letak: Teguh Tri Erdyan
Perancang Sampul: Teguh Tri Erdyan
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal: vii + 200 hlm
Rilis: Desember 2020
My rating: 4 out of 5 star

Sebelumnya, secangkir terima kasih bertabur kembang melati saya persembahkan untuk Mbak Sanie B. Kuncoro yang sudah berkenan mengadakan giveaway kilat di Instagram hingga sekonyong-konyong saya ikut dan akhirnya bisa mencicipi pahit-getir kehidupan Chebbing di tanah garam dalam novel bersampul merah marun ini. Maturnuwun nggih, Mbak.

Antara abai atau lupa, saya membaca bab pertama dengan anggapan bahwa buku ini kumpulan cerpen. Sewaktu masuk bab kedua lalu berlanjut ke bab ketiga, barulah saya melongok lagi ke muka dan membaca judul yang tercetak di sampulnya: Damar Kambang: sebuah novel. Oke, ternyata ini novel. Bila tak berhati-hati, memang bab pertama terasa semacam bab lepasan yang tidak bersangkut-paut dengan bab berikutnya. Barulah nanti di hampir paruh bagian akhir novel, bab pertama ini akan disinggung dan menemukan tautannya kembali.

Ringkasan Damar Kambang:
Damar Kambang sejatinya berkisah tentang beberapa perempuan dan posisinya dalam struktur sosial masyarakat Madura terutama: Chebbing, Marinten, dan ibunya Kacong (saya terlewat, apakah diberikan nama atau tidak). Ketiganya mewakili tiga nasib yang berbeda, tetapi menyatu dalam satu takdir. Tragis, dramatis, dan penuh dengan unsur klenik.

Mungkin karena kedekatan dengan realitas bahwa saya wong etan (jawa timuran) yang meskipun secara bahasa dan adat-budaya agak berbeda dengan warga Madura, tetap saja sebagian di antaranya masih ada kemiripan. Ditambah lagi, saya memiliki kakak yang bekerja, menikah, dan menetap di Madura hingga saya kian tak sabar ingin membaca Damar Kambang ini.

Pun saya menyukai kisah tentang ritual budaya yang kental dengan segala perniknya, terutama unsur gaibnya alias klenik. Meskipun tak begitu memahami, sepertinya saya juga tumbuh dalam lingkup budaya Islam kejawen. Kami mengamalkan ibadah keagamaan diselipi dengan ritual kejawen, misalnya membakar kemenyan atau menyiapkan sesajen ketika menyelenggarakan syukuran dalam beragam kesempatan. Namun, sepertinya ritual semacam itu tak lagi kental di masa-masa sekarang, setidaknya di keluarga saya tak lagi menyimpan kemenyan di rumah (dan tentu tak lagi membakarnya).

Membaca Damar Kambang membawa saya menelusuri kembali masa-masa itu. Saya mencoba mengingat ritual pernikahan di kampung saya dulu dan membandingkannya dengan yang ada di novel ini. Dari judulnya, saya pun mengira-ngira novel ini tentang apa. Awalnya saya sulit mengartikan “damar” (malah kepikiran rotan?), sedangkan “kambang” saya langsung terpikir “mengambang di permukaan air”. Setelah dipikir-pikir lagi, barulah saya nemu padanannya dari yang saya pahami selama ini yakni “dimar” (atau ublik) = pelita. Dan, memang benar, itu maknanya. Damar kambang adalah semacam lampu/pelita yang dibuat dengan mengambangkan apinya di permukaan minyak. Dalam novel ini (budaya Madura), damar kambang dibuat dari pelepah daun pisang dan gumpalan kapas. Sampulnya juga merepresentasikan si damar kambang itu.

Damar Kambang mengajak kita menjejak tanah garam, Madura, dan menyaksikan beberapa adat dalam ritual perkawinan, kelahiran, hingga keseharian masyarakatnya. Kita juga dikenalkan dengan beberapa istilah/budaya Madura, misalnya carok, belater, gubeng, mokka’ blabar, moter dolang, dan toron tana (disediakan glosarium di akhir).

Dari segi cerita, juga cukup memeras emosi. Dari nasib Marinten yang berubah setelah suami kalah taruhan, pernikahan Chebbing yang dramatis, hingga terungkap rahasia yang terpendam dari masa lalu ibu Kacong. Sebagai pembaca, saya sulit tak merasa iba dan ikut tertekan menghadapi beragam rentetan pergulatan nasib itu. Entah, jika di posisi mereka, apakah saya akan sanggup menerima dan menjalaninya.

Kesan pertama dari membaca Damar Kambang, jalinan kalimatnya sangat rapi, telaten, dengan diksi yang cantik, tapi tetap sederhana dan mudah dicerna. Hanya saja, karena gaya penuturannya menggunakan tiga sudut dari PoV orang pertama (aku) untuk ketiga tokoh utama (Marinten, Chebbing, dan ibu Kacong), bersiap-siaplah untuk kedandapan (bingung) ketika mendadak dari aku-nya Chebbing di bab sebelumnya, bergeser jadi aku-nya ibu Kacong di bab selanjutnya. Yah, masih untung aku-nya tidak bercampur di dalam satu bab, sih.

Selain PoV dari tiga sudut itu, masih ada PoV orang ketiga dari (yang menurut saya) penceritaan “si damar kambang” yang dikursif (miring). Ada pula saat-saat kita membaca dari penuturan narator untuk adegan-adegan yang tidak melibatkan secara langsung tiga tokoh utama atau si damar kambang. Mulus-mulus saja sih pergantiannya, hanya saja untuk yang tak terbiasa (seperti saya), mesti agak lebih sigap biar nggak keteteran.

Secara umum, saya menikmati dan menyukai Damar Kambang. Kisah perempuan yang kental dengan bumbu budaya Madura dan segala unsur kleniknya begitu nikmat untuk dilahap, meskipun saya merasa penyelesaian akhir agak terburu-buru. Tak heran jika novel ini tipis saja. Silakan masukkan novel ini ke daftar bacaan, jika belum, untuk kamu yang ingin menambah khazanah kebudayaan nusantara.

Selamat membaca, kawan!

via GIPHY

End line:
Sebagai damar kambang yang sudah menyala sempurna di rumahmu, aku hanya bisa berharap dadamu cukup tangguh untuk mempertahankanku, untuk terus mempertahankanku, dari angin dan mulut penyihir....
---hlm.197, BAB: MENUAI BUAH BERDURI

Tuesday, April 7, 2020

[Reading Wrap-Up] Maret 2020


Halo, apa kabar, tweemans? Masih tekun mengikuti anjuran pemerintah untuk #SocialDistancing dan #PhysicalDistancing dengan #DiRumahAja, kan? Well, memang serbasusah ya, sekarang. Mau mengeneralisasi semua orang bisa dari rumah saja kerjanya, belum tentu tempat kerja atau jenis kerjanya memungkinkan untuk itu. Namun, demi kesehatan kita bersama di masa depan, selalu upayakan untuk tetap sehat hari ini, besok, dan besoknya lagi sehingga bisa menghindari tertular ataupun menularkan virus Covid-19 ini, ya. Kita sama-sama kok, berharap wabah ini segera berlalu dan semuanya kembali normal seperti sediakala. Aamiin.

Anyway, di sela-sela #WorkFromHome, pas #DiRumahAja, saya menyempatkan baca buku sebanyak-banyaknya, semumpungnya bisa. Dan, alhamdulillah, Maret yang biasanya bisa baca satu buku saja sudah syukur, Maret 2020 ini lumayan banget bisa merampungkan-baca beberapa buku, selain #novelMetropop terbitan GPU. Dan inilah buku-buku #BukanFiksimetropop yang berhasil saya rampungkan-baca di bulan Maret 2020.

Winna Efendi's unread books readathon. Hahaha, ini mah, buatan saya sendiri readathon-nya. Kepingin membabat timbunan, ternyata masih ada tujuh buku Winna Efendi yang belum saya baca. Oleh karenanya saya mencoba membabatnya bulan ini. Alhamdulillah, empat berhasil rampung-baca, dua lagi nanti akan menyusul: Someday dan Draft 1: Taktik Menulis Fiksi Pertamamu. satu lagi: One Little Thing Called Hope, belum kebeli, hehehe.

1. Tomodachi, rating: 4 bintang.
Pernahkah kau bertemu seorang perempuan yang tak pernah lelah menyalakan harap di hatinya? Dalam Tomodachi, kau akan bertemu perempuan itu. Perempuan biasa, tetapi punya harap luar biasa. Baginya, berlari dan menemukan garis akhir adalah sebuah keharusan. Tidak akan ada kata menyerah. 

Pernahkah kau memiliki seseorang yang selalu bisa menghapus cerita sedihmu? Dalam Tomodachi, kau akan menemukan tangan-tangan yang terikat pada satu kata: sahabat. Mereka yang keberadaannya membuat kau tak lagi merisaukan hari esok yang mungkin masih gelap.

Juga dalam Tomodachi, kau akan bertemu seorang laki-laki yang berlari dengan sepasang sayap. Yang selalu mengejar garis akhir, tetapi tak pernah ragu untuk diam sejenak menunggu.

Tomodachi dipersembahkan untukmu yang sedang melewati masa-masa pahit-manis dalam cinta dan persahabatan. Juga untuk setiap orang yang pernah melewati dan merindukannya.

Selamat menyusuri kisahnya.
—Editor S.C.H.O.O.L

2. Remember When, rating: 4 bintang
Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya. 

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?

Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?

"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?

Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.

3. Happily Ever After, rating: 3 bintang. One of the hardest Winna's book to dive into, after Unforgettable.
Tak ada yang kekal di dunia ini. Namun, perempuan itu percaya, kenangannya, akan tetap hidup dan ia akan terus melangkah ke depan dengan berani. 

Ini adalah kisah tentang orang favoritku di dunia.

Dia yang penuh tawa. Dia yang tangannya sekasar serat kayu, tetapi memiliki sentuhan sehangat sinar matahari. Dia yang merupakan perpaduan aroma sengatan matahari dan embun pagi. Dia yang mengenalkanku pada dongeng-dongeng sebelum tidur setiap malam. Dia yang akhirnya membuatku tersadar, tidak semua dongeng berakhir bahagia.

Ini juga kisah aku dengan anak lelaki yang bermain tetris di bawah ranjang. Dia yang ke mana-mana membawa kamera polaroid, menangkap tawa di antara kesedihan yang muram. Dia yang terpaksa melepaskan mimpinya, tetapi masih berani untuk memiliki harapan...

Keduanya menyadarkanku bahwa hidup adalah sebuah hak yang istimewa. Bahwa kita perlu menjalaninya sebaik mungkin meski harapan hampir padam.

Tidak semua dongeng berakhir bahagia. Namun, barangkali kita memang harus cukup berani memilih; bagaimana akhir yang kita inginkan. Dan, percaya bahwa akhir bahagia memang ada meskipun tidak seperti yang kita duga.

4. Girl Meets Boy, rating: 3,5 bintang
Dear Ava, 

Saat kamu menerima surat ini, mungkin aku udah nggak ada di sini. Mungkin aku udah jadi murid senior di Alistaire. Mungkin aku akan ada di lingkungan baru. Atau mungkin, di Broadway, tampil perdana untuk pertunjukan Annie dan tiketnya terjual habis dalam lima menit (boleh dong, ngarep). Who knows? Itulah hebatnya dunia, selalu penuh dengan kesempatan yang nggak terduga. Kita punya janji untuk saling menemukan, bukankah begitu?
Love,
Rae
____

Dear Kai,

And then I said, “Kai, aku sayang kamu.” Kamu menatapku, lalu mengusap rambutku lembut. Ini adalah kali pertama aku mengucapkannya kepada siapa pun. Kamu nggak mengatakannya balik. Dan, kurasa, sejak awal aku udah tahu.

Aku tahu tindakan kamu barusan adalah ucapan i-love-you terbaik yang mungkin bisa kudapatkan, but it’s okay, because I love you.

And unlike you, I’m not afraid of saying it.

Love,
Rae

***
Novel ini bercerita tentang kehilangan dan tentang menemukan. Tentang mimpi, tentang keluarga, tentang persahabatan, juga tentang memaafkan diri sendiri. Lewatnya, saya ingin berkisah perihal momen-momen yang sudah seharusnya berlalu dan dilepaskan. Karena setiap hal indah pada waktunya. Semoga kamu menyukai sepotong kisah ini dan mendengar musik yang bermain di baliknya.
Winna Efendi

Mira W.'s collection. Saya sudah ngumpulin banyak banget bukunya Mira W. Saya sih ngaku ngefan, tapi baru dua apa tiga buku yang kebaca dari puluhan yang sudah dibeli, hahaha #ketawamiris. Yawis, sekarang mulai nyicil baca, meskipun kurang bagus prospeknya. Dari lima judul yang direncanakan, dua tuntas terbaca, satu terpaksa DNF, dua lagi belum terbaca. Hiks.

5. Delusi (Deviasi #2), rating: 3,5 bintang. Ini lanjutan Deviasi (Deviasi #1), novel yang membuat saya bertekad mengoleksi semua karya Mira W. Resensi novel Deviasi intip di sini: Resensi Novel: Mira W - Deviasi
Setelah tujuh belas tahun dirawat di rumah sakit jiwa, Rivai yang mengidap deviasi seksual dan berkepribadian ganda, melarikan diri untuk mencari Arneta, mantan istrinya yang masih dianggapnya miliknya. 

Pelarian Rivai dipicu oleh tayangan sinetron yang dibintangi oleh Putri, anak perempuan Arneta yang memiliki wajah mirip ibunya. Rivai mengira Putri adalah Arneta.

Kepanikan semakin memuncak ketika terjadi tiga pembunuhan berantai yang diduga dilakukan oleh pembunuh yang sakit jiwa....

Dan ketika kecurigaan semua pihak tertuju pada Rivai, muncullah pembunuh yang sebenarnya....

Delusi, lembar penutup Deviasi, dirangkum dengan kisah seorang penderita skizoprenia paranoid yang mempunyai waham memberantas pelacuran dan perselingkuhan....
Punya hubungan apa dia dengan Rivai dan Arneta?

6. Nirwana di Balik Petaka, rating: 3 bintang. Terlalu banyak adegan sinetron, huh.
Dalam tawuran antara sekolahnya dengan sekolah lain, tidak sengaja Aris membutakan mata mata Pratiwi. Karena dikejar perasaan bersalah, Aris terpaksa mengawini gadis itu, walaupun dia tidak mencintainya. 

Petaka menyapa ketika suatu hari Aris bertemu kembali dengan Nila, kekasihnya yang telah lama menghilang....

Aris membawa Nila dan anak perempuannya ke rumahnya untuk bekerja sebagai pembantu. Sementara Pratiwi yang juga sudah mempunyai seorang anak perempuan, terus-menerus mencurigainya....






7. Semesra Bayanganmu, rating: DNF. Saya nggak sanggup merampungkan-baca. I just can't. Entahlah, jelek banget gaya tulisannya. Yaampun.
Namamu 
Tak pernah terucapkan bibirku 
Namun wajahmu 
Selalu terpendam di lubuk hatiku 
Karena cintaku 
Semesra bayanganmu. 

Seuntai sajak manis buat kekasih gelap membawa petaka. Seorang gadis remaja membunuh diri. Gadis lainnya diperkosa. Seorang pemuda hampir tewas dikoyak peluru. Pemuda yang lain terpaksa mendekam dalam penjara.

Ladang remaja yang seharusnya menuai keceriaan berubah tandus. Bencana demi bencana membayang bagai awan gelap menudungi mayapada.

Pernahkah cinta merenca dosa?
Haruskah cinta menuai derita jika dia tumbuh di lahan yang keliru?

Random Picks

8. Love and Other Words by Christina Lauren, rating: 3 bintang. Selow banget. Suka sih gaya nulisnya, tapi konfliknya gitu doang, ekseskusinya juga begitu doang untuk novel setebel ini.
The story of the heart can never be unwritten. 

Macy Sorensen is settling into an ambitious if emotionally tepid routine: work hard as a new pediatrics resident, plan her wedding to an older, financially secure man, keep her head down and heart tucked away.

But when she runs into Elliot Petropoulos—the first and only love of her life—the careful bubble she’s constructed begins to dissolve. Once upon a time, Elliot was Macy’s entire world—growing from her gangly bookish friend into the man who coaxed her heart open again after the loss of her mother...only to break it on the very night he declared his love for her.

Told in alternating timelines between Then and Now, teenage Elliot and Macy grow from friends to much more—spending weekends and lazy summers together in a house outside of San Francisco devouring books, sharing favorite words, and talking through their growing pains and triumphs. As adults, they have become strangers to one another until their chance reunion. Although their memories are obscured by the agony of what happened that night so many years ago, Elliot will come to understand the truth behind Macy’s decade-long silence, and will have to overcome the past and himself to revive her faith in the possibility of an all-consuming love.

Love, loss, friendship, and the betrayals of the past all collide in this first fiction novel from New York Times and #1 international bestselling author Christina Lauren (Autoboyography, Dating You / Hating You).

9. Jump by Moemoe Rizal, rating: 3,5 bintang. Hahaha, bitchy-dumb-dumb banget ini novelnya. Agak mirip Bring It On (film yang dibintangi Kirsten Dunst itu) dengan eksekusi konflik mirip Legally Blonde (meski nggak ada kaitan sama hukum kayak di filmnya Reese Witherspoon ini)
One-two-three-four, we’re the best cheers on the floor! Five-six-seven-eight, we’re the prettiest, ready to fight! Fight! Fight! Fight! We’re saying it right! Cheer! Cheer! Cheer! We own the atmosphere! C-C-C-CHEERLEADERS! 

Akui saja, cewek berseragam cheerleader SELALU terlihat tiga level lebih keren daripada cewek-cewek jelata lainnya. Belum lagi rambut indah, bodi oke, dan kaki langsing seperti supermodel—helloooo..., cowok mana sih yang sanggup menolak pesonamu?

Dan, saat akhirnya resmi bergabung dengan squad, kamu juga otomatis menjadi populer. Nggak usah heran kalau teman mendadak bertambah banyak di akun Facebook dan Twitter-mu. Orang yang tak pernah kamu ajak mengobrol, tahu-tahu menyapamu saat berpapasan di kantin. They practically worship you, adore you. Nggak heran, kamu kan the next it girl?

Sayangnya, nggak seorang pun pernah bercerita seperti apa hidup setelah menjadi populer. Kamu terpaksa harus mengakui, tak sedikit orang yang iri padamu. Setiap kau membalikkan badan, orang-orang pasti menggosipkanmu. Mereka berharap bisa menjatuhkanmu, mempermalukanmu. Satu skandal dan, voilà, kamu jadi bahan tertawaan selama berminggu-minggu.

But here you are. Tak peduli seperti apa orang membencimu, menikammu diam-diam dari belakang, kau akan tetap berdiri di puncak piramida dengan pom pom di kedua tangan. Suck it up, Darling, you are a cheerleader.

Nggak semua cewek bisa seperti dirimu.

10. Garis Lurus by Arnozaha Win, rating: 3 bintang. Sebenarnya bagus banget tema dan konfliknya, but I HATE his/her WRITING!!!
Tidak banyak yang tahu Miko Satrio menjalani hidup yang tidak mudah sebagai pengidap asperger dan Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Ia kesulitan memahami hal yang berkaitan dengan rasa dan imajinasi. Pikirannya benar-benar selogis 1+1=2. Bahkan terkadang orang-orang sekitar melihatnya bagai robot yang tak berperasaan. 

Tapi benarkah begitu?

Sebuah surel dari klien misterius meminta Miko terlibat dalam pembangunan vila di Bali. Tak disangka, itu menjadi awal jejak masa lalu yang membawa Miko ke titik terbaik dalam hidupnya. Mempertemukannya kembali dengan orang-orang yang mengajarinya bahwa garis arsitektur tidak selalu lurus. Orang-orang yang mengajarinya tentang rasa. Tentang menjadi manusia. Dan di atas segalanya, mengajarinya tentang cinta.

Cinta bisa sederhana. Bisa rumit. Tapi bagi pengidap asperger seperti Miko, cinta bisa mengancam jiwa.

Oiya, untuk bulan Maret 2020 sendiri, ditambah bacaan #novelMetropop, secara total saya berhasil merampungkan-baca 14 buku (yang DNF enggak dihitung, ya). Waaahhh... senangnya. Buku-buku lain yang #novelMetropop yang berhasil saya rampungkan-baca silakan intip di sini, ya: Reading Wrap-Up #novelMetropop

Saturday, November 30, 2019

[Resensi Novel Young Adult Fantasi] The Poppy War by R.F. Kuang


First line:
"Tanggalkan pakaianmu."
---hlm.13, BAB 1

Semua orang terkejut ketika Rin berhasil masuk Sinegard, akademi militer elite di Kekaisaran Nikan. Tetapi, kejutan tidaklah selalu menyenangkan. 

Karena dianggap anak kampung miskin, Rin jadi bulan-bulanan. Apalagi karena ia perempuan. Dalam keadaan putus asa, Rin mendapati dirinya ternyata memiliki kekuatan supernatural yang mematikan—syamanisme. Di bawah bimbingan guru yang dianggap gila, Rin jadi tahu bahwa dewa-dewa yang selama ini dikira mati, ternyata masih hidup.

Kekaisaran Nikan hidup damai, namun bekas penjajahnya, Federasi Mugen, terus mengintai. Kekuatan syamanisme Rin mungkin satu-satunya yang bisa menyelamatkan rakyat, tapi semakin ia mengenal sang dewa Phoenix yang memilihnya, dewa penuh kemurkaan dan dendam, semakin ia khawatir.

Memenangi perang mungkin harus dibayarnya mahal dengan sifat kemanusiaan.

Dan mungkin semuanya sudah terlambat.

“Debut fantasi terbaik 2018.” - Wired

Judul: Perang Opium (The Poppy War)
Pengarang: R.F. Kuang
Pengalih bahasa: Meggy Soedjatmiko
Penyunting: Anastasia Mustika Widjaja
Desain sampul: David Ardinaryas Lojaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 568 hlm
Rilis: 28 Oktober 2019
My rating: 4,5 out of 5 star

The Poppy War sudah wara-wiri di linimasa medsos saya dari sejak lama. And I heard nothing but GREAT things about this one. Namun, saya sadar diri. Kalau maksain baca versi bahasa Inggris-nya pasti bakalan lama, nggak kelar-kelar. Beruntung GPU akhirnya menerjemahkan novel ini dan begitu rilis saya segera mengecek di akun Gramedia Digital, sudah ada, diunduh, dan disegerakan baca. Alhamdulillah, novel ini memang berhasil melampaui ekspektasi saya.

via GIPHY

Sejak mula, saya sudah dibuat deg-degan membaca lembar demi lembar halamannya. Adegan demi adegan langsung menyentak emosi, mengaduk-aduk perasaan, dan membuat saya kalang kabut. Jarang saya bisa dengan damai merunut setiap adegannya. Seolah-olah saya langsung diajak si tokoh utama untuk mengikuti setiap kejadian yang dialaminya. Senang, sedih, marah, kesal, sebal, keki, semua-mua deh. Dan, saya sangat menikmatinya. Meskipun ya itu, saya deg-degan nggak keruan. Nasib apa lagi nih yang bakal kejadian?

Cerita: Fang Runin, atau biasa dipanggil Rin, adalah yatim piatu yang tahu-tahu dirawat dan diasuh Keluarga Fang. Sehari-harinya dia dipaksa bekerja membantu usaha jual-beli obat-obatan terlarang (opium) sekaligus mengasuh anak Keluarga Fang yang sudah dianggapnya sebagai adik, Kesegi. Menginjak usia remaja-jelang-dewasa, seperti kebanyakan perempuan di Provinsi Ayam, Rin akan dinikahkan-paksa dengan seorang pengusaha yang sudah tua. Karena alasan itu, dan juga sudah muak dengan hidup di tengah Keluarga Fang, Rin nekat ikut mendaftar ujian Keju dan bertekad lulus agar bisa bersekolah---ala militer, di Akademi Sinegard. Dengan bantuan guru terbaik yang bisa ia mintai tolong, Tutor Feyrik, Rin akhirnya lulus ujian dan diterima di Akademi Sinegard. Tak dinyana, ternyata bayang-bayang kedamaian yang telah lama diimpikan Rin justru membawanya pada serangkaian petualangan mendebarkan yang melibatkan kematian, perang, pembantaian di seluruh negeri Nikan, hingga penemuan jati diri Rin yang sebenarnya.

via GIPHY

Tambahan: kisah dalam novel ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian 1: Rin masuk akademi, belajar hingga masuk tahun kedua dan menjadi murid magang pada salah satu Master hingga pecahnya perang akibat Tentara Federasi emnginvasi Nikan. Bagian 2: Rin menemukan esensi syamanisme yang membawanya menjadi pejuang tangguh dalam divisi khusus Nikan. Bagian 3: klimaks sementara atas prang yang terjadi. Oiya, buku ini adalah bagian pertama dari trilogi yang direncanakan ditulis oleh RF Kuang dan saat ini buku keduanya: The Dragon Republic, sudah terbit versi bahasa Inggris-nya (saya sih sabar nungg terjemahannya saja, hehehe).

Tambahan lagi: jajaran para tokoh yang akan muncul dan menjadi tokoh kunci petualangan Rin: Altan, Kitay, Nezha, Jiang, Niang, Chaghan, Qara, Anak-anak Ganjil Cike, Sang Maharani, dan beberapa lagi yang lain.

Novel ini benar-benar jahanam, tak mau ditaruh bahkan hanya sebentar---unputdownable. Page turner. Saya sampai curi-curi baca di setiap waktu luang yang saya punya, termasuk jam kerja. Woops! Sudah lama saya enggak seperti ini. Terakhir waktu baca Twilight tahun 2008 silam (HAHHH???). Serius!

via GIPHY

Menurut saya, novel ini paket lengkap. Ada nuansa dystophia, tergambar dari adanya dua belas divisi dari provinsi yang berbeda di bawah kendali Sang Maharani, Ratu Negeri Nikan (nama provinsinya binatang: ayam, kelinci, macan, dan sebagainya). Ada nuansa Harry Potter-nya (yap, pokoknya semua novel fantasi setelah Harry Potter memang bakal selalu direferensikan ya---saya aja kali), sedikit sih, di bagian seleksi masuk Akademi dan di tahun kedua setiap siswa diharuskan menjadi siswa magang pada salah satu dari tujuh master ilmu yang ada. Ada latar belakang sejarah, diambil dari sejarah Tiongkok, juga tentang Perang Opium (secara pengarangnya memang mempelajari sejarah Cina modern, dan mendapat gelar BA dari Universitas Georgetown). Ada petualangannya, ada unsur magic-sihir kunonya, ada gore-nya, ada romance-nya (DIKITTT banget, nggak ada adegan ciuman atau main ranjang, ya, cuman dijelasin dikit kalau beberapa tokohnya naksir si ini, naksir si itu, udah, jadi buat yang agak alergi sama romance di novel fantasi, ini aman banget).

Warning: meskipun novel ini masuk jajaran fantasi remaja, Young Adult, beberapa adegannya cukup brutal, semacam propaganda kekerasan, kekejian perang, penggunaan obat-obatan terlarang, penggambaran pemerkosaan pada masa perang, dan pembantaian. Untunglah, masih dalam tahap yang masih bisa ditoleransi. Namun, mungkin tidak untuk yang masih di bawah 15 tahun, kali ya.

via GIPHY

Selain petualangan yang mencengangkan, perjalanan Rin menemukan jati dirinya diwarnai dengan kepercayaan (sihir?) kuno Tiongkok yang disebut syamanisme (semacam Kejawen di Jawa, kali ya?). Nah, salah satu hal dasar tentang syamanisme adalah tentang berhubungan-dan-meminta-pertolongan dewa. Di titik inilah, para tokohnya--terutama Rin, juga mengalami pergolakan batin tentang makna ketuhanan. Mengapa ada orang yang memercayai begitu banyak dewa, sementara ada pula yang percaya hanya ada satu tuhan saja? Meskipun tidak begitu mendalam, hal ini cukup menyentil sisi religius pembaca--paling tidak buat saya.

Hal lain yang juga sangat terasa adalah unsur filsafatnya. Beragam pemikiran filosofis mewarnai setiap pengambilan keputusan, terutama pada adegan yang melibatkan para guru--Master ataupun sampai pada tahap syamanisme. Keterkaitan manusia dengan alam, manusia dengan Sang Pencipta, ataupun hubungan antarsesama. Yah, walaupun lagi-lagi, tak begitu mendalam.

Dari segi teknis cetakan (etapi, saya basisnya digital---e-book, karena saya bacanya di Gramedia Digital, dan siapa tahu buku cetak fisiknya malah lebih bagus), sepertiga bagian awal, lumayan mulus typo-nya, eh makin ke belakang kok makin banyak typo-nya. Entah proofreader-nya yang malah kesedot cerita jadi nggak konsen meriksa atau entah memang lalai saja. Cukup mengganggu, tapi terselamatkan sama ceritanya yang memang intens banget.

Overall, saya amat-sangat puas sama novel ini. Sudah lama saya nggak sedemikian antusias membaca sebuah buku, hingga rela saja dipaksa untuk segera menuntaskannya. Meskipun beberapa adegannya cukup brutal dan saya skip, saya tetap nggak sabar nungguin buku keduanya diterjemahin dan dirilis di sini.

via GIPHY

End line:
Dan ia akan memanggil para dewa untuk melakukan hal-hal yang sangat mengerikan.
---hlm.565, BAB 26

Wednesday, May 22, 2019

[Resensi Novel Romance] Kenya by Kincirmainan


First line:
GUE MENGISAP SEBATANG MARLBORO MENTOL dengan saksama, menghirup lewat lubang hidung, menahan sebentar di rongga mulut sebelum mengembuskan perlahan.
---hlm.5, Chapter 1 - RESOLUSI

Gue Kenya Barika Bayo, lahir di Kenya, punya adik cowok yang super mega ultra sensitif bernama Afrika.

Seperti cewek lain di muka bumi ini, gue juga bikin resolusi tahun baru yang nggak berguna sebab isinya 85% gagal 10% pasti segera gagal dan 5% belum pasti gimana nasibnya.

Kacau.

Delta, cowok yang gue sayang dari kecil dan mau gue tembak tepat pada malam pergantian tahun, which is bagian dari rencana besar gue tahun ini, justru jadian sama sahabat gue!
Parahnya, malam itu juga gue malah jatuh ke pelukan Data, adiknya Delta!

Oh my God, Kenya, what were you thinking?!

Judul: Kenya
Pengarang: Kincirmainan
Penyunting: Yuke Ratna Permatasari
Penyelaras Akhir: Ani Nuraini Syahara
Ilustrasi sampul: Bella Ansori
Desainer: Dea Elysia Kristianto
Penerbit: Penerbit Bhuana Ilmu Populer
Tebal: 356 hlm
Rilis: Mei 2019
My rating: 3 out of 5 star

Kenya


I'm bored and fell into a reading slump hole too deep when I saw this book on my Gramedia Digital's account. Jujur saja, selain nama "Kincirmainan" yang sudah wara-wiri di linimasa Twitter beberapa waktu ke belekang, kovernya yang kuning gonjreng dengan gambar ilustrasi cewek berambut keriting panjang awut-awutan yang sekilas mengingatkan saya pada karakter Merida di film animasi garapan Pixar-Disney "Brave"-lah yang membuat saya akhirnya mengunduh fail di Gramedia Digital dan langsung membacanya.


via GIPHY

I LOVEEE.... HER WRITING! Itu kesan pertama ketika mengawali membaca novel ini. Lincah, lugas, diksi apik, tatanan bahasa-kalimat yang bagus, kalimat serbaguna, mengalir lancar... pokoknya jenis yang bisa membuat saya betah berlama-lama membaca sebuah buku, makanya saya langsung mengucap syukur karena merasa menemukan "tangga" untuk bisa merangkak keluar dari lubang kemalasan membaca. Sudah lama saya enggak nemu gaya menulis ceplas-ceplos seperti ini, terakhir di Resign-nya Almira Bastari.

Pun, dengan para karakternya. Begitu hidup, begitu berwarna, begitu ekspresif. Mulut seperti enggak ada saringannya. Saya menyukai fakta-fakta yang terselip di sana-sini sebagai latar belakang karakter masing-masing. Favorit saya: Data dan Jamal. Maka, harapan untuk menyukai dan berakhir dengan menyematkan rating 5 bintang di goodreads pada novel ini begitu tinggi.


via GIPHY

Well, ternyata KENYAtaan tidak selalu berbanding lurus dengan harapan, ya. Kayak penginnya ongkang-ongkang kaki doang terus dapet gaji gitu, hehehe. Premis yang cukup kuat berakhir di eksekusi yang kebanyakan drama dan serba kebetulan, *sigh.


via GIPHY

Premis: Kenya adalah sulung dari dua bersaudara, kakak perempuan dari seorang adik laki-laki bernama Afrika. Keduanya bak tertukar jiwa, Kenya justru berkelakuan seperti laki-laki sedangkan Afrika cenderung bersikap seperti perempuan. Kenya punya trauma masa lalu menyangkut hubungan romantis, hingga sangat selektif untuk berani menjalin hubungan dengan komitmen. Terlebih, dia sebenarnya sudah jatuh hati pada sahabat sejak kecilnya, Delta, tapi terpaksa harus menguburnya dalam-dalam karena si sahabat sudah menjalin kasih dengan sahabatnya yang lain, Bella. Karena Kenya memang tentang cinta, secara garis besar novel ini akan melulu membahas perjuangan Kenya mencari cinta sejatinya. Tentu saja dilengkapi dengan BANYAK drama di sekelilingnya, mulai dari hubungan dengan keluarganya (adik dan ibunya---terutama dengan adiknya, yang selalu berantem, kayak anjing-kucing), lingkungan kerjanya, adik-beradik Delta dan Data, Bella, Jody, dan masih banyak lagi.

Sesemangatnya saya melahap kalimat demi kalimat buatan Kincirmainan, ada dua adegan yang membuat saya ingin berhenti baca dan memutuskan DNF saja. Cuman, karena sudah lumayan jauh bacanya, akhirnya saya kuat-kuatkan hingga akhir halaman.


Saya pernah protes pada aliaZalea waktu menulis Miss Pesimis yang lumayan vulgar ataupun Okke "sepatumerah" di Heart Block yang seolah mengampanyekan merokok, well... ternyata dua novel itu nggak ada apa-apanya dibanding Kenya ini. Sering berkata kasar, cek; seks bebas, cek; hubungan sesama jenis, cek; merokok, cek; minum alkohol, cek; jambak-jambakan di area publik, cek; menyumpahin ortu-sodara-temen, cek; hubungan sesama sodara alias incest, cek. Lengkap banget pokoknya. Semakin ke sini, saya sih mulai "terserah lo, deh", sama urusan-urusan seperti ini. Hanya saja, saya tetap akan menginformasikan ke siapa pun yang kebetulan membaca resensi ini, bahwa di dalam novel yang saya baca mengandung hal-hal vulgar atau disturbing, siapa tahu ada yang butuh, kan?


via GIPHY

Pada akhirnya, hanya tiga bintang yang bisa saya sematkan untuk Kenya. Coba saja dramanya enggak begitu banget. Coba saja ada bagian-bagian yang dipotong saja. Coba saja adegan-adegan meet cute-nya enggak dibikin serba kebetulan. Coba saja Kenya nggak pernah jadian sama Delta dan fokus ke Data saja. But, I do really love Kincirmainan's writing. Saya masih mau nyoba baca karyanya yang lain, tentu saja.

Topik bahasan:
1. Sahabat jadi cinta
2. Cinta bersegi banyak
3. Office romance
4. Latar: bidang peternakan (babi), kuliner (chef), pengarang
5. Dosa masa lalu
6. Drama keluarga
7. Setting: Jakarta

Selamat membaca, kamu.

End line:
Data bikin grilled tenderloin yang juicy banget, bikin gue makin cinta sama dia.
---hlm.347, Epilog

Monday, April 29, 2019

[Resensi Novel Romance] Asa Ayuni by Dyah Rinni: sejumput cinta penuh drama


First line:
Ayuni Safira bangun pada jam empat pagi dengan dua prioritas utama: reuni nanti siang dan bagaimana membuat Poppy, teman sekaligus musuh yang pasti datang,
mengagumi rumah dan kue buatannya.

---hlm.1, Bab 1 - Reuni

Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.

Di salah satu bloknya, ada sebuah rumah, yang kalau kau masuk ke dalamnya akan merasakan nuansa paduan klasik dan modern. Desainnya tampak chic, dan bantal pink elektrik di atas sofa cokelat akan membuatmu betah di sana.

Seorang perempuan yang pandai membuat kue tradisional akan menjadi teman mengobrolmu. Dia punya toko kue tak jauh dari rumahnya. Dia sedang berduka, baru saja kehilangan suaminya. Ada getir terpancar dari matanya. Namun, dia amat terlihat berusaha tegar. Perempuan itu Ayuni. Perempuan manja yang sedang berpura-pura tangguh demi memupuk asanya yang baru saja hancur.

Judul: Asa Ayuni
Pengarang: Dyah Rinni
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: Falcon Publishing
Tebal: 236 hlm
Rilis: Desember 2016
My rating: 3 out of 5 star

Sejujurnya, saya sudah kepingin baca Asa Ayuni sejak bundel seri Blue Valley dirilis oleh penerbit Falcon Publishing pada Desember 2016/Januari 2017 silam. Namun, karena satu dan lain hal, keinginan itu tertunda terus dan terus, hingga hampir saja ikhlas untuk merelakan tak membaca Asa Ayuni. Barulah awal Maret 2019 lalu, ketika gelaran Big Bad Wolf kembali menyambangi Jakarta, emmm... BSD lebih tepatnya, keinginan itu muncul lagi demi melihat Asa Ayuni ada di tumpukan buku obral bagian novel Indonesia, hanya dibanderol Rp15.500 dari harga resminya Rp72.000. Oke, nggak perlu mikir lagi: COMOT!

gambar dari sini: falconpublishing.co.id

Well, tapi dibacanya pun enggak langsung, hehehe. Baru kelar kemarin (27/04) sejak dimulai hari Kamis (25/04). Saya suka cara menulis Dyah Rinni, ittulah mengapa dari lima buku di seri Blue Valley, saya paling-paling kepinginan dibaca ya Asa Ayuni. Dari Marginalia, lalu lanjut Beautiful Liar, dan Mermaid Fountain, saya terpuaskan oleh diksi Dyah yang sederhana, tapi tak biasa dan penuh makna. Maksudnya, tiap kata pembentuk kalimat rekaannya ditulis dengan niat dan tujuan, sehingga sayang untuk di-skimming dan maunya dirunut satu per satu.

Begitupun dengan departemen karakterisasinya. Saya menyukai tokoh-tokoh yang dihidupkan Dyah di ketiga bukunya yang sudah saya baca sebelum Asa Ayuni, terutama di Marginalia. Well, so far sih, Marginalia is my most favorite dari karya-karya Dyah.

Sayang sekali, kedua kesukaan saya itu, kali ini kurang berhasil di Asa Ayuni. Saya tak bilang gaya menulis Dyah berubah, hanya saja diksinya yang sudah baik, kurang bisa diimbangi dengan pace serta jalinan adegan pembentuk ceritanya. Entah bagaimana, saya merasa banyak bagian yang tidak tertambal dengan sempurna, berasa lompat-lompat. Don't get me wrong, pace ceritanya terbilang cepat, konflik dan subkonflik tersusun bertumpukan dan berkejaran satu demi satu, tapi justru bikin saya frustrasi. Ini kisah cinta kecil yang penuh drama.

Dalam halaman ucapan terima kasih, Dyah menulis:
Barangkali kedengarannya klise, tetapi bagi saya, Asa Ayuni adalah tantangan terberat di dalam karier menulis saya.... dst... dst...
...setelah dua setengah bulan menulis, lebih dari 60.000 kata yang diketik dan separuh naskah yang dibabat habis, novel ini bisa hadir... dst... dst...
Saya tak bisa memastikan, tentu saja, cuman saya jadi berasumsi mungkin awalnya tulisan cukup berkesinambungan, tapi dengan beragam pertimbangan, harus dipotong di sana-sini.

FYI, Asa Ayuni menyajikan tokoh utama Ayuni Safira dan Elang Tejawijaya, yang awalnya selayaknya kutub utara-selatan yang tak mungkin bisa berkaitan, hingga karena suatu sebab mereka akhirnya dipertemukan. Naskah diceritakan menggunakan PoV orang ketiga dengan angle kamera pada satu-beberapa bab difokuskan pada Ayuni dan terkadang difokuskan pada Elang, hingga pembaca diberikan gambaran secara gamblang pada karakter masing-masing, termasuk subplot-subkonflik yang dimiliki oleh kedua tokoh.

Di situlah, saya gagal dipuaskan. Drama-drama yang mengejar Ayuni dan Elang terlampau dramatis, tapi kurang digali. Beberapa karakter juga tampil serba hitam-putih, misalnya Poppy. Menurut saya, people change, dan kalaupun tak berubah sesuai harapan kita, tetap saja tak sama dengan mereka di masa lalu. Dan, saya tak diberikan penjelasan yang cukup mengapa Poppy begitu memusuhi Ayuni dan mengapa Ayuni begitu ingin mengalahkan Poppy. Hal serupa terjadi pada saat Ayuni menghadapi Laras. Sikap frontal Ayuni agak kurang pas saja. Apa sih yang pernah dialami Ayuni dulu sehingga kadang dia bisa menjadi teman yang menyenangkan, tapi kadang juga gampang emosian dan cenderung suka main kekerasan? Bagi saya, tak cukup alasan untuk membentuk pribadinya.

Asa Ayuni juga menghadirkan banyak sekali kebetulan yang janggal. Ayuni anak tunggal? Elang anak tunggal? Satria anak tunggal? Ayuni dan Satria juga hanya punya anak tunggal? Zetro anak tunggal?


via GIPHY

Bukan bermaksud spoiler, tapi Elang ini sudah merintis sebagai manajer berpengalaman hingga ke Australia, mestinya sudah punya banyak relasi di bidang yang digelutinya kan, ya? Dan, Gulaloka milik Ayuni ini "hanya" sebuah toko kue yang tidak digambarkan super terkenal, dari lowongan kerja manakah Elang mendapatkannya? Oke, di halaman 100, disebutkan: Elang menekan logo browser di ponselnya dan mulai mencari lowongan pekerjaan. Lalu di halaman selanjutnya, Elang sudah datang ke Gulaloka untuk menjalani sesi wawancara kerja tanpa diberikan penjelasan yang cukup, kenapa dia memilih melamar kerja ke Gulaloka. Hmmm.


via GIPHY

Akhirnya saya melanggar janji sendiri, banyak bagian yang saya skip, karena tak sabar menunju akhir cerita. Dan, ya, ujung konlik berbeda dari tebakan saya dan cukup masuk akal sebagai pengakhiran beragam drama yang melanda Ayuni. Tak begitu memuaskan, tapi oke-lah.

Topik bahasan:
1. Office-romance
2. Cinta segitiga
3. Tema: kuliner - pastry
4. Single parent
5. Anak berkebutuhan khusus; Asperger Syndrome
6. Setting lokasi: Jakarta - Sydney
7. Drama keluarga; parenthood

End line:
"Namun, kelak, jika saatnya tiba, Elang berharap, sungguh-sungguh berharap, Ayuni membukakan pintu hati hanya untuknya.
---hlm.232, Bab 24 - Asa

Monday, March 25, 2019

[Curhat] Kalau lagi bosan baca saya biasanya...


Well, namanya juga manusia. Punya selera, punya momen dilanda kebosanan, punya waktu-waktu tertentu tak bisa hanya melakukan sau hal terus-terusan secara konsisten sepanjang waktu. Oke, katanya sih bisa saja kalau: disiplin dan memang dilatih. Ya tapi, kayaknya sih tetap ada waktunya, kita kepingin cuman bisa duduk selonjoran atau rebahan, tanpa melakukan apa-apa, kan?



Begitupun sama melakukan hobi. Hei, hobi kok bisa bikin bosan? Ya itu tadi, kalau dilakuin sepanjang waktu dengan gaya dan keteraturan monoton, lama-lama ya membosankan juga. Termasuk hobi membaca. Reader's block atau reading slump atau lagi malaaaassszzzzzzzz baca banget, bisa saja kejadian. Nah, kalau lagi bosan baca saya biasanya...

1. Dengerin musik favorit, musik terbaru dari artis favorit, musik terbaru dari negara entah mana, musik terbaru yang lagi nangkring di Billboard top chart atau iTunes top chart, atau musik terbaru yang lagi trending di YouTube.

2. Nontonin video-video di YouTube dari musik-musik di nomor 1. Ini beberapa yang saya suka banget:








3. Nontonin vlog dari Booktuber favorit. Ini beberapa vlog yang barusan saya tontonin:





4. Nontonin film yang ada di YouTube atau di laptop. Terakhir nonton film: The Intern untuk keseratus alinya (lebay), Harry Potter seri mana pun (terutama seri ketiga) untuk kesejuta kalinya (lebay juga), dan The Devil Wears Prada untuk keseratus juta kalinya (tambah lebay).

5. Nontonin serial TV favorit yang sudah dipunya: Younger dari season 1, The Good Fight, The Good Wife, Brothers and Sisters, dan Ugly Betty.

6. Jalan-jalan atau sekadar main sama keluarga.

Jadi, kalau lagi bosan baca kamu biasanya ngapain?